Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Episode 16 - Mengawasi

_BITSORI_
Wednesday, 20/11/2019

Langkah Seohyun semakin cepat, ia menghampiri wanita yang tengah berdiri memandang keluar jendela. Sedang Kyuhyun berjalan santai di belakang Seohyun. Akhirnya jarak mereka sudah dekat, dan wanita berambut ikal dengan memakai baju putih tanpa lengan berbalik. Senyum Seohyun merekah ketika melihat siapa orang yang datang menghampirinya.

“Lama tak bertemu,” sapa wanita itu lalu duduk di kursi dekat jendela, di hadapannya Seohyun dan Kyuhyun pun ikut duduk.

“Apa yang membawa kalian kemari?” tanyanya terkesan tak suka dengan kehadiran sang tamu, yang jauh-jauh dari Seoul ke Jeju.

“Aku ke sini untuk meminta bantuanmu, temuilah Heejin dan tarik semua perkataanmu waktu itu,” ujar Seohyun, wanita itu malah tersenyum kecil. “Aku mohon, dia adalah keponakanmu dan sekarang kehidupannya berubah drastis. Dia tidak mau berlama-lama di dekatku dan selalu menjaga jarak.”

“Jadi apa itu semua salahku? Lucu sekali. Seharusnya dia menyesali perbuatannya,-“

Seohyun memotong. “Apa yang telah dia perbuat, dia hanya ingin pergi bersama orang tuanya untuk melihat pameran. Dia tidak tahu akan menjadi seperti itu akhirnya, dia juga sangat terkejut waktu itu…”

Kyuhyun menyentuh tangan Seohyun yang mengepal di atas pangakuan, menyuruh gadis itu agar bersikap tenang.

“Dan kau malah menyalahkannya atas kematian orang tuanya, aku mohon Sooyoung Imo (bibi) ikutlah denganku, bantu aku agar dia dapat kembali seperti dulu,” pinta Seohyun.

Sooyoung memandang iba pada keponakannya, sebenarnya dia juga tidak benar-benar menyalahkan Heejin. Waktu itu dia hanya merasa sedih dan keluarlah kata-kata yang tak seharusnya dia ucapkan.

“Lalu bagaimana dengan Irene dan Suho? Aku dengar mereka juga menyalahkan Heejin atas kematian Yeonwoo, apa kau juga sedang mencarinya?” tanya Sooyoung, mulai menghilangkan sikap acuhnya.

“Apa kau tahu keberadaannya? Kami dengar dia ada di Busan, tapi kami tidak tahu dimana tepatnya.” Kyuhyun berbicara, mengalihkan penglihatan Sooyoung padanya.

“Sampai sekarang kau masih bersama Seohyun, apa kau sangat mencintainya sehingga mengabaikan perasaanku,” ucap Sooyoung ada pandangan sesal darinya.

Imo…” panggil Seohyun pelan.

Mereka dulu terlibat cinta segi tiga, dan Kyuhyun lebih memilih Seohyun dari pada Sooyoung. Mungkin karena itu Sooyoung selalu bersikap sinis pada mereka.

“Baiklah, aku tidak akan membahas itu. Tentang Suho dan Irene aku mengetahui keberadaan mereka karena sekitar satu bulan lalu aku hadir diacara pernikahan mereka.” Pengakuan Sooyoung membuat Seohyun dan Kyuhyun terkejut, setahu mereka Suho yang dulu kekasih Yeonwoo adalah tipe yang susah memulai sebuah hubungan.

“Jadi sejak kapan mereka memiliki hubungan?!”

“Kenapa tidak mengundang kami!”

Sooyoung mengedikan bahu, ia tahu baik Seohyun maupun Kyuhyun sama-sama kecewa. Hubungan yang kurang baik, mungkin telah membuat Irene serta Suho memilih untuk tidak memberitahu keduanya.

♪♪♪

“Haechan…”

Heejin, Jaemin dan Jeno serempak menoleh pada Nakyung. Terkejut melihat Nakyung menangis tersedu sembari memanggil nama ‘Haechan’.

“Ada apa dengan Haechan?”Jeno mendahului Heejin yang ingin bertanya.

“Nakyung-ah, jangan hanya menangis, katakan sesuatu,” tuntut Jaemin melirik air wajah gusar Heejin yang tampak memucat.

“Dia sadar, dia telah sadar,” haru Nakyung tidak bisa menahan tangis bahagianya.

Seketika itu juga Heejin mengucap syukur bersamaan dengan Jaemin dan Jeno yang saling merangkul pundak. Melunturkan segala ketakutan, membebaskan Heejin dari rasa bersalah yang memberatkan hati. Tubuhnya yang lemah dipeluk oleh Nakyung, seolah memberikan energi untuknya bangkit.

“Ayo, kita menemuinya,” ajak Nakyung.

Namun, rasanya Heejin masih tidak sanggup melihat Haechan yang mungkin masih membutuhkan perawatan, menjalani terapi untuk pemulihannya.

“Nanti… nanti setelah dia pulih benar, aku akan menemuinya.”

Pelukan mereka merenggang, Nakyung berganti meletakkan kedua tangan di bahu Heejin. “Baiklah kau bisa menemuinya nanti, dia akan sembuh total dan kembali seperti biasanya, kau bisa memercayai itu,” terang Nakyung begitu menenangkan kegundahan hati sahabatnya itu.

“Jaemin-ah, tolong jaga Heejin untukku,” kata Nakyung lagi.

“Tenang saja, kau bisa mempercayakannya padaku.” Jaemin menepuk dadanya dua kali hingga menimbulkan suara berdebam kecil.

“Jeno, ayo, kita pergi.” Nakyung kembali menatap Heejin, setelah itu pergi dengan diikuti Jeno yang sebelumnya mengusap surai panjang Heejin seraya tersenyum simpul.

♪♪♪

Haechan dengan ditemani ibunya tengah duduk bersandar di ranjang. Sorot mata Haechan terpaku pada pintu kamar yang masih tertutup rapat. Seseorang yang sangat ditunggu kehadirannya belum juga datang.

Tak lama pintu terbuka. Haechan menunjukkan wajah sumringah yang lalu tampak kecewa karena tidak melihat Heejin.

“Haechan-ah, bogosipo,” seru Nakyung memeluk sepupunya dengan perasaan haru yang masih mendominasi.

“Hai, brother!” sapa Haechan diberi pelukan lainnya dari Jeno.

“Kenapa baru bangun setelah satu bulan,” ujar Jeno.

Waktu berlalu begitu cepat bagi Haechan yang tidak menyadarinya. Dia terbaring selama itu dan semakin mengkhawatirkan kondisi Heejin.

“Heejin, dia tidak ikut dengan kalian?”

Nakyung menoleh pada bibinya. Jungahn mengangguk lemah, dia menyerah pada pendiriannya yang melarang Heejin untuk menemui Haechan, nyatanya sang putera tunggal terus menanyakan keberadaan Heejin.

“Heejin akan datang nanti, saat kau sudah pulih betul,” kata Nakyung.

Haechan berubah murung. Dia pasti akan segera pulih dan setelahnya dapat menemui Heejin di luar rumah sakit.

♪♪♪

Seperti malam-malam sebelumnya, Jaemin masih melakukan les privat pada Seohyun. Tapi kali ini yang tidak terlihat fokus adalah Seohyun. Dia lihat gurunya itu hanya terdiam, ia penasaran kenapa Seohyun seperti itu. Apa ada hubungannya dengan Heejin? Ia coba untuk memanggil Seohyun.

Noona,” panggil Jaemin tak mendapat respon, “Seohyun Noona!” ulangnya agak keras.

“Iya, apa kau kesulitan? Di bagian mana?” tanya Seohyun beruntun terlihat kaku.

Jaemin merasa tak semangat belajar jika gurunya pun tak semangat. “Sekarang Haechan sudah siuman, lalu apa yang Noona pikirkan?” ia segera menambahkan saat Seohyun menghela napas, “Apa tentang Heejin?”

“Hmm, dia…-“ suara pintu yang terbuka memotong perkataan Seohyun.

“Aku datang!” teriak senang laki-laki yang baru memasuki ruang belajar Jaemin.

Jaemin melotot melihat pamannya, “Kyuhyun Samcheon kenapa kemari?” kata Jaemin, berbeda dengan Seohyun yang berekspresi senang.

“Aku datang ingin bertemu dengan tunanganku, aku takut kau menyukainya jika terlalu lama bersamanya,” candaan Kyuhyun terdengar nyata.

“Tenang saja Samcheon, aku memang menyukai Seohyun Noona, tapi aku lebih menyukai adiknya!” pengakuan Jaemin yang tak disadarinya, menyita perhatian Kyuhyun dan Seohyun, sedang yang baru berbicara segera menutup mulutnya.

Suasana menjadi hening, sampai pasangan muda itu mengerti lalu membulatkan mata mereka. “Maksudmu Heejin!” ujar Kyuhyun dan Seohyun bersamaan memandang Jaemin.

Mau apa lagi, mereka sudah mengetahuinya dan itu baik juga untuk Jaemin agar lebih leluasa mencari tahu tentang Heejin.

Ne, Jeon Heejin! Makanya waktu itu aku segera menerima tawaran Noona untuk mengawasinya,” ujar Jaemin santai.

Kyuhyun dan Seohyun saling menatap. Mereka tersenyum, dan memikirkan satu hal yang sama. Dan itu membuat Jaemin ngeri, ia memilih untuk menekuni lagi soal-soal logaritma yang telah diabaikannya.

“Jaemin-ah, kami butuh bantuanmu!” ucap Kyuhyun, ditambah anggukan Seohyun dengan matanya yang berbinar seperti mengharapkan sesuatu itu dipenuhi oleh Jaemin.

Wajah polos Jaemin terlihat kebingungan. “Bantuan apa lagi?” tanyanya ingin mengetahui bantuan seperti apa yang dapat ia lakukan.

Jadilah mereka mengobrol sepanjang malam, dan Jaemin senang jika dapat ikut andil dalam rencana Kyuhyun dan Seohyun apa lagi itu menyangkut Heejin. Dia juga memberi beberapa ide untuk menambah berjalan lancarnya rencana mereka bertiga. Menjadi lebih mengenal Heejin, adalah sesuatu yang Jaemin sukai.

♪♪♪

Heejin mondar-mandir di ruang tamu. Sejak pulang sekolah ia tidak melihat kakaknya, ia merasa cemas sampai tidak bisa tidur dengan tenang. Berniat terjaga demi menunggu Seohyun, meski sudah jam sebelas malam. Terakhir yang Heejin tahu Seohyun tengah memberi les privat pada Jaemin.

Bayangan yang menyeramkan melintas begitu saja di pikirannya. Saking khawatirnya ia menggigiti kuku.

Eonni, sebenarnya kau kemana? Tidak mungkin meninggalkanku sendirian, kan!” gerutu Heejin menekan nomor Seohyun yang tetap tidak aktif.

Ia kesal sekali sambil melempar ponselnya ke sembarang arah. “Jika ingin pergi, setidaknya beritahu aku!” kata Heejin yang sebenarnya tidak ingin kakaknya itu jauh darinya, karena hanya Seohyun yang ia miliki. “Apa dia pergi karena aku? Kalau begitu dia pasti akan baik-baik saja tanpa aku.”

Raut wajah Heejin terlihat sedih. “Jaemin juga tidak mengangkat ponselnya!”

Disaat seperti itu pintu terbuka, dia mulai mengubah ekspresi wajahnya. “Eonni, kau kemana saja!” sambut Heejin mendekati pintu.

Melihat orang yang masuk rumah bukan kakaknya, ia terkejut mendapati laki-laki yang ia kenal membawa kopor.

“Kopor jelek ini, rodanya lepas lagi!” keluh laki-laki itu, membuat Heejin semakin bingung.

Heejin terheran-heran melihat Jaemin dengan kopornya. “Kau mau apa dengan kopor besar itu?”

Jaemin sudah masuk lebih dalam, memeriksa interior rumah yang sedap dipandang mata.

“Aku akan tinggal entah untuk berapa hari di sini, mengawasimu yang katanya sering terkena serangan panik,” jelas Jaemin dengan senyum lebarnya.

♪♪♪

Selalu kutunggu vote dan comment kalian yang berharga
Sampai ketemu di update selanjutnya 😃

Alesta Cho

THANKS FOR READING

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro