Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 19 : Perburuan Mendadak

"Eichi-sama!"

Tori terus berteriak saat Eichi menemui rekannya dengan kondisi kurang sehat. Mereka sangat khawatir jika kondisi pimpinan mereka akan semakin memburuk.

Dengan sigap, Yuzuru membawa Eichi untuk duduk di sofa terdekat dan membiarkan pria ini beristirahat sejenak.

Yuzuru tahu jika akhirnya Eichi akan lemah setelah berhadapan secara langsung dengan Rei. Karena bagi Eichi, Rei memiliki tekanan tersendiri dibandingkan vampir yang pernah ia temui.

Mungkin saja, itu kutukan dari ayah Rei. Atau bisa saja, Eichi memang takut pada kekuatan Rei.

"Eichi-sama, apa kau baik-baik saja?" tanya Tori dengan tatapan sedih.

"Tuan muda, Kaichou-sama membutuhkan waktu untuk istirahat sebentar. Jadi, alangkah baiknya jika Tuan muda menyimpan pertanyaan sejenak," jelas Yuzuru.

Tori menggembungkan pipinya. Ia tidak terima ucapan Yuzuru dan ingin sekali bicara pada Eichi.

"Tidak apa. Aku hanya kelelahan karena banyak tugas yang harus aku selesaikan dalam waktu singkat," elak Eichi.

"Bohong, Eichi-sama pasti berurusan dengan Sakuma sialan itukan!" balas Tori.

"Tuan muda, mohon ketahui batasan Anda," tegur Yuzuru yang membuat Tori tidak mengerti jika Butler nya memihak siapa.

"Tidak, ini bukan tentang Sakuma. Omong-omong, dimana Wataru?" tanya Eichi yang tampak mulai pulih.

"Dia ... dia keluar sebentar. Bilangnya, dia ingin bermain dengan merpati kesayangannya," jawab Tori.

"Begitu, ya," ucap Eichi.

Setelahnya, tidak ada sepatah katapun yang keluar diantara mereka. Hanya ada dentingan beberapa alat gelas yang dihasilkan oleh Yuzuru.

Menyiapkan teh, mengambil beberapa kue kering, hingga dessert pun Yuzuru sajikan. Tentu saja tujuannya agar Tori diam sejenak hingga Eichi mau terbuka kembali dengan mereka.

Brak!

Pintu terbuka secara kasar dan diiringi dengan puluhan merpati putih memasuki ruangan ini.

"Bukankah ini indah?" tanya seorang pria yang memang dicari oleh Eichi.

"Wataru-kun," panggil Eichi tanpa memperdulikan merpati itu.

"Oh, Eichi. Mengapa kau tampak lemah begitu? Apa kau sakit?" tanya nya dengan nada santai.

Eichi menyeringai. "Kau bilang jika kau pernah menjadi guru dari penerus keluarga Sakasaki, bukan?"

"Ya, tentu saja. Aku memberitahunya untuk lebih bebas dalam mengekspresikan sihir. Sihir untuk kehidupan, sihir untuk perlindungan, dan sihir untuk kebaikan," jelas Wataru dengan bangga.

Tori dan Yuzuru hanya bisa diam. Mereka tidak tahu kemana arah pembicaraan Eichi.

Tapi, bukankah terdengar aneh jika Tori diam? Ya, tentu saja ada dalang dibalik diamnya Tori. Beberapa kali Tori ingin mencoba bicara, Yuzuru langsung menyuapkan sesendok roti ataupun dessert, sehingga Tori tidak sempat untuk bicara.

"Bisakah kau atur jadwal pertemuanku dengannya?" tanya Eichi dengan tatapan serius.

Wataru tersenyum lebar. Ia tidak menyangka jika secepat itu Eichi menginginkan pertemuan dengan Natsume.

"Apa kau yakin? Natsume bukan satu-satunya penyihir kuat yang bisa kau temui," ucap Wataru.

"Apa aku salah memilih orang? ...."

"Ketakutan adalah teror mu, Eichi. Kau membuat pikiranmu dikendalikan oleh rasa takut. Dan rasa takut itu akan menjalar pada teror yang membuatmu tidak bisa bergerak bebas serta memutuskan mana yang seharusnya menjadi lawanmu."

"Hei, Eichi-sama tidak takut pada siapapun, tahu!" gertak Tori.

"Oh ya? Apa kau percaya jika Eichi yang sebenarnya sangat lemah?" balas Wataru.

"Kau ...."

"Tori, tolong diam," ucap Eichi dan Tori pun hanya bisa menunduk. "Jadi, apa terorku yang sebenarnya, Hibiki Wataru?"

*****

Hutan tampak sedih. Pohon-pohon menyanyikan lagu alam untuk menghibur lingkungan sekitarnya. Burung-burung pun memilih pergi ketempat yang layak.

Suhu mulai menurun dan kegelapan pun tiba. Hanya rembulan yang menjadi satu-satunya penerangan.

"Lucerna," ucap Natsume dan kemudian dirinya dilingkari oleh bola-bola cahaya yang menyebar tiap ia berjalan.

Sepanjang jalan, yang ia temui hanyalah mayat. Beberapa diantara mereka sudah tidak dapat Natsume kenali lagi.

"Natsume? Kau kah itu?"

Suara (Name) membimbing Natsume padanya. Dan alangkah terkejutnya ia saat menyaksikan kondisi gadis yang ia cintai.

"Natsume, mengapa kau tidak datang?" ucap (Name) disela-sela rintihannya. Tubuhnya yang indah kini telah dirusak oleh tikaman belati yang entah darimana asalnya.

Para vampir dan manusia serigala telah mati. Menyisakan penyihir dan manusia dalam genggaman demon setelah mereka berhasil memburu semua garis keturunan vampir dan manusia serigala.

"Natsume, apa kau membenciku?" tanya (Name) dengan wajah yang mulai memucat.

Natsume tidak tahu harus berkata apa. (Name) benar-benar terluka namun dirinya tidak tahu harus berbuat apa.

"Natsume, aku mohon ... tolong aku."

Bip! Bip! Bip! Bip! Bip! Bip!

Natsume terbangun dari tidurnya dengan nafas tak beraturan. Tangannya terulur untuk mematikan alarm yang berhasil menyelamatkannya dari mimpi buruk.

"(Name) ...," gumam Natsume.

Setelah nafasnya teratur, Natsume mencari ponselnya dan menemukan hampir seratus panggilan tak terjawab dari gurunya, Hibiki Wataru.

Hingga akhirnya, sebuah pesan pun tiba sebelum ia menutup ponsel.

'Natsume, kau telah diburu.'

Natsume mengernyitkan dahi. Ia tidak paham mengapa ia diburu tapi, ia tahu jika ini rencana Rei.

Ada kemungkinan jika Rei ingin Eichi memburu dirinya agar urusan internal vampir kembali normal sebelum demon menyadari adanya kerusuhan diantara mereka.

Tapi, mengapa harus Natsume?

Natsume mencoba menghubungi Rei, namun tidak ada jawaban. Menghubungi Wataru pun percuma, karena gurunya sedang bekerja dibawah naungan demon.

Ya, pada akhirnya, hal itu hanyalah asumsi singkat Natsume saja. Karena baik demon dan vampir adalah dua makhluk yang merepotkan baginya.

Mau tidak mau, Natsume harus segera menyusun pergerakan. Ia harus bisa mempelajari semua yang ada dibuku dengan singkat dan cepat.

Natsume bangkit dari ranjangnya lalu pergi menuju ruang ritualnya. Ia merapikan piyama sebelum masuk dalam lingkaran dan setelahnya, ia mengulurkan tangannya.

Natsume memejamkan matanya dan pikirannya pun berkonsentrasi akan hal yang ia inginkan.

"Custos tenebrarum. Da mihi potestatem ad decipiendos daemones, qui post me sunt (wahai penjaga kegelapan. Pinjamkan aku kekuatanmu untuk mengelabuhi iblis yang memburuku)," gumam Natsume.

Seketika, lingkaran tempat Natsume berdiri memancarkan sinar merah. Dan seorang pria misterius muncul dihadapannya.

"A daemonio insectatus es, ut videtur (Kau diburu iblis rupanya)," ucap pria itu dengan tatapan tajam.

"Plus quam tu putas. Post eius quoque vitam videbantur (Lebih dari dugaan mu. Mereka mengincar nyawanya juga)," balas Natsume.

"Quod puella? Priusquam sera dixi tibi eum interficere. Nunc, cum tibi videris, bellum necesse est (Gadis itu? Sudah aku katakan padamu untuk membunuhnya sebelum semuanya terlambat. Sekarang kau lihat sendiri, peperangan tidak akan terhindarkan lagi)," ucap pria itu dengan nada yang sangat menyeramkan bagi manusia.

Natsume menghela nafas. Bukan tujuannya memanggil pria itu kemari untuk berdebat.

"Modo praebe mihi vires tuas. Ne sciat diabolus ubi sit verus locus. Etiam, ne laedant homines (Cukup pinjamkan aku kekuatanmu. Jangan sampai para demon mengetahui dimana lokasi yang sebenarnya. Dan juga, jangan biarkan mereka menyakiti manusia)," titah Natsume.

"Sicut per tuam petitionem, Magister Natsume (sesuai permintaanmu, Tuan Natsume)," ucap pria itu yang kemudian menghilang bersamaan dengan mendung yang tiba-tiba menyelimuti wilayah ini.

Meskipun begitu, Natsume masih mengkhawatirkan kondisi (Name). Ia semakin bertanya-tanya, apakah dia baik-baik saja? Apakah Sakuma bersaudara memperlakukan (Name) dengan baik? Apakah mereka bisa melindungi (Name) sepanjang hari?

Pertanyaan itu terus-menerus berputar dipikiran Natsume. Namun, yang terpenting saat ini bukanlah (Name). Melainkan keselamatan dirinya.

Setelah pemanggilan singkat itu, Natsume mulai melakukan hari yang membosankan. Bekerja, memasak, mengurus rumah ia lakukan seorang diri.

Terkadang, ia mengingat waktu dimana (Name) tinggal satu atap dengannya. Hari-hari terasa indah sampai Ritsu memintanya untuk kembali ke Jepang.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro