Bab.14a
Adit akan mengikuti turnamen basket antar sekolah minggu depan. Selama beberapa hari belakangan dia giat berlatih sepulang sekolah. Target dari timnya minimal bisa masuk tiga besar, berlatih dan menjaga kebugaran adalah kuncinya. Monica selalu menemaninya berlatih hingga sore menjelang. Sudah bukan rahasia lagi jika Adit selalu menyiapkan satu bangku kosong untuk penonton di barisan depan. Kepada semua teman yang bertanya, dia mengatakan itu untuk meletakkan tasnya karena dia tidak suka tas diletakkan dalam lemari.
Setelah putus dari Hana, Adit tidak menampakkan tanda-tanda jika dia sedang dekat dengan seorang cewek. Jomlo keren adalah istilah baru untuknya. Semua cewek berusaha untuk mendekatinya. Baik secara terang-terangan dengan datang tiap kali dia latihan dan memberikan kado atau juga secara diam-diam seperti mengajak chatting d mengamati dari jauh.
"Hei, lo cepetan punya cewek baru napa?" sungut Brian dengan wajah kusut suatu sore selesai latihan.
Adit yang duduk bersebelahan dengan Monica untuk beristirahat memandang Bria dengan bingung.
"Kenapa memangnya? nyuruh-nyuruh gue lo!" tanya Adit heran.
Matanya menatap Brian yang salah tingkah. Teman setimnya dengan tubuh paling jangkung di antara mereka semua, sekarang nampak bingung. Menggaruk kepalanya yang seperti Adit terka, sebetulnya nggak gatal. Adit berpandangan dengan Monica dan sama-sama mengangkat bahu.
"Ini sih inisitif teman-teman se-tim," ucapnya pelan. Brian sempat ragu meneruskan perkataannya saat melihat Adit menaikkan sebelah alisnya, "maksudnya gini, mereka mau nembak gebetan jadi susah karena gebetannya lagi pada nungguin lo."
Seketika tawa Adit meledak. Dia terbahak-bahak hingga suaranya terdengar keseantero ruangan. Monica yang duduk di sampingnya memandang dengan heran.
"Adit, kamu ketawa kencang sekali?" tegur Monica.
Adit berusaha menahan tawanya, duduk tegak dan mengatur napas. Brian yang sekarang berdiri menatapnya dengan bingung.
"Lo sarap ye, ketawa keq gitu?" Brian menggelengkan kepala. Setengah dirinya merasa malu karena Adit sekarang jadi tahu masalah yang sebetulnya nggak penting banget.
"Brian, gue kasih tahu lo sama teman yang lain. Gue nggak ada minat cari cewek dalam waktu dekat," ujarnya. Tangannya teranhkat saat melihat Brian hendak memprotes, "gue lagi menikmati kesendirian. Jadi kalau kalian naksir cewek, tembak sekarang. Karena yakin gue nggak akan minat sama siapa pun."
Brian pergi dengan kepala menunduk. Monica menatapnya dengan kasihan. Jujur dia merasa cewek yang ditaksir oleh Brian sangat egois. Monica mengenalnya sebagai teman seangkatan meski tidak terlalu akrab.
"Dia ditolak cewek dua hari lalu," bisik Monica.
"Oh ya? koq kamu tahu?" tanya Adit heran.
"Saat dia lagi nembak di ujung lorong aku kebetulan lagi lewat. Kasihan dia, ceweknya bilang kalau dia naksir kamu."
"Ugh! pantesan dia ngomong gitu," ucap Adit prihatin. Matanya sekarang memandang sosok sahabatnya yang berjalan menjauh, "tapi gimana ya? aku nggak berminat punya pacar sekarang."
"Bukan salahmu Adit, cewek-cewek itu merasa punya harapan untuk mendapatkanmu selama kamu masih sendiri alias jomlo."
"Apa aku harus membuat pengumuman kalau aku punya cewek?" ucap Adit serius.
Monica menoleh cepat dan bertanya heran, "Siapa? Tasyakah?"
Adit menggeleng, memandang Monica dengan senyum tersungging di bibir dan mendekat ke arah Monica. Tangannya terulur untuk memegang rambut Monica yang halus lalu berbisik pelan, "Kamu."
Monica menganga, Adit tersenyum simpul. Masih dengan tangan bermain-main di rambut Monica. Dia tidak menyadari hampir semua anggota timnya memandang heran melihat dia tersenyum dan bicara sendirian. Saat salah seorang menepuk punggungnya, dia tergagap dan mengalihkan pandangannya dari Monica.
Monica dan Monica, hanya dia yang ada di pikirannya sekarang. Adit tidak peduli jika orang-orang tahu dia naksir hantu. Bukan mereka yang merasakan debar di dada tapi dirinya. Dirinya yang sekarang bukan lagi Adit yang dulu. Dia tidak lagi membiarkan cewek dekat dengannya hanya untuk membantu mengerjakan PR. Dia mengembalikan semua hadiah dan menolak semua telepon dari cewek yang tidak dia kenal. Semua dia lakukan demi Monica.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro