Bab.7c
"Ada apa ya?" Cowok berkaca mata yang duduk di depan mereka memandang dengan takut-taku ke arah Adit.
"Lo Alex, bukan?" tanya Adit pelan.
Alex mengangguk, sesekali memandang Adit kadang kala melirik Rianti. Dia terlihat Adit dan Rianti memandangnya tak berkedip. Seisi kelas heboh begitu tahu bahwa Adit memanggilnya. Sejujurnya dia enggan ikut namun mengingat reputasi Adit, mau tidak mau dia mengikutinya.
"Apakah lo sering lihat gue bertanding?" tanya Adit santai.
Dia membawa Alex duduk di taman sekolah yang rindang. Ada Rinti di depannya dan Monica yang memandang Alex penuh minat. Di taman tidak banyak orang, hanya beberapa murid yang sedang makan cemilan. Mereka mengamati kelompok Adit dengan penuh minat namun Adit tidak peduli.
"Apa lo bisa lihat siapa yang duduk di samping gue?" tanya Adit sambil menunjuk Monica.
Alex seakan terpana lalu menggeleng lemah, "Nggak,"
"Yakin?" Kali ini Rianti yang bertanya.
Alex mengangguk, "Gue nggak paham kalian ngomong apa. Emang ada apa di samping, Adit?" ucap Alex gugup, "sebenarnya kalian berdua manggil gue mau ngapain?"
"Lihat yang benar, Alex," tegur Adit.
Alex berdiri dari tempat duduknya, "Kalian berdua bersikap aneh,udah gue bilang nggak paham apa yang ingin kalian katakana. Kalau nggak ada hal lain, gue ke kelas dulu."
Saat Adit dan Rianti berpandangan bingung, terdengar suara tawa Monica. Dia bergerak cepat mendekati Alex dan berdiri di sampingnya.
"Gue tahu lo bisa lihat gue, Alex. Mata kita bersirobok barusan," ucap Monica tenang.
Senyum Adit merekah saat mendengar kata-kata Monica, dia bangkit dari duduknya dan mendekati Alex. Postur tubuh Adit yang tinggi seperti mengintimidasi Alex.
"Kenapa bohong, Alex?" tanya Adit pelan.
Butir keringat sebesar biji jagung bercucuran di wajah Alex yang putih. Kaca mata yang dipakainya melorot dari hidung. Dia meremas-remas tangan dan menoleh kanan kiri, berharap ada orang membantunya. Masalahnya, tidak banyak orang di sini. Banyak dari murid yang menghabiskan jam makan siang di kantin dari pada berkeliaran di taman. Alex menunduk merasa tidak ada harapan.
"Alex, lo kenal gue siapa kan? Rianti yang biasa menghajar orang, lo bohong sekali lagi," ancam Rianti sambil mengepalkan tangannya, "gue nggak segan-segan menghajar lo."
Terlihat Alex mulai pasrah, dia duduk kembali ke tempatnya. Monica tersenyum simpul dan duduk di sebelah Adit. Dia mencolek bahu Adit dan berkata pelan.
"Sepertinya dia enggan berurusan denganku, Adit--, "
"Siapa yang tidak enggan berteman dengan hantu!" tukas Alex.
"Hati-hati bicara, Bro," Teguran dari Adit membuat mulutnya kembali menutup. Matanya melirik ke arah Monica yang memandangnya dengan tatapan sendu.
"Kalian mau apa sebenarnya," tanya Alex pasrah.
Rianti bangkit dari duduknya dan menepuk pundak Alex, membuat Alex meringis kesakitan. Karena meski Rianti seorang cewek namun berlatih bela diri membuatnya bertenaga.
"Gue mau lo bantu kami, membersihkan nama Monica," ucap Rianti jelas.
"Soal kesurupan itu?" tanya Alex.
Adit, Monica dan Rianti mengangguk bersamaan. Senang rasanya Alex mengerti maksud mereka tanpa mereka menjelaskannya lebih dulu. Bagi Adit, Alex type orang yang bisa mengerti maksud orang lain dengan cepat. Ini meringankan bebannya dari keharusan bercerita panjang lebar.
"Kenapa gue harus bantu kalian dan apa untungnya buat gue?" ucap Alex.
"Memang lo nggak mau kalau bantu gue, kita sesama murid di sini?" tanya Monica dengan suaranya yang halus.
Alex memandangnya lekat-lekat, seakan baru menyadari kehadiran Monica di sini. Dia melepas kaca matanya yang basah oleh keringat menggunakan lengan bajunya lalu memakainya kembali.
"Sudah beberapa waktu gue amati lo, kesana kemari dan terus menerus berada di samping Adit. Gue sendiri heran ternyata Adit bisa lihat hantu. Gue yang penasaran sempat mikir mau negur lo tapi gue urungin, "ucap Alex jujur, "gue nggak kenal lo dan nggak ada keharusan gue bantu lo," putus Alex masih dengan mata memandang Monica.
Rianti merasa geram, dia tahu Alex tengah bicara dengan siapa. Saat dia hendak meledak marah, Adit memberi tanda agar dia tenang.
"Adit, gue dengar lo termasuk murid yang nggak popular bahkan cenderung dicap aneh karena kemampuan lo," kata Adit tenang, tangannya terulur mengetuk kaca mata Alex, "kalau gue bisa bikin lo popular bahkan torang tidak akan peduli betapa anehnya lo, apa lo nggak tertarik? bebas dari pembulian, terkenal sebagai teman Adit."
Alex menganga, sungguh tidak membayangkan apa yang ditawarkan Adit untuknya. Menjadi teman Adit, popular dan bebas dari pembulian juga ejekan karena dianggap aneh. Sungguh suatu impian yang luar biasa. Akan sangat bagus jika menjadi kenyataan. Selama ini dirinya sudah lelah mengalami ejekan terus menerus, dianggap aneh, gila bahkan orang yang suka berhalusinasi hanya karena dia bisa melihat apa yang tidak bisa orang lain lihat.
Alex menelan ludah dan berkata gugup, "Bisakah kayak gitu?"
Adit mengangguk mantap. Alex menatap Monica dan Rianti bergantian seakan mencari dukungan bahwa kata-kata Adit bisa dipercaya. Di menarik napas panjang lalu berkata pelan, "Oke, gimana rencananya?"
Adit bertukar senyum lega dengan Monica. Rianti menggebuk punggung Alex keras-keras dan hampir meremukkan tulang punggungnya saat dia menyatakan kesenangannya atas bantuan Alex. Siang itu mereka habiskan dengan berdiskusi bagaimana caranya membantu memulihkan nama Monica.
Monica tersenyum melihat teman-teman tersanyangnya berbicara serius. Dia merasa senang bahwa bagaimana pun keadaannya mereka mampu menerima dia apa adanya. Dirinya yang melayang tak tentu di antara langit dan bumi sungguh suatu siksaan. Kehadiran Adit dan Riantilah yang mampu menghiburnya.
Monica mengawasi Adit dari samping, melihat caranya tertawa, mengamati kerutan di keningnya saat bicara serius dan mendengar suaranya yang tegas, sungguh Monica sangat menyukainya.
"Jangan memandangku terus-menerus, Monica. Nanti aku GR." Teguran dari Adit menyadarkan Monica. Dia menunduk malu. Sikapnya yang salah tingkah tidak lepas dari pengamatan Alex.
"Aneh, ada hantu bisa tersipu-sipu," ucap Alex sambil berdecak keheranan.
Matahari bersinar terang setelah kemarin diguyur hujan. Angin bertiup sepoi-sepoi membuat suasana yang panas menjadi sedikit menyegarkan. Kesepakatan dibuat oleh mereka berempat dan besok adalah saatnya bertindak untuk membantu Monica.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro