Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 7 : Eichi Tenshouin

Manik biru emerald itu menatap tajam sang mentari. Entah apa yang ia pikirkan hingga ia tampak memiliki dendam tersendiri pada sang mentari.

Di kelas yang sunyi ini, ia tampak seperti arwah penasaran yang hanya diam saja. Banyak gadis yang mengaguminya, bahkan mengajaknya berkencan.

Bayangkan, seorang gadis saja rela membuang harga dirinya untuk seorang Eichi. Tetapi, hal itu berakhir pada penolakan.

Tentunya, Eichi juga telah memiliki gadis incarannya. Ya, siapa lagi jika bukan (Last Name) (Name).

Gadis itu berada dalam perlindungan sang penyihir, Natsume Sakasaki. Ditambah dengan kembalinya Sakuma bersaudara, semakin menguatkan beberapa ramalan kuno yang bangsa kegelapan percayai.

Akan tetapi, ia merasa jika ia telah terlambat untuk melangkah. Sakuma Rei telah terlebih dahulu bicara pada gadis itu dan mengatakan untuk tidak mendekatinya.

Begitu juga dengan Ritsu. Mereka tampak akrab satu sama lain. (Name) tidak mengeluarkan aura keraguan didekat Ritsu. Selain itu, Ritsu pun tidak sedikitpun membuat (Name) khawatir akan identitasnya terbongkar. Justru, ia memberikan suatu kehormatan pada (Name) untuk mencari tahu siapa diri mereka yang sebenarnya.

'Apakah Sakuma bersaudara sudah mengetahui hal itu?' pikir Eichi. Memang, Eichi sudah memperkirakan jika hal ini akan terjadi. Tetapi, Eichi kurang memperkirakan jika Sakuma bersaudara akan lebih maju darinya.

Ditambah dengan Natsume Sakasaki yang memiliki suatu hubungan dekat dengan keluarga Sakuma membuatnya sulit untuk melangkah. Mungkin, saat ini Natsume juga sudah memberi tahu (Name) tentang identitas aslinya.

"Tenshouin-san?"

Suara manis itu menyapa indra pendengaran Eichi. Maniknya mendapati seorang gadis yang baru saja ia perdebatkan dengan pemikirannya sendiri.

"Selamat malam, (Last Name)-san," balas Eichi.

(Name) masuk dan duduk disebelah Eichi. Meskipun sudah diperingatkan Natsume beberapa jam yang lalu, ia tetap tidak bisa untuk berhenti bersikap baik dan lemah lembut pada seseorang.

"Bagaimana perjalananmu kemari? Menyenangkan?"

"Hmmm, aku rasa biasa saja. Ditambah, aku rasa kita datang terlalu awal," eluh (Name).

"Tidak buruk juga. Lagipula, kita ada di kelas yang sama. Tetapi, kita juga tidak pernah bicara," ucap Eichi yang tampak sekedar mencari topik untuk mengusir kesunyian ini.

Ya, dalam jadwal tertulis jika kelas (Name) dan Eichi memiliki kelas malam. Mereka pun harus tiba sebelum dosen tersebut tiba. Karena kalau terlambat, mereka dihukum untuk tidak mengikuti perkuliahan dosen tersebut hingga akhir semester tiba.

Seram, bukan?

"Y-ya ... aku akui itu benar. Karena tempat duduk depan sudah terisi penuh oleh penggemarmu. Jadi ya ... mau tidak mau aku duduk dibelakang bersama Rei," jelas (Name).

Jujur saja, mendengar nama dari salah satu Sakuma bersaudara disebut membuat Eichi sedikit merasa tersinggung. Tetapi, Eichi sedikit mengerti jika manusia masih memiliki rasa toleransi dan sikap mau mengalah satu sama lain.

"Perlukah aku mengusir para penggemarku agar kau bisa duduk di sebelahku seperti ini?"

(Name) tersenyum kikuk, "T-tidak usah. Lagipula, bisa-bisa aku mendapatkan tatapan sinis dari mereka. Aku cukup menerima tatapan sinis dari penggemar Sakuma bersaudara saja."

"Apa karena Sakuma bersaudara tampak menarik untukmu?" Manik emerald itu menatap (Name) lekat-lekat, seperti menyelidik kebenaran yang disembunyikan.

(Name) segera memutuskan kontak mata itu, "Tidak. Jelas tidak. Kau tahu? Penggemar mereka justru lebih mengerikan. Bisa-bisa aku mati karena aura mematikan dari mereka."

Eichi sedikit tertawa mendengarnya. Entah mengapa, Eichi merasa jika (Name) suka menyebar kebahagiaan bagi orang disekitarnya.

Tidak lama kemudian, para mahasiswa lain pun hadir dan diiringi dengan kehadiran dosen yang notabenenya kurang disukai oleh mahasiswa lain. Dan ya, selama pembelajaran berlangsung, beberapa mahasiswa ada yang memberikan tatapan kurang suka pada (Name), dan ada yang cenderung tidak peduli akan posisi (Name) yang berada di sebelah Eichi.

*****

(Name) pulang cukup larut hari ini. Tetapi, ia tidak pulang sendiri. Natsume sudah menjemputnya di depan kelas.

Memang, mahasiswa lainnya pun sudah tidak heran akan kehadiran Natsume. Karena dimana ada (Name), disitu ada Natsume. Akan aneh jika mereka berpisah seperti hari-hari sebelumnya. Tentunya, itu karena mereka bersahabat dan saling mengenal satu sama lain sangat lama, bukan?

Selama perjalanan pulang, baik (Name) dan Natsume tidak membuka percakapan. Natsume cukup baik dalam menjaga (Name). Ia membawakan jaket tebal miliknya untuk dipinjamkan pada sahabatnya itu, sementara dirinya memakai jaket yang lain.

"Natsume-kun, apa kau tahu kemana Ritsu pergi?"

(Name) buka suara. Akan tetapi, hal yang ia tanyakan mengapa harus Ritsu?

"Jika beberapa hari mereka tidak terlihat. Biasanya mereka pergi berburu hewan," jawab Natsume sembari mengedikkan bahunya, "Mungkin persediaan makanan mereka habis."

(Name) hanya mengangguk saja. Ia kembali diam dengan tangan yang ia masukkan ke saku jaket itu.

"Kau sudah bicara dengan Eichi?"

"Maaf, aku sudah bicara dengannya. Tapi, dia juga tidak seburuk yang kau kira, Natsume."

Natsume hanya menghela nafas.

"Aku bersungguh-sungguh," protes (Name) yang membuat Natsume merangkulnya, "Dengar ya, Koneko-chan. Semua pria memiliki trik tersendiri untuk mendekati wanita pilihannya. Makanya, jangan tergoda akan ucapan seseorang."

"Hm? Kau bersikap seolah-olah mengingatkanku akan hasil kartu itu."

"Itulah yang harus aku lakukan. Lagipula, mungkin esok Sakuma bersaudara akan kembali."

Sinar mata bahagia kembali di wajah (Name). Ia pun langsung mengukir senyuman, "Benarkah!?"

Natsume pun mengangguk, "Ya, mungkin. Terkadang, Sakuma bersaudara lebih susah diprediksi. Memangnya, apa yang akan kau lakukan pada mereka?"

"Rahasia," jawab (Name) singkat.

"(Name)," tegur Natsume.

"Baiklah, baik. Ritsu akan memberikan aku hadiah jika aku berhasil menjawab semua petunjuk yang dia berikan," jawab (Name) dengan semangat.

"Petunjuk?"

(Name) pun mengangguk antusias, "Ritsu meninggalkan beberapa petunjuk saat itu. Ia hanya menanyaiku tentang vampir lalu sudah. Dia juga janji akan memberiku hadiah jika aku berhasil menjawabnya."

'Ritsu, kali ini apa yang kau lakukan? Mungkinkah kau ingin menjebak (Name)?' pikir Natsume.

"Hei, Natsume!" panggil (Name).

"Natsume!"

"Natsume-chan!"

"(Name), jangan panggil aku seperti itu," tegur Natsume.

"Habis, kau tiba-tiba melamun begitu," ucap (Name) dengan wajah tanpa dosa.

Tanpa sadar, mereka telah tiba di rumah. Mereka pun saling mengucapkan selamat malam sebelum berpisah. Dan Natsume baru bisa masuk ke rumahnya, setelah ia memastikan jika (Name) benar-benar memasuki rumahnya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro