8. F R I ( E N D ) S
"Jaga mulutmu baik-baik."
Rain mendorong tubuhnya dengan kasar, selagi menjauhkan. Gadis itu buru-buru kembali bangkit menjauhi lelaki yang kini dipenuhi dengan alkohol.
Neil tidak akan membiarkan gadis pergi. Ia kembali mencengkal pergelangan tangannya selagi memohon, "Jangan pergi, 'lagi'."
Lagi? Rain sedikit terkesima akan hal itu.
Tidak butuh waktu lama, Neil menariknya dengan kasar, hingga tubuh mungilnya hampir tertidih dengan paha Neil yang saat ini sedang meluruskan kakinya di atas meja.
Buru-buru Rain bangkit, Neil kembali membenarkan posisi gadis iti tetap berada di pangkuannya.
"Neil ... gue mau pulang! Hikssss ....".
Cup!
Neil membersihkan isak tangis tangis itu selagi mengecup bibir cantiknya dengan hangat.
Tindakan Neil sekilas membuat Rain menahan nafasnya lekat. Kemudian lelaki itu merengkuh tubuhnya sekilas bersender di pundak Rain, "Gue butuh lo."
"FRIST KISS, GUE!"
Setelah sekian detik terdiam, kembali ke dalam sadar, Rain berteriak dengan lantang menepuk bahu Neil, dikatakan posisi mereka sangat dekat.
Neil tidak memperdulikan sorakan gadis itu, ia tetap merengkuh badan mungil gadis itu. Tempat ternyaman yang paling sukai.
"Neil! Brengsek! Lo udah ngambil frist kiss gue! Sial!" Meski tenaganya tidak sebanding, Neio tetap berada di dalam posisinya.
"Seberengseknya gue, gue gak pernah lupain lo."
***
Orion meridbling bolanya memasuki ring dengan sempurna. Kini timnya lebih unggul daripada tim lawan.
Setelah sang pelatih melakukan peluit menyelesaikan latihan sore hari ini, Orion beranjak bergegas ke arah lain meneguk air meneral di pingir lapangan merehatkan otot-otot badannya.
Basket adalah prioritas utamanya.
"Isteri lo uda pulang duluan?"
Salah satu timnya bernomer pungung tiga belas itu menepuk pundaknya membuat Orion mendongak sempurna dengan lelaki atletis yang kini sibuk memainkan bola.
Memperhatikan kanan kiri seolah keberadaan murid SMA Antariksa telah senyap di kediaman masing-masing.
Meski Rain, adalah kekasih Orion, gadis itu sangat jarang menampakan diri meski hanya bersorak mendukung tim kekasihnya dengan suara lantang di pingir lapangan seperti gadis-gadis pada umumnya.
Hal itu membuat Frans sedikit iba. Tidak sepertinya dirinya yang selalu digerumbuli para cewek.
"Udah kencan berapa kali, sama cewek-cewek muslihat?"
Frans terkekeh kecil. Lelaki itu menyondorkan salah satu minuman dari pengemarnya untuk Orion selagi berucap, "Lama-lama gue bosen ...."
Buru-buru Orion alihkan ketika hari mulai tengelam. "Bro! Gue balik duluan!"
"Siapa yang bantuin gue balikin bola?!" teriak Frans tidak memperdulikan langkah Orion semakin menjauh.
Kini dengan perasaaan kesal, ia memunguti bola basket yang bergelinding di lapangan sendirian. Beruntungnya, tidak memungut sampah.
Sedangkan Orion tetap mengarah ke arah parkiran sekolah. Menurutnya, berjalan sambil memainkan ponsel, ketika terjadi sesuatu disetiap langkahnya itu adalah ketidaksengajaan.
Lelaki itu merasa cemas dikarenakan kekasihnya sedaritadi tidak kunjung membalas pesannya. Tidak lupa segera menekan tombol panggilan hingga terdengar jawaban.
"Maaf, nomer yang anda hubungi--"
Berulang kali operator yang sama menjawabnya.
Jarak apartemen Rain dengan letak sekolahan SMA Antariksa tidak terlalu jauh, Orion akan mengecek keadaan kekasihnya.
***
Rain merasa tercekat ketika badannya di sofa. Kepalanya berdenyut punyeng. Masih di tempat sama, ini adalah apartemen Nail, ia masih ingat kunjungannya terakhir kali menjadi nasib seperti ini.
Yang Rain lihat, Nail saat ini tergeletak di atas lantai. Tanpa berfikir panjang, gadis itu menuntutnya mengarah ke arah sofa, meski bau alkohol sangatlah menyengat.
"Menyusahkan," cibirnya.
Dilihatnya beberapa botol minuman alkohol berantakan di atas meja, Rain hanya menghela nafas dalam sebelum beralih ke arah ponsel cantiknya yang kini bercampur dengan gelas vodca.
Gadis itu mengendap-endap keluar, entah apa yang terjadi di luar ketika seseorang mengetahuinya dengan penampilan kusut seperti ini. Setidaknya, pakaiannya masih melilit di badannya tidak berulah sedikitpun.
Belahan membuka pasword, Rain tetap berjalan hingga tidak mengetahui kekasihnya telah berada di dalam apartemen memperhatikannnya diam-diam.
"Darimana, kamu?"
Sontak Rain terkejut, gadis itu memundurkan langkahnya belahan, dengan membulatkan mata ketika Orion menatapnya intens.
"Kamu ngapain disini?" Rain bertanya balik.
"Bukannya udah biasa aku kemari? Kamu kok kelihatannya--"
"Aku mau mandi." Rain buru-buru mengakhiri pembicaraanya memasuki toilet. Kali ini, ia dapat bernafas lega.
Orion yang sedaritadi mengerutkan kening itu pun memilih mengecek keadaan luar terlebih dahulu. Ditambah dengan penampilan gadisnya, terlihat tampak berantakan. Itu membuat kekhuawtiran yang tidak dapat dibendung.
Selangi mencermati sekitarnya, Orion tidak sengaja memperhatikan sesuatu yang menarik perhatiannya.
Rupanya benda yang tidak sengaja Rain alihkan. Orion berjongkok menyelamatkan barang berdebu itu dengan sedikit membersihkan noda debunya.
Tidak lain itu frame foto Rain semasa kecil. Yang menyita perhatiannya kali ini adalah foto lelaki di album frame tersebut.
"Kamu cari apa, hm?" Rain berdehem. Barusaja selesai dari ritual mandi. Gadis itu menyatuhkan handuk kecil dengan rambut panjang miliknya. Apalagi Orion yang berjongkok di bawah meja itu terlihat seperti tikus tetangga, yang selalu mencuri camilannya.
Orion segera menyembunyikan frame itu kembali mendongak. "Eh iya. Barang aku jatuh."
***
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro