Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab.14b

Saat melihat Adit sedang sibuk mendribel bola, diam-diam Monica melayang keluar arena latihan. Seandainya jantungnya masih bisa berdetak, tentu sekarang tidak akan berhenti berdegup kencang. Rasanya masih bermimpi jika Adit yang dari dulu dipujanya sekarang jelas-jelas menunjukkan rasa tertarik padanya.

"Seandainya saja aku bisa bicara dengan Rianti," batin Monica resah.

Sayangnya, sahabatnya itu selain tidak bisa melihatnya juga sedang kasmaran. Hari-harinya dia habiskan hanya berduaan dengan Farhan. Sesekali mereka berkumpul bersama namun tidak sesering dulu. Monica memaklumi karena mereka pasangan yang baru jadian Dia tidak ingin mengganggu sahabatnya yang sedang jatuh cinta.

Sekolah sudah sepi, tinggal beberapa orang saja yang ada di sekolah. Biasanya mereka adalah murid dengan segudang kegiatan. Monica ingat dulu dia termasuk murid yang berangkat tepat waktu dan pulang juga tepat waktu. Dia menyukai sekolah hanya karena Adit dan Rianti, selebihnya tidak ada yang menarik minatnya apalagi membuatnya rela menghabiskan waktu untuk kegiatan extra kurikuler.

Di ujung tikungan, di bangku kayu depan kelas . Monica melihat sosok yang tidak asing lagi. Alex tengah duduk memunggunginya. Sepertinya sedang bicara di telepon karena Monica mendengar suaranya yang lirih. Bergerak diam-diam, Monica duduk di sebelahnya. Kekagetan mewarnai wajah Alex saat melihat kehadiran Monica. Dengan terburu-buru dia menyudahi pembicaraan dan menyapa Monica.

"Hai, cewek. Kemana aja? sehat?" ucapnya basa-basi yang disambut dengan tawa dari Monica.

"Baik saja, gue ada di sekolah tiap hari koq?" jawab Monica.

"Iyee tapi kan selalu bersama Adit. Siapa pula yang berani deketin?"

"Idih, Adit kan ada ngomong kalau lo bisa gabung sama kami kapan aja. Lo-nya sih kagak mau," tegas Monica. Matanya memandang Alex dengan sinar cerah yang membuat Alex memalingkan wajahnya.

Selalu seperti ini, jika berhadapan dengan Monica membuat dirinya seperti terusik. Alex memasukkan handphone ke dalam tas-nya. Melirik Monica yang sepertinya sedang asyik memperhatikan burung-burung beterbangan di atas pohon akasia.

"Adit kemana? tumben sendiri?" tanya Alex penasaran.

Monica menoleh, "Ada, sedang latihan. Sebentar lagi juga selesai."

"Alex, apa lo pernah ketemu yang kayak gue gini?"

Pertanyaan tiba-tiba dari Monica membuat Alex terdiam. Dia tahu apa maksudnya tentang orang seperti Monica. Dia mempertimbangkan untuk berkata jujur atau tidak sampai akhirnya tanpa sadar keluar kata-kata dari mulutnya.

"Sering, kenapa?"

"Benarkah? lalu bagaimana caranya mereka naik?"

Alex merenung, mencoba memilih kata-kata yang mudah dimengerti Monica. "Biasanya mereka tinggal karena ada sesuatu yang belum mereka selesaikan. Jika sudah selesai mereka akan pergi dengan sendirinya. Kelak mungkin kamu sendiri akan mengerti jika waktunya tiba."

Monica mengangguk, sepertinya kata-kata Alex sesuai dengan dugaannya selama ini. Setelah masalah keluarnya selesai, sepertinya masih ada satu hal yang belum dia lakukan. Dia belum tahu apa itu.

"Kenapa tanya ginian? sudah bosan sama Adit ya? mau ninggalin dia?" goda Alex. "nggak takut dia direbut orang ntar?"

Monica tertawa lirih. Dari dulu Adit selalu menjadi pusat dunianya setelah keluarga tentu saja. Setelah kedatangangan Monica ke rumah keluarganya dan mendengar cerita tentang masa lalunya dari papa dan mamanya, perlahan-lahan Monica bisa mengingat kembali hal-hal yang dia lupakan selama ini. Bagaimana dulu sewaktu dia masih hidup sangat memuja Adit yang sepertinya tidak berubah sampai sekarang.

"Oh ya, Alex. Adit ternyata bisa menyentuh gue," ucapa Monica dengan senyum lebar menghiasi wajahnya. Sesaat Alex merasa wajahnya memerah karena senyum Monica.

"Menyentuh bagaimana?" tanyanya bingung.

"Memegang rambut gue atau menggandeng tangan. Kemarin-kemarin dia nggak bisa tapi beberapa hari ini bisa. Kenapa ya? coba pegang pegang gue, bisa nggak?" terang Monica berapi-api.

"Masa sih?" tanya Alex dengan tertarik. Fakta yang baru saja dia dengar sungguh hal baru di luar yang dia tahu selama ini tentang hantu.

"Iya, coba lo pegang gue sekarang. Gue juga penasaran."

Monica menyodorkan tangannya ke arah Alex. Sesaat Alex bingung lalu tanpa sadar tangannya bergerak untuk memegang tangan Monica. Hampa, tangannya menembus ruang hampa.

"Nggak bisa tuh," ucapnya pelan.

Monica mendecak tidak puas, "Coba lagi, sekarang lo harus lebih konsen."

Alex menuruti perintahnya, matanya menatap Monica dan memusatkan pikirannya hanya pada tangan Monica. Dia mencoba kembali perlahan-lahan untuk menyentuh tangan gadis di depannya. Sesaat sebelum tangan itu menyentuh kulit Monica, sebuah cengkeraman yang kuat membuat mereka mendongak.

Adit menjulang di atas Alex dengan wajah kaku. Alex melongo memandang lengannya dalam genggaman Adit.

"Sedang apa kalian?" tanya Adit sambil menyingkirkan tangan Alex.

"Hai, sudah selesai latihannya?" tanya Monica dengan ceria. Dia tidak menyadari Alex yang menunduk untuk menghindari pandangan Adit.

"Udah, yuk, pulang!" Tanpa basa-basi Adit meraih tangan Monica dan menggandengnya.

"Alex, gue pulang dulu!" pamit Adit pada Alex yang masih terdiam.

Alex mengangguk, melihat bagaimana Adit nampak posesif pada Monica. Menurut Alex, terlihat Adit tidak peduli jika orang mengatakan dia gila atau apa karena sering tertawa atau bicara sendiri. Dari kabar yang dia dengar, Adit menolak semua pernyataan cinta dari cewek-cewek yang mendekatinya. Jika dia tidak salah duga, semua berhubungan dengan Monica. Hantu dengan wajah sendu cantik dan wangi bunga yang harum. Alex berpikir dirinya juga akan sangat menyukai Monica jika tidak ada Adit. Tersenyum pahit, Alex beranjak dari duduknya. Waktunya pulang dan berteman dengan kesepian.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro