Bab.14c
Babak kualifikasi untuk pertandingan basket bisa dilalui dengan gemilang oleh tim Adit. Sementara ini mereka berada di posisi atas untuk perolehan angka sementara. Pertandingan banyak dilakukan di sekolah mereka maka keramaian tidak ada dihindarkan.
Di sana- sini banyak wajah-wajah berseri-seri terutama para cewek saat melihat tim basket dari sekolah lain datang. Memang mereka mendukung tim sekolah mereka sendiri akan tetapi tidak alasan untuk menggoda tim dari sekolah lain. Terutama jika pemain itu berwajah tampan.
Monica melihat antusiasme para cewek untuk menonjolkan diri dengan gembira. Untuknya merupakan hiburan tersendiri mendengar mereka menggosip atau saling bertukar alat make-up. Dia sendiri sangat ingin berada di antara mereka untuk membicarakan hal-hal nggak penting selain lipstik dan cowok mana yang dianggap tampan.
Saat sedang mencuri dengar di toilet cewek dia juga mengetahui kabar jika Hana sudah memiliki pacar baru. Anak kelas tiga yang merupakan mantan ketua osis. Mereka dianggap sempurna karena Hana cantik dan pacarnya tampan.
"Sepertinya Hana sudah move-on dari Adit. Kemarin gue lihat dia jalan sama Rico."
"Ah, iya. Kayaknya mereka jadian, jalannya juga mesra sambil gandengan."
"Apa mungkin Adit menjomlo sampai sekarang karena belum bisa lupa dari Hana?"
Berbagai teori dan spekulasi tentang Adit ternyata merupakan bahan gosip paling utaman di antara para cewek di toilet. Mengangkat bahunya sambil menahan senyum, Monica melayang kembali ke arena bertanding.
Di tempat dia biasa duduk, ada Rianti, Farhan dan Adit duduk berjejeran. Melihat Monica datang menghampiri Adit memberikan tanda agar dia duduk di bangku kosong di sebelahnya.
"Dia datang?" tanya Rianti yang melihat wajah Adit berubah cerah.
Adit mengangguk. Farhan menatap bingung, bergantian memandang Rianti dan Adit, "Ada apa? siapa yang datang?" tanyanya kepo.
"Bukan siapa-siapa. Bisa kita tukaran tempat duduk? gue pingin dekat Adit."
Permintaan Rianti membuat Farhan mengomel tidak senang. Pacarnya lebih menyukai duduk di samping cowok lain. Itu sungguh hal yang melukai harga dirinya.
"Lo berisik ya? cuma duduk doang aja, ngomel-ngomel," tegur Rianti.
Adit dan Monica bertukar tawa. Farhan yang merasa dilecehkan oleh pacar dan sahabatnya sendiri pamit pergi untuk membeli minum.
Arena sangat ramai penonton meski pertandingan baru akan berlangsung dua jam lagi. Semua menantikan pertandingan ini karena penentuan untuk memperebutkan tiket ke final. Tim sekolah mereka digadang-gadang akan memdapat peralawan ketat dari tim lawan yang terkenal tangguh. Namun Adit dan kawan-kawannya tidak gentar. Mereka akan berusaha sebaik mungkin.
"Monica, apa lo ingat kita dulu sering lihat Adit latihan?" kata Rianti dengan suara gak keras untuk mengatasi keriuhan.
Monica mengganguk.
"Dia dengar semua omongan lo," terang Adit.
Rianti tersenyum mengingat masa lalu. "Dulu, gue harus berantem sama cewek-cewek penggemar Adit agar lo bisa dapat tempat berdiri paling depan dan bisa melihat Adit latihan."
"Gue selalu lihat dia," sela Adit.
Rianti dan Monica tertawa bersamaan, "Lo dulu sering curhat sama gue, saat di rumah terasa menyesakkan yang lo suka adalah melihat Adit berlatih. Lo bilang biar pun Adit yang berlari tapi lo merasa beban lo ikut terangkat. Ingat Monica?"
"Rianti pasti bicara soal Papa dan Mamaku," ucap Monica.
Saat Adit menanyakannya, Rianti mengangguk.
"Monica selalu merasa di sana bukan rumahnya. Keluarganya punya rahasia yang dia nggak boleh tahu. Dia benci pada Mama Tirinya karena bersikap baik berlebihan dan pada Papanya yang marah setiap kali dia mengungkit soal Mama kandungnya. Iya kan Monica?"
Ketiganya terdiam, Monica bahkan tidak perlu mengangguk untuk menjawab kebenaran yang diutarakan Rianti.
"Ingat tentang puisi yang lo tulis buat Adit?"
"Rianti!" teriak Monica.
"Puisi apaan?" tanya Adit penasaran.
Rianti tertawa, "Pasti sekarang Monica dengan protes kan?" tanyanya pada Adit yang dijawab dengan anggukan, "Monica sangat suka membuat puisi cinta untuk Adit."
"Benarkah?" tanya Adit sambil memandang Monica yang sekarang menutup wajahnya dengan dua tangan.
"Rianti jahat," protes Monica dengan suara teredam.
"Mau tahu satu rahasia lagi, Adit?" kata Monica.
"Tidaaak, cukup sudah." Monica bergerak cepat ke samping Rianti dan berusaja membungkam mulut sahabatnya namun gagal. Tangannya menyentuh ruang hampa.
"Sudahlah, Monica. Pasrah saja, biar Rianti selesai cerita, " ucap Adit dengan senyum terkulum.
Monica melotot padanya membuat Adit tertawa, "Teruskan Rianti, rahasia apa?"
Rianti berdehem sebelum bicara, "Itu, hanya hal remeh tapi dia berharap saat lo menang pertandingan dia akan jadi orang pertama buat ngasih lo handuk dan memberi ucapan selamat."
"Hah, hanya itu? apa istimewanya? ntar aku menang final dia bisa lakukan itu kalau mau."
"Yee, dulu itu hal mustahil mengingat lo selalu gonta ganti pacar," cibir Rianti, "kalau sekarang jelas bisa. Suratnya juga masih gue simpan."
"Surat apa?" tanya Monica dan Adit bersamaan.
"Surat yang ditulis Monica untuk Adit dan suatu saat dia berharap bisa menyerahkan pada Adit saat pertandingan selesai. Impian yang aneh tapi sederhana dan manis. Adit, lo harus menang sampai akhir kalau mau mewujudkan impian Monica."
Adit mengangguk, tangannya meraih tangan Monica dan menggenggamnya, "Aku akan berusaha, Monica."
Farhan datang kembali dengan Seno sekarang. Adit pamitan menuju ruang ganti karena pertandingan semi final sebentar lagi akan dilakukan.
Di dalam ruang ganti, Adit bersiul-siul, tampak jelas kegembiraan di wajahnya. Teman-teman satu timnya bertanya dengan heran apa yang membuat Adit gembira namun jawaban Adit hanya berupa senyum singkat.
Aku pasti bisa menang sampai akhir, demi Monica aku pasti bisa. Tekad Adit saat keluar ruang ganti bersama teman-temannya menuju arena pertandingan.
Seperti halnya olah raga bahkan cinta pun perlu diperjuangkan. Adit berpikir inilah saatnya untuk memperjuangkan kemenangan bagi tim sekaligus cintanya. Berbekal keyakinan kuat perihal Monica, Adit memimpin teman-temannya dan berhasil menaklukan tim lawan meski dengan skor tipis. Semua berteriak gembira saat peluit tanda pertandingan berakhir ditiup. Mereka senang bisa menaklukan tim yang diunggulkan. Dengan kemenangan ini semua optimis bahwa mereka akan menang saat final nanti.
***
Ending ada di goggle Playbook
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro