Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab.8a

Tidak ada yang istimewa hari ini dari hari kemarin. Aktivitas sekolah masih berjalan seperti biasa. Kantin ramai dan membludak, teriakan dari dalam kelas masih sama gaduh dengan sebelumnya dan murid yang salah tetap dihukum berlari di lapangan. Cuaca cerah seakan mendukung untuk mengatakan bahwa tidak ada yang berbeda. Hal yang berbeda justru terjadi di kelas 2E, saat istirahat Tuti si cewek kesurupan didatangi oleh Rianti dan Alex. Semua mata menoleh curiga, penasaran. Bisik-bisik menjalar bagai wabah saat melihat Tuti berjalan berdampingan dengan Alex dan Rianti.

Tuti dibawa ke taman tempat kemarin sore Adit bertemu Alex. Dia yang tidak mengerti apa salahnya, duduk di bangku dengan tidak tenang. Sementara Alex, Rianti dan Monica duduk bersisihan di hadapannya.

Beberapa murid yang kebetulan berjalan melewati meja mereka, bertanya dengan suara meledek apa yang mereka lakukan di taman. Namun tidak ada yang menggubris. Rianti bahkan memamerkan tatapan galaknya bagi siapa pun yang mendekat.

"Kalian mau apa? Kenapa gue dibawa kemari?" tanya Tuti dengan raut wajah tidak suka. Terus terang Rianti dan Alex adalah tipe murid yang kurang popular, dekat sama mereka tidak berguna bagi Tuti. Bagi Tuti adalah aib jika semua melihat dia bergaul dengan anak aneh.

"Lo bukannya kesurupan? Gara-gara bermain jailangkung?" Rianti bertanya padanya.

Tuti mengangguk, "Nggak ada hubungannya sama kalian kan?" imbuhnya.

"Jelas ada, lo tahu gue siapa kan?" Alex mengetuk meja di depannya, seakan memberi penekanan kata pada Tuti.

"Lo orang aneh, semua kenal lo sebagai orang aneh," tutur Tuti dengan gamblang, "dan kenapa gue harus dengerin apa kata orang aneh."

Sejenak, wajah Alex seperti tertampar. Rona merah menjalari wajahnya yang putih hingga ke lehernya. Dia menutup mulutnya seperti menahan emosi. Monica merasa kasihan melihatnya. Rianti sendiri menjadi tidak enak hati.

"Jangan marah sama dia, Alex. Dia nggak kenal lo jadi begitu," ucap Monica berusaha menenangkan Alex.

Alex hanya diam, menarik napas panjang untuk menenangkan diri. Dia sudah biasa menghadapi hal ini, orang-orang yang menganggapnya aneh dan suka berhalusinasi. Beruntung sejak dia masuk SMA membatasi pertemanan hingga tidak perlu menderita banyak cacian.

Alex bersendekap, memandang Tuti dengan tenang. Semilir angin menerbangkan daun-daun kering di atas tanah. Monica beranjak dari duduknya, berdiri di samping Tuti. Monica memandang halaman luas yang di tumbuhi pohon akasia, ada kerinduan samar untuk bermain dan berlari di lapangan. Menyentuh tanah, daun gugur dan air.

"Gue tahu lo bohong soal kesurupan, lo nggak beneran kesurupan kan?" tebak Alex.

Perkataan Alex membuat Tuti terperangah, mulutnya terbuka seperti hendak mengatakan sesuatu, "Sok tahu, lo!" semburnya ke Alex.

"Emang gue tahu, itu Monica lagi berdiri di sebelah lo dan lihat kan lo baik-baik saja nggak kejang-kejang," tunjuk Alex pada Monica.

Monica tersenyum samar, tangannya mengelus pundak Tuti meski dia tahu Tuti tidak akan merasakannya.

Tuti berdiri dengan berang, berkacak pinggang dan berteriak lantang, "Jadi, lo nuduh gue bohong! pakai bawa-bawa Monica segala!"

"Iya!" tegas Alex. Ikut berdiri dan berhadapan dengan Tuti, "gue tahu persis lo bohong, ngaku sajalah!"

"Sudah-sudah, kita kemari bukan untuk bertengkar. Alex lo duduk," perintah Rianti, "Tuti lo juga duduk!"

Tuti mendengkus, matanya melirik Alex dengan rasa benci yang terang-terangan, "Kalian mending bilang sekarang, apa mau kalian. Gue mau belajar buat mid tes. Kalian bikin waktu gue terbuang percuma," desisnya kesal.

Monica duduk kembali di samping Tuti. Dia memandang Alex yang marah dan berkata pelan, "Bilang saja terus terang padanya, Alex. Jangan ngamuk-ngamuk."

Alex mengangkat bahunya, "Gue dah coba, Monica. Lo lihat sendiri betapa keras kepalanya dia.Dia juga nggak percaya kalau lo ada di sini."

Tuti terbeliak mendengar nama Monica disebut, dia menoleh ke kanan dan ke kiri dengan ketakutan.

"Monica di samping, lo," ujar Alex, "dan kami berdua manggil lo kemari buat minta bantuan lo."

"Bantuan apa?" tanya Tuti dengan suara gemetar.

"Untuk membersihkan nama Monica. Kami tahu lo berpura-pura kesurupan, sampai bawa-bawa nama Monica. Itu pembohongan publik, merusak nama baik orang meski dia udah nggak ada di dunia. Lo bisa bikin Monica marah!"

"Kalian bohong, cuma pingin nakut-nakutin gue kan?" desis Tuti, "bagaimana kalau gue nggak percaya."

Kali ini Rianti yang marah, dia memukul meja membuat Monica, Tuti dan Alex terlonjak kaget. Dengan nyaring dia berkata, "Terserah lo mau percaya atau nggak soal kehadiran Monica tapi kalau desas-desus ini terus berlanjut, gue pastiin Monica akan terus nguntit hari-hari lo. Selain dia juga ada gue, lo tahu kan gue siapa? gue bisa sadis kalau lo tetap bandel nggak mau ngaku."

Ucapan Rianti yang panjang lebar membuat Tuti bungkam. Akhirnya dengan pasrah dia menunduk kalah. Dia bersedia dan berjanji untuk menghentikan kasak kusuk soal Monica. Rianti mengancamnya dengan halus hanya untuk memastikan dia menepati janjinya. Saat dia meninggalkan bangku taman, wajahnya pucat menyiratkan rasa takut dan penyesalan. Rianti dan Alex memandang dengan puas kepergiannya.

Entah bagaimana cara Tuti mengakhiri gosip namun desas desus akhirnya terhenti. Jika sebelumnya banyak orang mengaku kesurupan mulai hari ini sudah berhenti dengan sendirinya. Alex ikut membantu jalannya pemulihan nama Monica, dia mengatakan keras-kerasa kepada siapa pun yang mendengarkan bahwa dia akan memanggil arwah Monica dan menyuruhnya untuk membuntuti siapa pun yang kesurupan.

Alex dan Rianti bergerilya menemui murid yang mengaku dihantui Monica. Dengan sedikit ancaman mereka mengaku telah berbohong. Adit tidak pernah ikut campur secara langsung menginterograsi mereka karena posisinya sebagai anggota tim basket sangat rawan gosip. Belum lagi dia menghindari bentrok dengan Farhan dan Hana jika ketahuan mondar-mandir dengan Rianti. Namun dia memberika ide dan usulan dari jarak jauh untuk Rianti dan Alex hingga akhirnya misi mereka sukses. Sekarang Monica bisa bersikap tenang karena sekolah kembali menjadi tempat yang damai untuknya.

"Alex, terima kasih udah bantu gue ya?" ucap Monica sambil tersenyum. Saat itu mereka tengah berduaan di dekat gerbang. Monica sengaja menunggu Adit datang.

Alex tersenyum lirih, sungguh aneh bisa berbincang seakrab ini dengan hantu. Dia memang melihat kehadiran mereka namun berusaha sedikit mungkin untuk berinteraksi dengannya. Bukan hal asyik jika orang melihatmu berkomat-kamit sendirian. Tapi Monica beda, dia asyik dan ramah. Bueh, hantu ramah? udah gila kali gue ya? batin Alex bingung.

"Monica, kita pulang sekarang?" Suara Adit terdengar dari belakang mereka.

Monica menoleh dan tersenyum samar. Adit menepuk bahu Alex dan menjabat tangannya, "Good job, Bro. Mulai besok lo samperin gue jika pingin ke kantin," kata Adit ramah.

Alex melongo, "Itu artinya gue bisa gabung sama lo?" tanyanya dengan nada tak percaya.

Adit mengangguk, "Kapan saja."

Lalu dia berjalan dengan Monica yang melayang pelan di sampingnya. Alex memandang kepergian mereka. Sungguh bingung dengan sikap Adit, demi Monica yang bukan lagi manusia, Adit rela melakukan segalanya agar Monica bahagia. Dari tempatnya berdiri dia bisa melihat Monica yang tersenyum berseri-seri, Monica yang terlihat cantik. Alex menggelengkan kepala dan mengutuk pikirannya yang ngelantur.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro