Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

2. N E I L, M U R I D B A R U

Semalam Rain dan Orion menghabiskan banyak waktu hingga larut malam, tanpa dirasa hubungan mereka semakin hari semakin membaik. Hanya saja, keduanya tidak terlalu menyukai hal-hal di hadapan publik, seolah memamerkan keuwuan sebuah hubungan.

Rain yang tinggal sendiri tanpa kedua orangtuanya, tidak jarang orang tua Orion mengajaknya menginap bersama.

Don't think negatively. Rain ditempatkan di kamar sebelah kamar Orion. Bukan muhrim, breee! Eh, belum sah.

Orion sudah berada di meja makan selagi memperhatikan Rain menyiapkan makanan dengan Tasya, Mamanya itu dibantu dengan asisten rumah tangga.

"Rain, kalau boleh, Mama mau bawa kalian ke Bangkok University setelah lulus sekolah," gemercap Tasya mengundang kedua remaja itu mengarah ke arahnya.

Mereka saling memandang salah satu sama lain. Reflek dengan ekspresi terkejut. Sedangkan Orion hanya memberikan respon acuh.

"Masih wacana doang," lanjut Tasya berargumen. Ia tersenyum simpul selagi mengiris bawah membuat air matanya seketika luruh.

***

Seorang pria beralis tebal dengan rambut lembek mengoleskan pomade dengan rata di dihadapan cermin. Seragam SMA Antariksa melekat di badannya dengan sempurna.

Hari pertamanya sekolah, ia siap dengan gaya stay cool andalannya selagi menjaga penampilannya yang terlihat rupawan.

Terlalu percaya diri, namun ia yakin orang disekitarnya tidak akan beralih ketika melihat kumis tipis miliknya yang membuat kesan tampan berkali-kali lipat.

"Neil!"

Seorang gadis sebaya dengannya dari lawan arah tiba-tiba mengandeng tangannya, tidak memperdulikan tatapan seorang pemilik menatapnya risih.

"Bukan muhrim!"

"Kan kamu otw jadi imamku!" celatuk gadis itu memutar bola mata malas.

Semoga saja.

"Di mimpi indah, lo!"

SMA Antariksa, terpampang jelas di segala sudut sekolah bernuansa modern ini. Tidak kalah menarik dengan lukisan astronomi angkasa sangat terlihat menonjol. Menambah daya tarik tersendiri. Mungkin itu adalah sebagai lambang prioritas sesuai dengan namanya, 'Antariksa.'

Antariksa, sendiri merupakan personifikasi dari langit yang tinggi atau atmosfer yang merujuk luar angkasa.

Neil melangkah dengan seksama selagi mengikuti wali kelas. Gemersak-gemersuk ruang kelas itu mendadak bisu ketika Bu Dya, wali kelas XII-F sekaligus sebagai sesi tata tertib memasuki kelas dengan suara hak tingginya.

Dari TK sampai kapanpun, selalu diawali dengan perkenalan.

"Nama saya, Neil Rafefry. Call me, 'Neil', it's not, 'Nail'."

"Aah! Iso wae lu, Bambank!" celatuk salah satu siswa deret belakang dengan tampang bad boy.

Dimana pun, pasti ditemukan dengan spesies macam itu. Bisa-bisa mereka adalah akan menjadi temannya. Terkadang tampang tidak dapat menjadi tolak ukur.

Neil memperhatikan setiap orang di kelas barunya namun tidak kunjung menemukan orang yang ia cari?

"Minta nomer whatsap-nya dong!"

Lamunannya terhenti ketika beberapa para cewek tukang gosip itu berteriak kencang dengan spontan.

"Oke! Ntar gue kasih nomer togel." Neil mengacungkan jempol selagi mendapatkan respon, membuat ruangan kelas menjadi gaduh.

"Huh!"

"Kasih nippon point , noh!"

"Gak penting save nomer, lu!"

"Pulang! Malu-maluin!"

Banyak siswa yang meneriaki gadis itu, sedangkan Bu Dya memukul white board dengan keras, seketika suasana pun menjadi hening kembali.

Bagaimana nasib mereka selama tiga tahun, dengan wali kelas sesi ketertiban???

Neil berjalan santai menuju bangku kosong di deretan belakang diiringi dengan siswi-siswi mempersilahkan agar memilih duduk bersamanya.

"Minggir, lo! Gue mau Neil duduk disini!"

Beberapa dari mereka rela mengusir teman sebangkunya sedikit cari perhatian ke arah murid baru itu--Tidak lain, Neil.

"Jangan sok cakep yeh, lu!" balas lawan bicara mereka yang tidak mau pindah bangku karena mendapat usiran dari para cewek.

Cewek emang ribet, dah!

Saat para cewek menginginkan duduk bersamanya, salah satu dari mereka bahkan menolak agar ia tidak menduduki bangku didekatnya yang saat ini masih kosong, atau belum terisi.

Gadis itu menggelengkan kepala sekilas sebagai tolakan halus. Neil mengangguk, selagi mengiyakan. Lagipula, ia juga tidak berniat duduk disana.

Tempat ditujunya, adalah dua meja dari belakang deret gadis bercepol itu. Dimana penghuninya menikmati tidur di kelas pagi beralas tumpukan buku.

Neil menyentil berulang kali seperti sedang menyentil kelereng keras agar menggelinding lebih jauh.

Lelaki itu kerap dipanggil Nep atau Nap mengelus bagaian tangan yang sengaja Nail sentil dengan mata belahan terbuka sempurna.

"Yeah! Akhirnya gue punya teman nyontek!" Terdengar antusias, ketika memperhatikan orang yang tiba-tiba menduduki bangku di dekatnya itu. Apalagi wajah terkesan asing, tidak salah satu itu adalah murid baru yang para cewek sering bicarakan beberapa hari ini.

"Gue Nail, murid baru. Salam kenal, Brooo!" Neil memperkenalkan diri dengan menepuk bahu Nap.

Tatapannya beralih ketika salah satu siswi terlambat memasuki kelas. Itu adalah harapannya. Jika tidak ....

" .... sayangnya dia bucin ke Orion," gumam Nap melekuk kedua tangannya di bahu selagi memperlihatkan salah satu teman mereka dari sebagian siswi terlambat tersebut.

Orion mengacak rambut lawan bicaranya sebelum ijin dengan Bu Dya. Detik selanjutnya, gadis itu diperbolehkan masuk.

****

***

**

*
Terimakasi telah meluangkan waktu
membaca ceritaku ini wkwk
mohon maaf jika kurang dihati, eaak😂
soalnya aku sendiri, ngerasa begitu😂

Lupnya satu hektar kebon💚

jgn lupa pencet bintang
disudut kanan bawah👋
kasi hotel bintang lima juga
gapapa. dah ah kabor🖖
jangan bosen² pokoknya😹

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro