Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

7. F R I E N D S H I T

"Gue bisa jalan sendiri!"

Rain menghimpas pergelangan tangan Nail selagi menyangah menuntutnya berjalan. Meski kakinya teramat perih, Rain yakin bisa mengatasinya sendiri. Ini tidak jauh lebih buruk.

Nail menghiraukan perkataan gadis didekatnya itu membuka kontak P3K lalu membersihkannya terlebih dahulu mengenakan cairan alkohol.

Seingatnya, Nail-lah yang selalu mengobati luka gadis kecil itu akibat dari kecerobohannya. Tetapi itu dulu. Sebelum semuanya berubah.

Tiada obrolan yang dilontarkan kedua remaja itu. Rain belahan terpaut dengan pemikiranya sendiri hingga lelaki dihadapannya itu mengibas pandangannya.

***

Kedua gadis itu sebenarnya tidak jauh berbeda, meski dengan penampilan seirama sekalipun.

Yang membedahkan hanyalah kelopak mata mereka cenderung berbeda seratus delapan puluh derajat.

"Rain, aku membelikanmu diary."

"Diary?"

Gadis itu mengangguk mebulak-balikan dua buku diary dengan cover sama lalu memasukkan ke keranjang pembelajaan.

"Kan aku gak suka nulis, Ai?" Rain kecil bergumam kembali menyamakan dua buku diary yang kini berada di keranjang digeret oleh gadis yang tidak jauh berbeda dengannya itu.

"Hari ini aku menulis, suatu saat kita dapat membacanya kembali! Mungkin, mengingat itu menyenangkan, Rain ..."

"Mengingat pelajaran saja, sudah membuatku puyeng," decak Rain mengalihkan arah melajukan langkah terlebih dahulu.

Rain dapat merasakan, meski ia sendiri tidak tau keberadaan gadis itu. Ikatan mereka sangat membuatnya merasakan gadis itu selalu berada di dekatnya.

Mengingat hal itu mulutnya belahan tertarik, ketika secuil kenangan itu masih tersisa.

"Aku merindukanmu," tututnya bergumam pelan.

"Aku juga merindukanmu," cekik Orion iseng membalas gumaman itu.

Seusai di halaman apartmement gadis itu, Rain segera melepas selt beltnya tidak lupa menjitak kepala lelaki itu dengan tatapan ganas. "Aku tidak merindukanmu!"

Orion sedikit tertawa melambaikan tangan kepada gadis kecilnya itu lalu melajukan mobilnya kembali.

Bertepatan dengan itu, ia tidak sengaja memperhatikan salah satu mobil menarik perhatiannya.

***

Salah satu cewek dari berapa banyak cewek di SMA Antariksa rupanya dapat menarik perhatian ketiga temannya spesies buaya buntung tersebut.

Neil harus membersihkan tubuhnya dengan air tujuh mawar melati, agar ia tidak tertular dengan mereka.

"Wih. Pretty-nya Antariksa."

"Primadona ...."

"Tunggu Abang dipelaminan ya!"

"Mana mau, Elsye sama lo? Mimpi, woi! Bangun!" Dariel menepuk muka mulus Samudera dengan tumpukan kertas selagi dengan mata ke salah satu ciptaaan Tuhan yang terlihat sempurna kini tidak jauh dari arah mereka.

Gadis dengan tubuh ideal dengan bola mata lentik itu terlihat dari seberang warung, menoleh kanan dan kiri selagi menungu kedatangaan seseorang.

Neil yang tidak asing dengan gadis itu, bahkan lebih dekat dengannya itu membuat tatapannya memandang gadis itu dengan tatapan jengah.

"Sekali lagi, kalau lo bilang jelek, kayaknya mata lo minus deh, Neil," celatuk Nap dengan muka begonya tanpa filter berada dihadapannya tepat.

Nap dapat menyimpulkan lelaki itu tidak tertarik dengan Elsye.

"Jangan bilang lo suka sesama jenis, cewek secantik dia, lo gak tertarik?"

"Gue cuma bilang 'dia kurang menarik'."

Bagaimana Neil harus merasa kagum dengannya? Jika mereka telah saling mengenal? Sayangnya, penampilan luarnya tidak semarik dalam hatinya.

Gadis yang sama dengan gadis yang menempelinya ketika berada hari pertama memasuki SMA Antariksa. Neil tidak bisa berbuat banyak ketika mengetahui satu sekolah dengan gadis manja itu. Memikirkan itu, membuatnya jengah.

"Gue tebak, lo udah punya cewek idaman."

Neil kini berada di ambang kesadarannya memutar radio dengan volume keras tingkah kesadaraan hampir di atas rata-rata.

Rain, yang sedikit terganggu dengan instrum musik keras itu pun belahan mengusik dimana suara keras itu berasal.

Bukan terdengar jelas, hanya sepihan suara. Tapi baginya itu sangat menganggu meski suara itu berasal dari tetangga barunya, yang berartikan di seberang.

Berulang kali mengetuk, karena merasa tidak medapatkan respon. Gadis itu memutar pergelangan pintu. "Neil ...."

"Neil ...."

Lelaki itu dapat mendengar siapa gadis yang berulang kali memangil namanya. Minuman alkohol kini menjadi temannya. Satu gelas hampat terteguk, menuangkannya kembali. Lagi, lagi dan lagi.

Rain yang kini memperhatikannya sempat terkejut, memundurkan langkah berlahan. Neil pun sontak berseru, seolah memberinya sambutan. "Lo ga kasih sambutan say hello, kr gue sama sekali."

Aroma alkohol begitu menyengat di indera penciumannya. Rain mendugah lelaki itu menghabiskan beberapa minuman alkohol, sebanyak itu hingga nyawanya sedikit berada di ambang.

Dengan cekatan, gadis mendekat berlahan mengurangi rasa takutnya. Meraih segelas minuman yang akan lelaki itu segera teguk.

"Masih tau arah jalan keluar, 'kan?"

"Engga. Gue masih pingin disini." Rain mengelengkan kepala menolak selagi mematikan musik keras--dimana alasannya ia kemari. "Sebelum lo berhenti minum, gue tetap disini."

"It's oke. Kalau itu mau lo." Neil mengocok minumannya berfikir sejenak sebelum meraih pergelangan gadis itu.

Tidak sengan-segan, Neil menarik tangannya dengan keras, membuatnya hampir saja tersungkur, ditambah dengan ekspresi lelaki itu menatapnya intens, seolah keberadaan Rain disini membuat ingin membunuhnya.

"Gue tarik! Gue mau pulang!" tegas Rain meringis kesakitan.

Neil segera menutup mulut cantiknya dengan jari telunjuk mendekat ke arahnya dimana gadis itu telah berada di sofa tidak jauh dari arahnya.

Semakin dekat Neil mencondongkan tubuhnya, semakin dikit pula, oksigen yang Rain hidup.

Tubuhnya bergetar hebat sebelum nada panggilan mengintimidasi kedua remaja itu.

Drrttt ....

Si pemilik ponsel segera meraba ponselnya di dalam saku. Setidaknya, Rain dapat bernafas lega.

Sebelum mengeser panggilan telepon, Neilterlebih merampas ponselnya. Rupanya ... ia ingin bermain sejenak.

Rain menutup mulutnya sontak terkejut. Kini ponselnya berada di tengah gelas berisikan minuman alkohol milik Nail yang tersisa hampir penuh.

"Damn it, Nail!"

***
eh gak dapet feel ya?wkwk
pdhal aku maksa nih😬
gara² nonton drakor, jadi ...
terbelangkai wkek rasanya 'mantep'😳✊

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro