Bab.4a
"Hai, Adit." Suara Monica yang lembut menyapa Adit yang tengah berdiri kebingungan.
"Monica, ngapaian kamu di sini?" tanyanya heran.
Monica tersenyum, menghampiri Adit yang tampak heran.
"Aku sama kayak kamu. Nggak sengaja terdampar di sini," jawab Monica pelan.
Adit memandang Monica yang berdiri dengan gaun putih dan tanpa kacamata yang selama ini selalu dia pakai. Rambutnya yang ikal tertiup angin. Mereka berdiri di tengah padang bunga, Adit mengenalinya sebagai bunga kaca piring yang dia lihat di teras rumah Monica.
"Monica, sekarang kita mau ke mana?" tanya Adit, masih tidak mengerti dengan situasi yang dia hadapi. Dia menatap dirinya yang berpakaian dan bercelana putih namun anehnya tidak memakai alas kaki. Rumput yang dia injak sangat lembut.
"Adit, kita harus balik. Atau lebih tepatnya, aku akan mengantarmu pulang. Yuuk!"
Tanpa diminta, Monica meraih tangan Adit dan menggenggamnya. Untuk sejenak Adit membiarkan dirinya dituntun oleh Monica melewati padang bunga yang seperti tak berujung. Entah kenapa, tempat ini terasa sangat indah untuk Adit. Berkali-kali dia mencoba melepaskan diri dari genggaman Monica namun tidak mudah, karena Monica menggenggam tangannya kuat.
"Kenapa kita harus pergi dari sini, Monica. Padahal di sini sangat indah," tanya Adit sambil menatap bunga-bunga bermekaran dengan keharuman yang memabukkan.
"Adit, kamu harus bertahan! sebentar lagi kita sampai,"
"Tapi aku mau di sini?" tolak Adit.
Monica menghentikan langkahnya, melepaskan tangan Adit dan mengusap pipi Adit pelan.
"Tempat kamu bukan di sini, pulanglah. Mama dan Papa nungguin kamu pulang," desak Monica. Tangannya menunjuk jalan setapak yang tampak gersang. Tanpa ada satu pun bunga di sana.
"Papa dan Mamaku?" tanya Adit bingung.
"Iya, mereka menunggumu. Sana, pulanglah!"
Dengan ragu-ragu, Adit melangkah menuju jalan setapak. Beberapa langkah dia menoleh, memandang Monica yang berdiri sambil tersenyum.
"Kamu nggak ikut aku?"
Monica menggeleng, "Kita berbeda, Adit."
Adit menggelengkan kepala, tidak mengerti maksud perkataan Monica. Akhirnya dia meneruskan langkahnya. Di ujung jalan setapak, ada kilau cahaya terang. Mendadak rasa panas menyergapnya. Sekujur tubuhnya serasa terbakar, tenggorokannya kering sekali.
"Adit? kamu sadar, Nak?" Suara mamanya terasa sangat pelan di telinganya.
Adit mengerjap, memandang ruangan yang terang benderang. Seketika matanya kembali terpejam karena serbuan cahaya yang menyilaukan. Mamanya memandang dari atas kepalanya, air mata berjatuhan di pipinya. Tangannya mengusap kepala Adit dengan lembut.
"Ma, Adit haus."
"Ah iya, Mama ambilkan minum."
Terdengar isak tangis mama yang tertahan. Suara denting gelas dan air yang dikucurkan dari dalam teko. Adit membuka masker oksigen yang menutupi mulutnya.
"Ini, minum perlahan ya?"
Gelas berisi air disodorkan ke mulutnya, tangan mama menopang bagian belakang kepalnya. Dia meneguk perlahan. Rasa haus yang semula membakar tenggorokan, perlahan-lahan berganti kesejukan.
"Uhuk-uhuk!"
"Jangan buru-buru, minum perlahan, Adit."
"Ini di mana, Ma?" Matanya berkeliling, menatap ruangan serba putih. Dengung mesin kesehatan terdengar dari meja di samping tempat tidurnya. Di lengan kirinya ada terpasang selang infus.
"Rumah sakit Tenggara, apa kamu ingat? kejadian yang menimpamu?" tanya Mama sambil mengelus dahinya.
Ingatan Adit menerawang pada kejadian sore itu. Tabrakan antara motornya dan sebuah mobil lalu terdengar jeritan cewek, setelahnya dia tidak sadar lagi apa yang terjadi.
"Sudah berapa lama aku di sini?"
"Tiga hari."
Setelah Adit sadar, dokter datang dan melakukan pemeriksaan menyeluruh. Luka Adit banyak terjadi di sekitar kaki. Untunglah, wajahnya hanya tergores dan tidak ada pendarahan di otaknya. Kaki dan tangannya hanya mengalami luka gores, tidak ada yang perlu dikuatirkan. Adit hanya perlu waktu untuk penyembuhan. Banyak orang dari tim medis yang mengatakan, Adit mendapat mukjizat, karena selamat dari kecelakaan yang menimpanya dan hanya mengalami luka gores.
"Kalau begitu, kenapa dia tidak sadar sampai tiga hari, Dok?" tanya Sang Papa saat dokter bercerita tentang keberuntungan Adit.
"Itulah yang sedang kami cari tahu, Pak. Tapi bisa dipastikan bahwa bagian dalam kepala Adit, baik-baik saja. Dalam beberapa hari ke depan, pasien sudah boleh keluar dari rumah sakit."
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro