Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 5 : Kisah Klasik

Mentari telah mengurangi tingkat panasnya. Pohon pun semakin nyaman untuk berteduh. Ditambah dengan semilir angin, membuat rasa kantuk bisa tiba kapan saja.

Akan tetapi, (Name) hanya bisa bersandar di pohon sembari menunggu Ritsu bangun dari tidurnya. Ia masih memikirkan Natsume, tetapi ia juga memikirkan betapa dinginnya tangan Ritsu.

Tapi, apakah mungkin seorang manusia memiliki suhu tubuh normal? Bukankah manusia itu mamalia berdarah panas?

"Sudah selesai bermainnya?"

Suara Ritsu hanya dibalas anggukan dari (Name). Ritsu pun bangkit dari tidurnya dengan malas-malasan, ia juga menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sedikitpun, "Baiklah, aku akan mengantarmu pulang."

"Tidak perlu. Aku bisa pulang sendiri," tolak (Name) dengan lembut.

"Benarkah? Bagaimana jika kau dihadang oleh beberapa orang dan menanyakan sesuatu lalu mengajakmu pergi?"

"Uh, baiklah. Kita pulang sekarang," ucap (Name) yang telah memikirkan jika ucapan Ritsu ada benarnya juga.

Dan kini, mereka berjalan beriringan. Tetapi, hanya keheningan yang muncul diantara mereka.

Ritsu berjalan dengan tangan yang dimasukkan dalam saku celana dan membuat beberapa orang fokus pada dirinya, utamanya pada para kaum hawa. Sementara (Name) berjalan tanpa memperhatikan arah.

Tiba-tiba saja, Ritsu merangkul (Name) yang membuat (Name) melihat kearah suara yang nyaris menabraknya. Jika Ritsu tidak merangkulnya, mungkin ia sudah jadi (Name) penyet.

"Terimakasih," ucap (Name) yang langsung kembali menjaga jarak dengan Ritsu. Dan sekali lagi, Ritsu hanya melirik (Name) saja lalu kembali fokus pada jalanan.

Situasi kembali semakin hening. Hanya suara langkah kaki yang bercampur dengan desiran angin saja yang terdengar.

"Katakan saja jika ada hal yang mengganjal," ucap Ritsu sembari melirik (Name).

(Name) pasrah. Ia sudah menebak jika Ritsu sudah mengetahui isi pikirannya.

"Mungkin ... apa kau tahu mengapa Natsume mencegahku untuk berbicara denganmu ataupun dengan Eichi Tenshouin?"

Ritsu mengulas senyum, "Coba tanyakan padanya."

(Name) memanyunkan bibirnya. Ia berpikir jika mungkin Ritsu tidak mengingat kondisi yang baru saja tercipta diantara dirinya dengan Natsume.

Ritsu sedikit tertawa melihat tingkah (Name). Tetapi, sebelum menjawab pertanyaan itu, Ritsu mengajak (Name) mampir di sebuah kafe. Walaupun (Name) sempat menolak, demi jawaban itupun (Name) harus mengikuti Ritsu.

Setibanya disana, Ritsu memesan teh dan (Name) memesan (favorite drink). Tidak butuh waktu lama, pesanan mereka pun datang.

"Apa kau tahu cerita tentang vampir?" ucap Ritsu setelah meneguk secangkir teh hangat.

"Semua orang tahu cerita itu. Mereka menggigit dan menghisap darah manusia, sama seperti nyamuk. Hanya saja, mereka lebih ganas. Tapi, beberapa cerita seperti Twilight, Van Helsing, Underworld, Blade, terkadang menampilkan hal yang berbeda," jawab (Name) yang membuat Ritsu berhasil tertawa lagi.

"Hei, apanya yang lucu?"

"Apa ada pemikiran lain?" balas Ritsu yang membuat (Name) berpikir.

"Terakhir, aku diberitahu oleh ibu Natsume jika pada akhir tahun seribu tujuh ratus tiga puluh satu, ada tiga belas penduduk di sebuah desa di Serbia tewas secara misterius. Dan diduga, itu adalah ulah vampir, Arnold Paole," jelas (Name).

"Ya, kurang lebih begitu," jawab Ritsu yang membiarkan (Name) bingung dengan pemikirannya sendiri.

"Natsume-kun yang memegang jawabannya. Aku rasa, ada baiknya jika kau mencari jawabannya sendiri, (Name)."

"Aku tidak suka teka-teki. Tapi, baiklah ... akan aku cari jawabannya."

"Selama itu, kau tidak boleh bertanya pada orang lain. Mengerti?"

"Hah? Mengapa?"

"Natsume-kun mungkin akan memarahimu lagi."

Jawaban Ritsu cukup membuat (Name) mengerti. (Name) pun kembali sadar akan hubungan dengan Natsume yang baru saja acak-acakan.

"Mengerti."

*****

Entah berapa lama mereka di kafe dan tanpa terasa, langit telah gelap. Rembulan telah menggantikan posisi mentari untuk menjaga para makhluk bumi.

Dan kini, mereka telah tiba di depan pagar rumah (Name). Akan tetapi, (Name) juga melihat Natsume yang tampak berdiri di luar pagar rumahnya.

Ia mengabaikan Natsume dan berterimakasih pada Ritsu, karena sudah mengantarnya pulang. Setelahnya, ia segera masuk ke rumah.

"Harus berapa kali aku katakan untuk menjauhinya, Ritsu?" ucap Natsume setelah dirasa (Name) sudah cukup jauh dari jangkauan obrolan mereka.

"Aku rasa, itu bukan masalah bukan, Natsume-kun? Lagipula, kau sendiri yang membuatnya jatuh dalam rasa penasaran," balas Ritsu.

"Ada saat yang tepat untuk memberitahunya."

"Dan aku rasa sudah terlambat. The Fool, kartu yang dipilih oleh (Name), akan menjadi kenyataan dalam waktu dekat ataupun lambat. Tentunya, sebagai penyihir, pasti kau sudah menyiapkan berbagai cara, bukan?"

Natsume hanya diam. Dan pastinya, pertanyaan dari ucapan Ritsu itu benar adanya. Natsume sudah menyiapkan beberapa hal selama (Name) pergi darinya.

"Baiklah, aku rasa sekarang saatnya untukku pulang. Selamat malam, Natsume-kun," ucap Ritsu dengan seringaian di wajahnya sembari menghilang dalam kegelapan dan menyisakan beberapa kelopak bunga mawar merah marun.

Disisi lain, (Name) sedang merendam dirinya dalam bathtub. Sekedar relaksasi, ia pun sempat mengingat semua clue yang diberikan oleh Ritsu.

Ia mulai melamun secara perlahan dan membiarkan pikirannya pergi. (Name) juga memperhatikan tangan yang disentuh oleh Ritsu. Meskipun sudah berlalu, tapi sensasi dingin itu masih membekas di kulitnya.

Selesai relaksasi, (Name) memakai piyama tidur. Tetapi, ia belum ingin tidur. Ia membawa beberapa keping biskuit dan segelas susu ke kamarnya.

Dengan berbekal laptop, ia mencari semua kata kunci dan penelitian yang berkaitan dengan makhluk mitologi itu.

Sepanjang mencari, ia menemukan beberapa cerita jika vampir itu nyata di beberapa belahan dunia. Meskipun masih suram, (Name) tetap mencari jawaban itu. Utamanya pada ciri fisik mereka.

Kulit pucat, memiliki taring, suhu tubuh rendah, beberapa diantara mereka yang dari kasta tinggi memiliki manik merah. Terkadang mereka membutuhkan darah, tetapi ada juga yang tidak membutuhkan sama sekali.

Dari semua spesiesnya, vampir daywalker adalah yang paling berbahaya. Mereka cukup kuat untuk berjalan dibawah sinar mentari, mereka cukup lincah, cerdas, mudah berbaur di kalangan manusia, dan beberapa diantara mereka sangat loyal.

Kekuatannya pun tidak diragukan lagi. Beberapa vampir daywalker memiliki kekuatan untuk membaca pikiran, membuat vampir lain kesakitan dalam tatapan tertentu, memanipulasi sesama vampir, melihat masa depan, ahli strategi, dan lain sebagainya.

(Name) semakin dibingungkan oleh semua pernyataan itu, "Benarkah mereka nyata?"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro