Bagian 43 ⭒࿈⭒ Silfya Ayu
•
•
•
"Silfya Ayu, salam kenal Fitri!"
Fitri langsung mengembangkan senyumnya saat seorang gadis cantik dengan ekspresi antusiasnya datang menyambutnya di depan pintu rumah Nek Ja. Ia sudah menduga kalau dialah pasti anak pertama Nek Ja.
"Aku adalah cucu pertama dari Nenek! Salam kenal, ya!"
"Hah?" Fitri melongo. "Cucu?"
"Hahaha, kamu pasti mengira Silfy ini anak pertama yang Nenek maksud ya, Fit?" tanya Nek Ja yang tidak bisa menyembunyikan tawa gelinya. Fitri jadi menunduk malu sekarang, karena Silfy pun ikut menertawakan kebodohannya. "Dia ini cucu Nenek, anak pertama Nenek ada di belakang beserta dengan Ibu dari Silfy."
"Ohh! Jadi anak pertama Nenek itu laki-laki?"
"Benar, dia adalah Ayahku."
Bukan Nek Ja yang menjawab, melainkan Silfy yang kini sudah berdiri di sampingnya seraya mengamit lengannya. Gadis itu tampak begitu antusias untuk memperkenalkan Fitri pada kedua orang tuanya. Padahal mereka baru saja bertemu, tapi Silfy tak terlihat canggung sama sekali. Sepertinya dia memang orang yang sangat friendly.
"Ayah, Ibu! Lihat aku datang membawa siapa!"
Pekikan keras dari gadis di sampingnya ini spontan membuat Fitri meringis. Telinganya sampai berdengung karena suara pekikan dari Silfy. "Astaga ... tidak perlu teriak-teriak juga, kan?" desis Fitri disertai decakan sebalnya. Sementara Silfy? Ohh, gadis itu hanya menunjukkan cengiran lebar dan wajah tanpa dosanya sekarang.
Mereka berada di kebun belakang rumah Nek Ja sekarang. Di mana dapat Fitri lihat ada seorang wanita dan pria paruh baya yang tengah duduk santai sembari meneduh di bawah pohon jambu dan rambutan di sana. Cangkir berisi teh di masing-masing tangan keduanya tampak menarik perhatian Fitri.
"Ohh, siapakah gadis manis ini?" tanya Ibu Silfy sesaat setelah Fitri menunjukkan atensinya. Gadis itu jadi menunduk malu karena pujian secara tak langsung yang dilontarkan padanya barusan.
"Salam kenal, Tante. Saya Fitriana Ayodya, biasanya dipanggil Fitri." Senyuman manis Fitri tunjukkan, membuat kedua pipinya cekung seketika, menampilkan lesungnya.
"Kyaaaa, manis sekali anak ini."
Pekikan girang itu berasal dari Ibu Silfya yang tanpa aba-aba langsung memeluk Fitri dengan gemas. Saking gemasnya, bahkan pipi Fitri pun ikut ditarik-tariknya. Membuat Silfy yang tak tega melihat raut kesakitan teman barunya jadi merangsek maju dan menjauhkan sang ibu dari Fitri.
"Ibu! Jangan dicubit begitu! Fitri kesakitan!" serunya.
Nek Ja hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah menantu dan cucunya. Ia sampai heran, padahal anaknya sangat kalem. Lihat saja sekarang. Ayahanda dari Silfya Ayu itu malah asik menyesap teh hangatnya tanpa peduli keadaan sekitarnya yang sangat rusuh akibat ulah sang istri dan anaknya.
"Kalian ini, bersikaplah sedikit sopan dan malu pada tamu."
Cengiran lebar Silfy tunjukkan pada sang nenek. Ia sudah berhasil melepaskan Fitri dari kebrutalan ibunya. Sudah tidak heran jika kalian melihat hal yang seperti tadi. Ibunya itu suka dengan sesuatu yang lucu dan menggemaskan. Harus dia akui, bahwa Fitri masuk kriteria lucu dan menggemaskan itu! Makanya sang ibu bisa sampai lepas kendali setelah melihat Fitri.
Wajah bersih dengan kulit kuning langsat tanpa jerawat, bulu mata lentik yang enerjik, serta lesung pipi yang mengiringi. Astaga! Siapapun pasti akan jatuh cinta pada Fitri pada pandangan pertama!
"Maafkan menantu dan cucu Nenek ya, Fit?" ujar Nek Ja kemudian sembari memegang kedua tangan Fitri. Merasa bersalah karena gadis itu harus terlibat kejahilan keduanya.
Fitri tersenyum lembut. "Tidak apa-apa, Nek. Fitri ngerti, kok." Tatapannya beralih pada kedua perempuan berbeda usia yang kini tengah menatapnya. "Anoo ..."
"Sstt! Diam, Fit! Biar aku saja."
Fitri menaikkan sebelah alisnya, menatap Silfy dengan pandangan bingungnya. Apa lagi yang akan dilakukan gadis itu?
Silfya Ayu berdiri dan menghampiri sang ayah yang sedari tadi sibuk sendiri dengan kegiatannya. Gadis itu tampak mengendap-endap, sesekali menoleh ke belakang dengan telunjuk yang berada di bibir. Sepertinya gadis itu akan membuat ayahnya sendiri jadi serangan jantung karena terkejut.
Jangan bilang kalau dia akan mengejutkan ayahnya?
Benar saja dugaan Fitri. Karena beberapa detik kemudian, dapat dia dengar pekikan latah khas orang terkejut yang menggema di kebun belakang milik Nek Ja ini. Ia hanya menggelengkan kepalanya dan menatap pada Silfy yang kini malah asik menertawakan ayahnya. Sementara pria paruh baya tersebut hanya mengelus dadanya. Berusaha menormalkan detak jantungnya yang berdetak kian menggila.
"Astaga, Silfy! Kamu membuat Ayah jantungan!"
"Hahahaha, Ayah lucu sekali."
Keduanya tertawa bersama di bawah pohon jambu tersebut. Melihat pemandangan ayah dan anak itu membuat perasaan Fitri menghangat. Ia jadi teringat ayahnya yang masih terbaring lemas di rumah sakit saat ini. Betapa ia juga sangat merindukan saat-saat bermain bersama sang ayah beserta saudaranya yang lain.
"HEH! KALIAN JANGAN MEMBUAT MALU NENEK, DONG!"
Spontan Fitri langsung tersadar dari lamunan sesaatnya dan menatap Nek Ja yang sudah berdiri di depan cucu dan anaknya sembari menjewer telinga keduanya. Pemandangan itu membuat Fitri jadi terkikik geli sekarang. Entah hal nyeleneh apa yang dilakukan oleh anak dan ayah itu sampai membuat Nek Ja gemas dan menjewer mereka.
"Tante nggak ikutan juga?" tanya Fitri yang baru menyadari kalau ibunda dari Silfy ini masih setia duduk di tempatnya sembari menatap pemandangan keluarganya di depan sana.
"Hahaha, Tante sedang malas beranjak. Sudah nyaman dengan posisi duduk ini," tutur wanita paruh baya tersebut. "Ohh iya, Fit. Kamu tinggal di mana? Tetangganya Nek Ja, 'kan?" tanya Ibunda Silfy kemudian.
"Iya, Tante. Saya tinggal di rumah sebelah bersama suami saya," tunjuk Fitri pada rumah sang ibu mertua. "Saya tinggal bersama mertua dan para ipar."
"Ehh?! Jadi kamu sudah menikah?!"
Pekikan terkejut dari Ibu Silfy itu mengundang atensi yang lainnya untuk mendekat dan bergabung dalam pembicaraan keduanya.
"Siapa yang sudah menikah?" tanya Ayah Silfy.
"Ini, si Fitri!" seru Ibunda Silfy. "Tante nggak nyangka loh kalau kamu sudah bersuami! Padahal kamu terlihat masih seumuran dengan Silfy."
Fitri menggaruk pipinya dengan pelan, lantas tertawa canggung kemudian. "Saya masih berusia 18 tahun kok, Tante."
Ibunda Silfya Ayu itu spontan membelalakkan kedua matanya dan menutup mulutnya yang sempat terbuka. Tampak begitu terkejut dengan pernyataan Fitri barusan.
"Beneran seumuran ya," gumam Ayah dari Silfy sembari menunjukkan senyum tipisnya pada Fitri yang hanya ditanggapi dengan tawa canggung oleh sang empunya.
"Fitri memang sudah menikah. Dia menikah dengan anak tetangga sebelah, si Fian. Kamu pasti tahu 'kan, Nduk?" ujar Nek Ja sembari menatap pada sang menantu.
"Fian anaknya Pak Sholeh?! Yang sangat tampan itu?!" pekik Ibunda dari Silfy dengan raut tak percayanya.
Silfy yang memang tidak tahu-menahu dengan seseorang bernama Fian itu jadi bertanya-tanya. Apakah sang ibu kenal dengan suami dari teman barunya ini? Ya, tidak heran sih. Mengingat sang nenek memang tinggal selama itu di rumah ini. Jadi sudah pasti kalau sang ibu atau sang ayah kenal dengan anak tetangga sebelah.
"Aku jadi penasaran dengan si Fian ini."
•
•
•
Part ini spesial buat bestie aku, Silfya Ayu Nur Laela. Semoga suka, Beb. ヽ(*≧ω≦)ノ
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro