Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bagian 44 ⭒࿈⭒ Perkenalan Singkat



"Aku jadi penasaran dengan si Fian ini."

"Hee, kenapa kamu tiba-tiba jadi penasaran?" tanya Ibunda Silfy pada anaknya tersebut. Wanita paruh baya itu benar-benar tidak mengerti maksud dari perkataan putrinya.

"Iya, aku penasaran dengan sosok Fian. Setampan apa sih dia, sampai-sampai kau mau dengannya, Fit." Silfy menatap Fitri dengan netra memicing dan menyelidik. Membuat sang empunya nama jadi sedikit waswas dibuatnya.

Nek Ja menengahi. "Kamu ini penasaran sekali dengan urusan orang. Fian itu memang sangat tampan, bahkan lebih tampan dari mantan kekasihmu si preman jadi-jadian itu."

"Nenek! Jangan bilang begitu soal dia! Bagaimanapun, dia kan pernah membuat cucu Nenek ini bahagia dan berbunga-bunga!" pekik Silfy yang tidak terima karena mantan pacarnya dijelek-jelekkan oleh sang nenek. Kedua alis gadis itu tampak menukik tajam sekarang, menunjukkan sikap protesnya.

"Tetap saja dia itu sudah menyakiti hati cucu kesayangan Nenek!"

"Nenek!"

"APA?!"

Fitri dengan ekspresi bingungnya hanya sanggup menghela napas kala melihat perdebatan yang lagi-lagi terjadi di hadapannya. Kepribadian keluarga Nek Ja benar-benar di luar ekspektasinya. Ia kira, sikap mereka akan dingin dan sangat kaku. Namun apa yang dilihat dan dialaminya sekarang benar-benar meruntuhkan dugaannya tersebut.

Terutama Silfy.

Gadis itu sangat friendly, dan menyenangkan. Sepertinya ia akan cepat akrab dengan gadis yang ternyata juga seumuran dengannya itu. Mengingat kepribadiannya yang juga cepat beradaptasi dengan orang baru.

Ngomong-ngomong, Fitri baru ingat kalau tadinya ia tengah menunggu kepulangan Fian. Pasti suaminya itu sudah pulang dan tengah mencarinya sekarang. Ya, semoga saja dugaannya benar. Yang terpenting sekarang, ia harus berpamitan pulang terlebih dahulu pada Nek Ja dan keluarga.

"Nenek, Silfy, Om, Tante, saya harus pulang. Takut suami saya sudah pulang dan khawatir karena tidak menemukan keberadaan saya di rumah."

Perkataan Fitri berhasil menginterupsi kegiatan empat orang yang berada di sana. Nek Ja dan Silfy yang semula masih berdebat jadi terdiam. Ibunda dan Ayah Fitri pun juga demikian.

"Aku ikut!" seru Silfya yang langsung merangsek mendekat dan mengamit lengan Fitri. "Aku ingin tahu bagaimana rupa si Fian-Fian itu!" pekiknya lagi. Netra Silfy berbinar-binar, tampak begitu antusias kelihatannya.

"Heee, untuk apa kamu ke sana?! Tidak boleh!" Nek Ja berdiri dari duduknya sembari berkacak pinggang menatap cucu nakalnya yang masih saja bergelayut di lengan Fitri tersebut.

Spontan Silfy cemberut mendengar penuturan sang nenek yang berisi penolakan itu. "Ayolah, Nenek ... aku hanya ingin tahu dan berkenalan sebentar. Aku penasaran sekali dengan suami Fitri yang kata Ibu tampan sekali itu," ujar Silfy sembari menekankan kalimatnya pada kata 'tampan sekali' sembari melirik sang ibu.

"Cih, kamu tidak percaya dengan Ibu? Sana, lihat saja sendiri. Ibu yakin kamu akan percaya dan terpesona dengannya." Sebuah seringai menantang langsung tersungging di bibir wanita paruh baya yang notabenenya adalah ibunda dari Silfya Ayu tersebut. Membuat sang ayah yang sedari tadi memerhatikan perdebatan ketiga perempuan yang disayanginya memijit pelipisnya.

"Tidak perlu seperti itu ... jika kamu memang ingin bertamu dan berkenalan sejenak, maka baiklah. Ayah izinkan, tapi ingat. Cepat kembali dan jangan bertingkah aneh-aneh!"

Silfya Ayu langsung mengembangkan senyumnya saat itu juga. Buru-buru ia menarik Fitri yang sedari tadi hanya diam tanpa mengatakan sepatah kata apapun. Fitri hanya tidak enak jika harus menyela pembicaraan mereka. Maka dari itu, gadis yang masih memakai setelan lengkapnya itu hanya pasrah saat tangannya ditarik dengan semangat oleh gadis di depannya.

"Ayo, Fit! Aku sudah tidak sabar!"

⭒࿈⭒

"Assalamua'laikum ..."

Ceklek!

Fitri mengedarkan pandangannya ke segala arah guna mencari keberadaan suaminya. Ia kini sudah kembali ke rumah, dan meninggalkan Silfy sendiri di ruang tamu. Ia mencari keberadaan sang suami guna mengenalkannya pada Silfy, teman barunya. Mengingat keantusiasan Silfy yang begitu penasaran akan rupa seorang Fian, membuatnya jadi ikut antusias untuk memperkenalkan Fian pada Silfy.

"Ahh, sepertinya ada di ruang tengah."

Ya, Fitri sempat melihat kilatan cahaya yang berasal dari televisi di sana. Ia yakin kalau suaminya berada di sana. Namun otaknya terpikir satu hal. Kenapa Fian tidak mencarinya? Pikiran tersebut membuat Fitri menggerutu dalam hati. Padahal ia yang paling kalang kabut kalau suaminya itu hilang dari pandangannya, tapi lihatlah Fian. Laki-laki itu malah cuek-cuek saja dan tidak mencarinya.

Menyebalkan!

Dengan langkah tegas, Fitri melangkah ke ruang tengah dan benar saja, ia mendapati sang suami di sana. Fian tengah duduk sembari menselonjorkan kakinya. Fokus pada tayangan berita di depannya, dan tidak menyadari kedatangan sang istri sama sekali hingga Fitri memanggilnya.

"Mas!"

Fian langsung terperanjat di tempat. Netra kelamnya mendongak dan menatap tepat pada bola mata sang istri yang tampak berkilat-kilat. "Ohh, kamu sudah pulang?" Fian bertanya dengan santainya dengan pandangan yang kembali mengarah ke layar bergambar di depannya. "Ada siapa di rumah Nek Ja?"

Beberapa kerutan muncul di dahi Fitri setelahnya. Gadis itu buru-buru menghampiri sang suami dan berdiri menjulang di depannya. Menghalangi tatapan Fian pada televisi di depannya. "Kamu tuh kenapa nyebelin banget, sih?!" pekik Fitri dengan tangan yang sudah berkacak pinggang.

"Kenapa?" tanya Fian. Laki-laki itu sepertinya tidak mengerti kalau sang istri tengah kesal padanya sekarang. Karena yang ada di pikirannya hanyalah ekspresi Fitri yang tampak menggemaskan. Kedua alis yang menukik tajam, kening mengerut, dan bibir mengerucut seperti anak itik yang sedang diculik. Ohh, lihatlah betapa menggemaskannya dia!

Tak kunjung mendapatkan jawaban, Fian pun kembali bertanya. "Kenapa, sih?" tanyanya sembari berdiri dan mulai menarik pinggang sang istri untuk mendekat. Kemudian mencium pelipis Fitri dengan sayang. "Kenapa, hm?"

Sesaat kemudian, helaan napas terdengar dari bibir Fitri setelahnya. "Lupakan saja. Ayo ikut aku. Aku ingin memperkenalkanmu pada seseorang," tutur Fitri.

Fian dengan salah satu alis terangkat hanya mengikuti langkah kaki Fitri yang entah akan membawanya ke mana. Ternyata, ruang tamu lah yang menjadi tujuan sang istri. Masih dengan tatapan bingungnya, Fian mendapati seorang gadis tengah duduk sembari menopang dagu dengan bosan di sana.

"Siapakah-"

"Ohh, Hai! Perkenalkan, aku Silfya Ayu!"

Silfy yang memang sudah menyadari kehadiran kedua pasangan suami-istri itu langsung saja memperkenalkan dirinya dengan semangat. Netranya berbinar-binar begitu mendapati laki-laki tampan di sebelah Fitri yang ia yakini adalah Fian, suami dari teman barunya itu.

"Kau pasti Fian, 'kan? Senang berkenalan denganmu!"

Fitri tidak bisa tidak terkekeh melihat tingkah Silfya. Ia benar-benar terhibur sekarang. Apalagi setelah melihat raut wajah suaminya yang tampak menahan umpatan. Fitri sangat tahu apa yang ada di pikiran suaminya sekarang.

Dasar perempuan tidak jelas!



Hahaha, benar. Itulah yang ada di pikiran Fian ( ^∇^)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro