Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 16 : Halusinasi atau Kenyataan

Setelah puas mencari udara segar, Natsume yang memang tinggal satu apartemen dengan (Name) pun membukakan pintu untuk sang gadis lewat. (Name) mengucapkan terimakasih atas perhatian kecil dari sahabatnya ini.

Akan tetapi, saat memasuki ruang tamu, manik (eye color) menatap hal yang tidak asing untuknya. Ya, seorang pria dengan sweater dan jeans hitam tengah berdiri dekat jendela.

(Name) tidak berbicara. Ia justru berpikir jika itu hanya halusinasinya yang sengaja dibuat oleh Natsume agar dirinya tenang.

"Mau sampai kapan kau berpikir itu, (Name)?"

Suara itu sangat (Name) rindukan. Pria itu berbalik dan menatap (Name) dengan tatapan lembut. Membuat Natsume berpikir, sejak kapan predator sepertinya memiliki tatapan lembut seperti itu?

(Name) menatap Natsume. Tatapan itu menuntut Natsume untuk menjelaskan jika ini bukanlah halusinasinya.

"Aku tidak melakukan apapun, Koneko-chan," ucap Natsume.

Ritsu tersenyum. Tangannya yang dingin pun terasa hangat saat ia berhasil kembali menggenggam gadis pujaan hatinya.

Perlahan namun pasti, (Name) menatap manik merah darah yang sangat ia rindukan.

"Terimakasih sudah menungguku, (Name)." Ritsu mengecup kedua punggung tangan kekasihnya. (Name) yang masih setengah percaya pun langsung memeluk Ritsu erat.

"Bodoh! Apa kau tahu berapa lama aku mengkhawatirkan mu! Apa kau tahu berapa lama aku merindukanmu! Bodoh! Bodoh! Bodoh! Ritsu bodoh!" ucap (Name) sembari memukul pelan punggung Ritsu.

"Maafkan aku, (Name). Maafkan aku yang sudah membuatmu khawatir," bisik Ritsu sembari membalas pelukan kekasihnya.

Dalam pelukan Ritsu, (Name) menangis. Ia menuangkan semua rasa rindu yang hampir membuatnya menjadi gila. Entah berapa kata yang tidak mampu ia ucapkan untuk mengungkapkan kerinduan dan kekhawatirannya.

Sementara itu, Natsume yang hanya menyaksikan adegan romantis itupun terpaksa harus kembali ke kamarnya. Lagipula, sudah tidak ada ruang untuknya, bukan?

Kini Ritsu telah kembali. Secara otomatis, (Name) akan selalu menuruti apa yang dikatakan oleh Ritsu. Senyuman, tawa, kesedihan, semuanya akan ia tuangkan pada Ritsu.

Cemburu kah dirinya? Tolong salahkan hatinya yang sudah terlanjur mencintai (Name) tanpa mampu mengucapkan seberapa besar dirinya mencintai gadis itu. Rasa sakit memang menggerogoti hatinya, namun ia tidak bisa mengungkapkannya.

Menangis karena cinta? Tidak, itu hal yang aneh untuk dirinya. Ia masih ingat saat gadis itu menertawai dirinya hanya karena sifatnya yang berbeda.

Haruskah ia kembali berpura-pura kuat? Ya, itu kemungkinan besar yang terjadi. Mau bagaimanpun, gadis itu tetaplah sahabatnya. Atau lebih tepatnya, seorang gadis yang memiliki tempat spesial di hatinya. Mungkin saja, mati pun ia siap.

"Tch!" Natsume tidak tahan lagi. Ia membanting tubuhnya di kasur dengan harapan jika ini memang hanya bunga tidurnya.

Baru sebentar memejamkan mata, ketukan pintu kamarnya membuat dirinya harus kembali bertemu dengan (Name). Ya, (Name) lah yang mengetuk pintu kamar Natsume.

"Ada apa?" tanya Natsume.

"Ish, ketus sekali," balas (Name) sembari menggembungkan pipinya.

Natsume pun mengeluarkan senyuman secara terpaksa. Ia mengacak pelan surai (Name), "Apa ada yang bisa aku bantu, Koneko-chan?"

"Ritsu, dia ingin bicara denganmu," ucap (Name).

Dengan rasa malas, ia menemui Ritsu yang telah duduk santai di sofa. Seperti biasa, manik merah darah itu sama sekali ia benci. Karena manik itu juga yang membuat dirinya kehilangan orang berharga dalam hidupnya.

Sesaat setelah Natsume duduk, Ritsu mengeluarkan dan memberikan buku grimore yang selama ini Natsume cari.

"Bagaimana kau mendapatkannya?" tanya Natsume sembari mengecek keaslian buku itu.

"Gabriel yang memberitahuku dimana desa asal penyihir. Jadi, kemungkinan besar kalau buku yang kau cari ada disana," jelas Ritsu.

Benar juga, lokasi desa itu tidak jauh dari tempat ini berada. Namun, Natsume juga tidak merasa aneh jika lawannya mengetahui hal ini.

"Terimakasih," ucap Natsume.

"Natsume, mari kembali ke Jepang," ajak (Name) secara tiba-tiba.

"Kembali?" ulang Natsume.

"Um! Ritsu dan keluarganya sudah mengizinkanku berkunjung juga. Jadi, apa menurutmu kita tidak harus pulang? Ritsu juga bilang jika Rei-san ingin membicarakan hal penting denganmu," jelas (Name).

Memang mendadak. Tapi kalau dipikir-pikir, mereka juga tidak bisa langsung keluar dari negara ini. Banyak hal yang akan mereka kerjakan nantinya, seperti surat pengunduran diri dari pekerjaan, pengurusan visa dan paspor, dan sebagainya.

"Natsume?" panggil (Name).

Mungkin demi gadis ini, Natsume akan mengatakan iya.

"Baiklah jika itu keinginanmu. Tapi jangan repotkan aku mengenai perpindahan dan lainnya," ucap Natsume.

Manik sang gadis berbinar-binar. Ia melompat kegirangan dan kembali pada kekasihnya. "Sudah aku bilang, Natsume tidak akan menolak keinginan ku."

"Hanya itu saja yang ingin kau katakan? Jika tidak, aku akan mulai berkemas," ucap Natsume yang telah berdiri dari tempatnya.

"Natsume?"

"Hm?"

"Terimakasih."

Natsume tidak merespon lagi. Ia langsung kembali ke kamarnya untuk membaca buku itu. Bisa dibilang, tepatnya hanya untuk meneliti keaslian buku itu. Karena, bisa saja vampir itu memberinya buku yang bisa membunuhnya.

*****

"Natsume! Apa kau sudah menyiapkan surat pengunduran diri?" tanya (Name) yang sudah siap dengan amplop coklat.

"Mengundurkan diri? Untuk apa aku mengundurkan diri, Koneko-chan?" tanya Natsume dengan wajah heran.

"Kau tidak ikut denganku ke Jepang?"

"Tidak. Aku masih ingin bekerja disini. Setidaknya, aku mendapatkan suasana baru."

Wajah (Name) tampak lesu setelah mendengarkan ucapan sahabatnya. Entah mengapa, Natsume memang berbeda dari Natsume yang ia kenal.

"Baiklah. Kalau begitu, aku akan menghadap bos terlebih dahulu," ucap (Name) yang memberanikan diri untuk menatap Natsume, meski ia sedang tidak ingin.

"Semoga berhasil," balas Natsume.

Bukan maksud hati untuk membuat gadis itu sedih. Namun hanya ini yang bisa Natsume lakukan. Melepas gadis pujaan hati agar perasaannya tidak terus-menerus tersakiti.

Tinggal di luar negeri demi memperbaiki suasana hati. Mempelajari banyak ilmu sihir demi memperkuat kemampuan sihirnya.

Natsume menghela nafas. 'Maaf, Koneko-chan,' batinnya.

Tiba-tiba saja, seorang gadis kantor yang memang merupakan rekan kerjanya dan (Name) menghampiri dirinya. Gadis itu mengajak Natsume makan siang nantinya. Dan ya, tentu saja Natsume menolaknya. Karena ia bisa luluh hanya untuk (Name).

"Is it true that you like (Name)?" tanya gadis itu.

"It's none of your business," tegas Natsume.

"Oh, come on. Don't be so cold. Everyone knows that you only like (Name). Really, what do you see in a girl like her? Beautiful? Sexy? Cute? Are all Japanese girls like him?"

"I said, that's none of your business!" tekan Natsume.

Gadis itupun terkejut, termasuk (Name) yang baru saja mendapatkan persetujuan untuk keluar dari perusahaan ini. (Name) segera menghampiri Natsume dan mencoba menenangkannya.

"Sudah dapat izin, Koneko-chan?" tanya Natsume dengan nada yang tenang seperti biasanya.

"Ya, Bos sudah mengizinkanku untuk keluar. Tapi, ada apa denganmu? Kau sangat sensitif sedari kemarin."

"Bukan urusanmu juga, Koneko-chan."

"Ayolah Natsume-chan, kau ...."

"(Name), biar aku bantu mengemasi barang-barang mu. Aku sedang senggang saat ini."

(Name) hanya menurut. Rasanya, percuma juga untuk meminta Natsume berbicara. Padahal, Natsume juga menyuruhnya terbuka padanya. Tapi mengapa ia tidak?

Ia tidak suka Natsume yang sekarang. Ia ingin Natsume yang dulu. Natsume yang selalu memanjakannya, selalu berbagi cerita-cerita mitologi, mengajarinya sihir meski tidak mempan untuknya yang notabenenya manusia biasa, selalu memberinya jimat perlindungan. Kemana Natsume yang ia kenal dulu?

Perlahan, (Name) menatap Natsume yang tengah membantunya berkemas. Ia harap, keputusannya tidak salah.

'Andai aku bisa mengatakan ini, Natsume. Aku ingin mengatakan jika aku rindu sosokmu sebelum Ritsu hadir dalam hidupku. Aku ingin kau tetap menjadi Natsume yang selalu ada di sekitarku.'

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro