Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

His Secret

Kagerou Project Fanfiction

WARNING! PAIRING!

Don't Like Don't Read!

Takane x Haruka

AU, Campuslife, Romance


Takane POV


Pagi hari, pergi ke kampus, lalu kembali lagi ke rumah, mengerjakan tugas, bermain game dan tidur lagi.

Haaah...!!! Lama-lama aku bisa mati kebosanan!

Mengucek mataku yang masih setengah mengantuk sambil berjalan menuju ke kafetaria, aku menemukan bahwa semua orang menjaga jarak, sama seperti saat aku masih SMA.

"Ene-chan! Ohayou!"

Sepertinya tidak ada yang berubah juga darinya. Rambut berantakan dengan sisa nasi di sekitar mulutnya, aku jadi bertanya-tanya kenapa semakin dewasa orang bodoh itu makin bodoh saja.

Dan juga, gadis-gadis yang mengejarnya. Mereka lebih idiot lagi.

"Makanmu berantakan sekali," ucapku setengah malas setengah kesal "Ck! Sadar umur donk!"

Haruka membersihkan sekitar mulutnya dengan lengan bajunya, "Ene juga harus sadar umur, bukannya sudah saatnya kamu menggunakan make up?"

Tiba-tiba harga diriku sebagai wanita tersentil, aku menonjok perutnya mengungkapkan kesal.

"Aku tidak memerlukannya bodoh!"

Berjalan dengan lebih cepat, aku berusaha untuk meninggalkan Haruka yang mengejar sambil memanggilku. Beberapa orang memperhatikan, dan aku cukup kesal untuk itu.

"Ene-chan, marah-marah tidak baik untukmu..." ucap Haruka ketika langkahnya sudah menyamai langkahku.

"Hmp!"

Aku membang muka.

"Ene-chan! Lihat! Lihat! Aku membuat ilustrasi untuk game barumu."

Dia berdiri di depanku , menghalangi jalan sehingga langkahku terhenti. Wajahnya terlihat senang sambil memberikan buku sketsa berukuran 4A milknya padaku.

"Aku pergi dulu ya! Kelasnya akan segera di mulai," ucap Haruka

Dia mengelus kepalaku sebentar sebelum pergi menuju ke gedung fakultas seni dan budaya. Yang tentunya bersebrangan dengan fakultas teknologi komputer dan informasi.

Aku memang meminta bantuannya untuk menggambar beberapa sketsa untuk game yang sedang kubuat. Kerja sama yang mirip ketika kami masih SMA.

"Senpai, kau bisa gila jika terlalu banyak tersenyum,"

"Ap-apa?!!"

BLETAK!

Shintarou mengelus kepala belakangnya yang kupukul. Sepertinya aku cukup sial karena memiliki adik tingkat sepertinya.

"Lebih baik kau urus urusanmu sendiri!" ucapku sambil melangkah lebar-lebar menuju kelas.

***


"Bagaimana? Apa kamu menyukainya?"

Begitu jam makan siang berakhir, Haruka tiba-tiba meneleponku. Sepertinya bocah itu cukup bersemangat untuk mengetahui pendapatku. Memikirkannya membuatku sedikit bangga.

"Gambarmu bagus seperti biasa," pujiku tulus "aku pikir untuk character game no 6 diganti warna rambutnya menjadi kuning,"

"Hm? Kau tidak menyukai itu ya? Padahal karakter itu kubuat agar mirip sepertimu, aku cukup serius saat membuatnya lho...."

Pipiku memerah bersamaan dengan rasa campur aduk yang memenuhi kepala segera kutepis kuat-kuat, apa-apaan itu?!

Aku melihat kearah lembar-lembar selanjutnya, wajah beberapa character game yang dibuat oleh Haruka, aku mengenalinya.

"Hei, kau menggunakan 'kita' sebagai refrensi ya?"

"Hehe.... Soalnya saat menggambarnya aku sedang memikirkan kalian,"

Aku yakin ia pasti menggaruk-garuk pipinya sambil tersenyum bodoh sekarang.

"Tak apalah," sahutku,

Melihat gambar-gambar yang dibuat oleh Haruka membuatku teringat dengan markas 'Pahlawan Rahasia' yang namanya cukup geli di telingaku. Yang digagas oleh Ayano untuk mengisi liburan musim panas agar tidak membosankan.

"Apa besok ada waktu?" tanyaku

"Hm... ya? Ada apa?"

Aku menelan ludah, "Besok... bagaimana kalau kita pergi ke Café dekat stasiun?"

"Boleh-boleh," ucapnya dengan nada riang,

"Sore, jam 4."

"Oke, sampai bertemu besok!"

Aku menutup teleponnya, jantungku berdetak dengan cepat. Tidak menyangka bahwa memberikan ajakan membuatku kehabisan banyak energi.

"Enemoto-san pergi kencan ya?"

"Eh..?!!!!!"

Aku terkaget, ponselku hampir jatuh dari tangan. Tiba-tiba saja aku menyadari bahwa ada dua orang di hadapanku. Ayano tersenyum sedangkan Shintarou memasang wajah datar dengan sebuah buku saku di tangan kirinya.

"Ne... ne... Enemoto-san, hubungan kalian sudah sejauh mana?"

Radar kepo Ayano tampaknya makin menjadi-jadi sejak kuliah, Shintarou juga memiliki walau ia tutupi dengan wajah datar, mungkin tertular oleh Ayano.

"Gezz... bisakah kalian berhenti menatapku seperti itu?!"

"Senpai, jaman sekarang sangat sulit untuk berkencan dengan orang sepertimu, aku kasihan dengan Haruka-san."

Aku langsung menjitaknya, "Aku hanya mentraktirnya makan untuk terima kasih!"

"Tapi pipinya Ene-san memerah lho!"

"Ti-tidak! Ini tidak seperti itu!!!"

Ayano tertawa sedangkan Shintarou tetap stay cool walau aku yakin dia sedang menertawakanku di dalam hati.

TAK! TAK!

Aku memukul kepala mereka dengan buku, agar kekesalanku sedikit menghilang.

***


Hari ini aku mendapatkan jatah libur. Jadi aku memutuskan untuk istirahat seharian di rumah. Penyakitku juga berangsur-angsur membaik. Dokter selalu menyarankan untuk menambah waktu tidurku, entah itu di siang atau malam hari.

"Hum... di rumah pasti membosankan..." gerutuku

Headphone yang terpasang pada kepalaku tidak mengeluarkan suara sama sekali, radio dan tracklist lagu di ipod tidak terlalu menarik untuk didengarkan.

Iseng-iseng aku membuka daftar kontak yang ada di ponsel.

Haruka Idiot

<Hubungi> <Pesan>

Jempol tanganku memencet kata hubungi, aku diam sesaat sebelum sadar dan berusaha untuk menutup telepon. Namun suara Haruka langsung terdengar membuatku mengurungkan niat.

"Moshi moshi Ene-chan, ada apa?"

"Ha-hallo.." ucapku kaku, haruskah aku menutup teleponnya sekarang? Tapi...

"Apa kau punya waktu luang sore ini?" tanyaku, mungkin keluar jalan-jalan akan terasa sedikit mengasikkan.

"Tentu-tentu!" ucapnya agak keras, dengan suara yang serak.

"Haruka, kau kenapa?" tanyaku mendengar suaranya yang aneh,

"Ehehe... aku hanya baru bangun,"

"Kalau begitu kutunggu depan halte kampus ya! Ja nee!"

Langsung kututup telepon, tinggal tiga jam lagi sebelum jam perjanjian, kurasa masih ada waktu untuk tidur.

**


Kagerou Project Fanfiction

WARNING! PAIRING!

Takane x Haruka

AU, Campuslife, Romance


***

Aku tidak dapat tidur, jadi aku menghabiskan waktu untuk mandi dan juga memilih baju yang harus kukenakan nanti. Sejujurnya aku tidak tau darimana semangat ini muncul.

Aku mendesah ketika melihat pakaian yang berserakan di atas tempat tidurku. Mataku lalu tertuju pada dress berwarna biru muda dengan renda-renda berwarna hitam. Kalau tidak salah aku membeli ketika tahun baru kemarin, bersama Haruka di mall baru dekat SMA.

"Ya sudah aku pakai ini," gumamku,

Ting! Tong!

"Ya! Tunggu! Siapa sih yang bertamu sekarang, mengganggu saja," dumelku

Rambutku bahkan belum selesai kusisir haiss...

"Maaf ya, cari siapa?" tanyaku sambil membuka pintu.

Hening, diantara kami.

Orang yang memencet bel adalah Haruka,

Ia memakai baju berkerah berwarna kuning, celana panjang berwarna coklat serta jaket berwarna hijau muda.

Rambutnya tampak lebih rapi dari biasanya.

Sialan, wajahku memanas!

"Bu-bukannya kusuruh kau tunggu di halte, ke-kenapa malah kesini?!" kataku

Ya Tuhan... Rambutku masih tergerai lagi!

"Um... Ya begitulah... kupikir karena jalannya searah..."

Haruka memalingkan wajahnya ke samping, apa aku terlihat jelek?!

"Masuk dulu!"

Aku menyuruhnya masuk, ia bengong sebentar sebelum mengikutiku ke ruang tengah.

"Aku merapikan rambut dulu, diam di sana dan jangan keluyuran!"

Haruka, bagai kerbau di cocok hidung duduk di sofa ruang tengah yang berhadapan dengan televisi.

Lima belas menit kemudian, aku turun dengan rambut yang sudah dikepang dua seperti biasanya, aku memakai jaket luaran. Meski baru minggu pertama musim gugur, aku harus mengatisipasi dingin.

***

Kami tiba di kafe depan kampus setelah menaiki bus dan kereta. Haruka lebih banyak diam di perjalanan, biasanya ia akan menggunakan bibirnya untuk bicara tiada henti.

Tumben.

Tapi aku tidak mempermasalahkan itu, toh tenang sekali-kali juga menyenangkan.

Setelah sampai di Kafe barulah Haruka seperti biasanya, memesan makanan yang terlampau banyak. Berceloteh mengenai Hibiya yang akhirnya berpacaran dengan sahabat kecilnya, atau mengenai Seto yang mendapatkan penghargaan di sekolah.

"Oh ya, Takane kau terlihat cantik hari ini,"

"Be-begitu ya..."

"Mungkin jika Takane berias seperti ini ke kampus, kau akan terkenal,"

"Aku malas melakukannya setiap hari, merepotkan,"

"Hahaha... Takane kau berlebihan..."

Mungkin, satu-satunya yang berubah dari Haruka setelah kuliah adalah gaya makannya yang tidak seberantakan dulu.

Ketika malam telah tiba, barulah kami pulang.

Hujan mengguyur dengan deras, padahal tadi pagi ramalan cuacanya cerah. Apa ini yang dinamakan cerah bisa kehujanan?

"Kita tidak membawa payung," ucapku dengan nada malas,

"Siapa bilang kita perlu payung?"

Haruka membuka jaketnya, ia lalu menyelimuti kepala kami, menarik pinggangku agar aku mendekat padanya.

"Pegang kuat-kuat ya!"

Haruka berlari sambil menarikku, aku yang panik pun memegang ujung jaket yang satunya agak tidak terlepas. Kami berlarian menuju halte bus yang cukup jauh dari Kafe.

Kami sampai di Halte dengan kondisi jaket haruka yang basah berat, sedangkan pakaian bawah kami basah karena terciprat hujan.

"Yang tadi itu gila," ucapku

Debaran yang ada sejak awal ada ketika kami berlari masih kurasakan hingga kini, sialan.

"Iya, kamu benar,"

Haruka dan aku duduk, halte cukup sepi. Badan Haruka terlihat menggigil membuatku sedikit iba. Aku melepas jaketku lalu memakaikannya pada Haruka.

"Nih! Jangan sampai jatuh sakit!"

Haruka tiba-tiba menarikku, memeluk dari samping lalu berbisik.

"Kupikir seperti ini akan terasa hangat,"

***

Aku berguling di kasur, rasa hangat di pipi tidak menghilang sejak kejadian di Halte. Yang paling membingungkan adalah aku tidak berbuat apa-apa, biasanya aku akan menyentil atau memukul bahunya.

Ini parah.

Aku akan menonjoknya besok.

Namun aku tidak menemukannya dimana pun. Di kampus aku sudah bertanya pada teman-teman sejurusannya meski dengan wajah yang sedikit enggan, ia tidak kuliah hari itu.

Begitu juga hari esoknya, hari berikutnya.

Aku sudah menghubungi Haruka, namun ia hanya membalas dengan singkat. Ia tidak pernah menjawab teleponku juga.

Ini tidak benar.

Aku juga mampir ke rumahnya namun tidak ada orang disana, membuatku semakin khawatir.

Haruka kamu sebenarnya dimana?

***


Haruka POV

Aku melihat kearah luar jendela, sudah sebulan sejak aku berada disini. Aku jadi bertanya-tanya bagaimana keadaan Takane ya?

Ah... memikirkannya membuat rindu ini tidak tertahan.

Dokter bilang keadaanku semakin memburuk, namun ia optimis bahwa kesehatanku pasti akan pulih esok hari. Kalau Takane mengetahui kondisiku, apakah ia akan memarahiku karena kecerobohanku saat kencan kami kemarin?

Aku tertawa, kurasa hanya aku yang menganggap itu kencan, mungkin bagi Takane berbeda.

"Aku ingin keluar jalan-jalan," ucapku pada seorang perawat yang datang untuk mengganti selimut kamarku.

"Ah... tentu, tunggu sebentar saya akan menemani anda."

Orang tuaku pergi ke luar negeri untuk bekerja, jadi mereka tidak bisa menemaniku disini.

Perawat itu menemaniku berjalan-jalan di taman belakang rumah sakit yang ramai. Banyak pasien rawat inap yang kadang-kadang kemari untuk mencari udara segar.

Aku pun begitu.

Tidak ada yang bisa kugambar jika berada di dalam kamar terus menerus. Aku bukan seorang hikineet seperti Shintarou.

"Maaf saya ingin pergi ke kamar kecil sebentar,"

"Ah ya, silahkan."

Dan aku sendiri di taman, meski tidak benar-benar sendiri. Perawat yang menemaniku pergi buang air.

"Baka Haruka!!!"

Seseorang berteriak sambil berlari kearahku, ekspresi yang sama seperti ketika aku tertangkap basah pergi keluyuran untuk mencari makanan saat festival sekolah.

"Kau kemana saja hah?! Kenapa kau tidak mengabariku? Aku khawatir setengah mati tau gak?!"

Takane memelukku, "Kamu bahkan tidak pernah menceritakan tentang penyakitmu yang sebenarnya! Padahal kamu tau tentang penyakitku, kamu curang!"

Aku mengelus kepalanya, sementara Takane terus berbicara tanpa henti. Bolehkah aku sedikit besar kepala karena ia memperhatikanku seperti ini?

"Maaf, aku hanya takut kamu terbebani," ucapku, membuatnya terdiam,

"Itu tidak akan terjadi! Lagi pula aku lebih kuat daripada kamu yang lemah!" Takane berkata sambil melepaskan pelukan.

"Aku penderita HIV,"

Aku mengatakannya, akhirnya aku mengatakannya.

Rahasia yang tidak pernah kukatakan pada Takane.

Yang selalu kusembunyikan sambil tersenyum.

"Lalu kenapa dengan penderita HIV?! Kau seharusnya memberitahuku! Setidaknya ketika kondisimu sedang menurun aku bisa melakukan sesuatu!"

Takane menangis, "Apakah aku tidak berhak untuk mengetahui itu?"

Gantian, kini akulah yang memeluknya, "Karena kamu berharga, sangat berharga"

Aku mencium keningnya, tangisnya berhenti seketika. Aku menutup mataku, bersiap untuk menerima jitakan atau tamparan beserta makian kasar.

Cu~~

Takane mencium pipiku, lembut, aku tidak pernah tau kalau bibir Takane lebih lembut-dari bayanganku.

"Bodoh, kau membuatku sangat kesal, Haruka."

Takane menyembunyikan wajahnya di dadaku, sedangkan aku tertawa, tawaku paling bahagia.


END




HARUSNYA DI POST UNTUK EVENT FANFIC TAPI DL-NYA KELEWAT.

SEMOGA KALIAN SUKA!

Klik Bintang atau komen untuk mendukung FF ini!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro