Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

10. A R A H M A T A A N G I N

"Kenapa gue harus jauhin Elsye."

Nail memainkan korek api, menyatuhkan dengan benda panjang yang dapat menimbulkam asap putih lalu menghirup udaranya sekian beberapa detik.

Pertanyaan Nap sedaritadi mengusiknya,  membuatnya berfikir. Mengapa harus menjaga jarak dihadapan mereka?

"Kalau gue dekatin Rain, gimana?" tanya Neil lagi dengan gaya sok polos. Hal itu membuat Nap ingin menjitak teman barunya itu.

"Tikungan tajam, man!"

"Selama belum janur kuning melengkung, kenapa engga?"

"Kayaknya lo gada cewek, selain Rain." Nap berdecih menginjak satu batang rokok yang telah menyusut.

Keadaan di roftop, hanya dipenuhi dengan semilir, dikarenakan cuaca siang hari ini, tidak terlalu menunjukan matahari bersinar terang.

"Jangan-jangan ...."

"Enggak!" Nail bersihkeras membantah apapaun yang dikatan Nap, lelaki itu membuatnya mudah teradaptasi dengan lingkungan SMA Antariksa, dimana Nail masih berstatus sebagai menjadi murid baru disini.

Nap, tidak jarang memberitaukan informasi cuma-cuma dengan fakta atau gosip yang sering beredar.

Ditempat lain, Vay masih sibuk-sibuknya mengoceh. Gadis itu memiliki predikat sales mak-mak kompleks di antara satu teman gengnya.

"Kalian tau, mood pagi gue rusak gara-gara lihat Mak lampir nyasar ke kelas gue."

"Lo tau sendiri, 'kan, Elsye palingan cari sensasi dekatin cowok famous, dengan tampang body goalsnya itu. Bukan body goals, yang ada gedein atasnya doang." Komentar Cici dengan mulut merconnya disertai boncabe.

Pandangan mereka berenam sangat buruk di gadis bernama Elsye, bahkan mereka telah hilang respect. Yang dulunya menjadi teman, kini menjadi musuh, hanya suatu insiden. Sengaja, tidak sengaja, bagaimanapun hasilnya tetap sama. Minus.

"Rain ... lo gak ada apa-apa sama Neil, 'kan?" tutur Samudera beralih ke arah gadis yang sedaritadi terdiam itu.

Rain pun mendongak mengelengkan kepala belahan. "Engga! Emang ada apa?"

Vay, Cici, Orion dan Tamtan kini memperhatikan dua remaja itu. Setidaknya jawaban Rain, membuat mereka dapat bernafas lega.

Samudera yang tidak sengaja mencurigai Neil, dikarenakan lelaki itu lebih sering memperhatikan Rain, dan kedatangan Elsye di pagi ini, mungkin detik ini juga mereka akan menjaga jarak kepada teman barunya itu.

Bukannya mereka saling menghasut, hanya saja, setidaknya mereka memiliki jalan pemikiran yang sama.

Orion pun mendekat mengacak rambut kekasihnya dengan lembut selagi mengatakan sesuatu, "Jangan dekat-dekat ke Nail ya, aku gak suka. Kamu tau, 'kan?"

Rain hanya mengangguk.

Pandangan mereka terhadap Elsye, mungkin busa dikatan sama dengan pandangan Rain kepada Neil.

Setidaknya posisi Rain, dan Neil kini impas.

Rain, yang berbahagia dengan Orion, dan Neil ... setidaknya lelaki itu akan berbahagia juga dengan kedatangan Elsye, meski tidak dipungkiri Rain juga tidak menyukai gadis itu.

***

Pak Jarot, guru berkumis tipis di pelajaran sejarah itu tidak segan-segan menghukum para murid yang tidak mengerjakan tugas darinya.

Kini salah satu murid meratapi nasib ketika mendapat hukuman dari Pak Jarot.

"Hey kamu ... iya kamu, murid baru." Pak Jarot memainkan pengaris panjang menunjuk Neil yang kini menjadi pusat perhatian di kelas.

Dengan kumis tipis, tidak jarang para siswi  lebih sering memperhatikannya, daripada memperhatikan pelajaran yang diajarkannya. Mereka menganggap pelajaran Sejarah, atau bidang study yang diajarkan Pak Jarot sering membuat mereka mengantuk.

"Rain ... Rain, anterin gue ke kamar mandi," bisik Vay dengan tampang memelas.

"Ngapain?"

"Cuci muka. Gue ngantuk."  Vay mengusap wajahnya menahan diri agar tidak menguap.

Beberapa menit lalu, Vay barusaja barusaja dari alam bawah, beruntung saja, Pak Jarot terlau fokus dengan hukuman Neil dikarekan terlambat masuk ke kelas dan juga tidak mengerjakan tugas.

Bagaimana mengerjakan tugas? Murid baru itu belum menerima apapun, kecuali atribut sekolah.

Tidak berlaku bagi Pak Jarot.

"Kamu bisa pinjam di teman."

"Catet! Salin di buku."

"Gak ada alasan."

Itulah tuntunan guru killer, acuh tidak acuh dengan usaha para murid, hanya dikarenakan teledor.

Apa kabar tangan?

Vay melangkah terlebih dahulu. Sebelum meminta ijin, Pak Jarot sudah menatap kearahnya mengintimidasi, "Mau kemana, hekm."

Usai diijinkan Vay tersenyum ke arah Rain. Keduanya menghela nafas lega setelah melewati jalan maut.

Harapan itu tidak sejalan mulus, ketika Rain mendapat alihan dari Pak Jarot, bahkan menutup akses sebelum ia keluar dari kelas mengikuti langkah Vay beberapa langkah darinya dengan garis panjang.

Vay memanyunkan bibir sewaktu mengetahui langkah Rain dicegah oleh Pak Jarot. "Kamu bisa ke kamar mandi sendiri," tegur Pak Jarot.

Vay dalam posisinya hanya dapat mengumpat dalam hati sebelum perkataan, "Iya. Pak," dari bibirnya lolos seketika. Hanya itu yang bisa katakannya.

Inilah nasib Rain menjadi sasaran empuk dari Pak Jarot.

Tanpa berbasa-basi, guru berkumis itu menyatakan tujuan tanpa berbasa-basi.

"Kamu antar dia ke perpustatakan. Pinjam semua buku, jangan lupa mapel saya."

Rain hanya mengangguk, melirik ke Neil, tidak lain adalah orang yang ia ingin hindari saat ini lalu terlebih dahulu melangkah.

Nasib baiknya, mungkin kali ini tidak berpihak kepadanya.

"Kalo jalan pelan, gue capek ngejar lo."

Tidak mendapat respon.

Neil menatap lekat gadis itu lebih dekat. Tidak jarang ia merindukan sosok teman kecilnya itu. Setidaknya memperhatikan gadis itu rasanya lebih cukup.

Neil tidak berharap hubungan mereka membaik, setelah kesalahan yang diperbuat olehnya. Neil sadar akan hal itu, tetapi ... ia hanya berharap Rain tetap menjadi Rain yang ia kenal.

"Rain ... dosa ga sih, kalau gue pingin ...."

"Kita udah sampai di perpustakaan, lo bisa pinjem buku satu semester." Tanpa dirasa perjalan mereka telah sampai tujuan. Rain mempersilahkan Neil memasuki ruangan perpustakan.

"Mana gue tau." Neil bergelik menaikan alisnya. Kesempatan ini digunakan dalam Neil sebaik mungkin. "Gue harus gimana?"

Kesempatan dalam kesempitan.

Pada akhirnya, Rain terlebih dahulu mendahului memasuki ruangan. Sedikit berbincang dengan penjaga perpustakaan,  lelaki itu hanya berdiam diri seperti patung comberan

"Jangan cuma berdiri disitu, bawa buku lo sendiri," teriakan suara kecil Rain menghentikan lamunan Neil yang ssdaritadi memperhatikan Rain sebagai objek.

Setelah keduanya mengisi buku kehadiran, Rain tertuju menagarah rak buku tumpukan buku pinjaman dari beberapa kelas.

"Neil!!!"

Rain berteriak kesal, ia tidak memperdulikan beberapa penghuni perpsutakaan menyelidik ke arahnya.

Seseorang yang dipanggilnya dengan cepat mendekat ke arahnya, lalu menutup gadis itu dengan cekatan, "Gue denger ... gue denger."

"Budek ya, lo!"

Rain menjinjing satu tumpukan buku dengan tali rafia rapi lalu membanting kasar di atas meja.

"Belum gue pahami, udah modyar. Ralat, belum gue baca," celatuk Neil kembali menata tumpukan buku seperti semula.

Setelah selesai, Rain akan beranjak pergi, namun langkahnya terhenti ketika sesorang menahan pergelangan tangannya.

"Temani gue bentar."

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro