Bab.11a
Siang itu sekolah heboh. Seseorang yang melihat kejadian yang membuat tercengang, berlari mengabarkannya pada Adit yang sedang berada di kantin. Dengan sigap Adit berlari mengikuti arah kabar angin. Sungguh sesuatu yang tidak dia duga dan memalukan terjadi di sini.
Di halaman samping sekolah, tepat di lorong depan taman, berkumpul beberapa orang sedang mengerumuni dua cewek yang adu mulut. Orang yang melihat tidak berani melerai. Mereka hanya mendiamkan, mungkin berpikir kapan lagi ada dua cewek berantem? bukankah ini pemandangan yang langka.
"Dasar lo, cewek nggak tahu diri. Lo tahu kan Adit cowok gue? bisa-bisanya lo ngasih hadiah buat dia?" Nampak Hana yang baru keluar dari rumah sakit memaki seorang gadis berkerudung putih. Kemarahan nampak terlihat jelas di wajah Hana. Setelah dua minggu dia absen dari sekolah, hari pertama yang dia dapati adalah kabar bahwa seseorang memberika kado pada Adit dan banyak saksi mata yang melihat Adit memegang tangannya. Hana merasa hatinya panas terbakar cemburu.
"Hei, dia memang pacar lo tapi dia sekolah di sini juga, teman gue. Wajar kan kalau gue ngasih kado ke dia?" Tasya menyahut dengan keras, tidak mau kalah.
"Apa? berani banget lo. Coba kalau dia itu cowok lo trus ada cewek lain yang ngasih kado. Apa lo juga nggak sakit hati!"
Tasya tersenyum, "Gue akan senang jika Adit cowok gue. Soal kado bukan hanya gue yang ngasih dia kado tapi hmapir semua cewek di sini ngasih kado sama dia!"
Nana bergerak mendekat dengan tangan seperti hendak mencengkeram, Tasya reflek mundur ketakutan," Apa maksud lo ngomong gitu? hah!"
"Itu kenyataan!" tantang Tasya.
Hana menghentakkan kaki ke tanah, sedetik kemudian tangannya melayang untuk memukul Tasya.
"Stop! kalian berdua!" Suara Geraman terdengar. Sebuah tangan kokoh menghentingan lengan Tasya yang siap memukul.
Keduanya kaget melihat Adit datang dengan wajah menggelap karena marah. Hana mundur ke belakang, demikian juga Tasya. Saat itulah baru keduanya sadar di sekiling mereka sudah banyak orang.
"Kalian sungguh memalukan!" geram Adit.
Hana mencoba bergayut pada Adit dan berkata manis, "Dia yang memulai, Adit. Bisa-bisanya dia naksir lo padahal udah tahu kalau kita jadian!" tunjuknya marah!
"Tasya nggak gitu, Adit. Dia dengar kalau Tasya nasih kado ke Adit dan dia marah nggak jelas!" jawab Tasya nggak mau kalah.
"Apa lo bilang?" pekik Hana.
"STOP! berisik tahu nggak? kagaka malu dilihat orang banyak?" Adit menunjuk pada mereka yang berdiri menonton dengan tertarik.
Sepertinya melihat Adit terjepit di antara dua cewek adalah sesuatu yang menarik. Selama ini mereka mendengar Adit playboy, namun tidak menyangka akan terjadi adu mulut. Benar-benar peristiwa langka yang wajib masuk radar berita.
"Lo berdua nggak mikir kalau sekarang wajah kalian yang berantem sudah beredar di sosmed?" tanya Adit masih dengan nada geram.
"Tasya tidak peduli masalah itu, yang Tasya peduli hanya Adit!"
"Apa lo ngomong?" hardik Hana, tangannya menunjuk wajah Tasya, "sungguh nggak tahu diri!"
Hana merengsek maju ingin memukul Tasya, sementara Tasya tidak takut. Dia menunggu pukulan Tasya dan ingin memukul balik. Keduanya siap saling menjambak rambut. Adit memposisikan diri di tengah. Mencoba melerai namun sungguh susah jika dua orang cewek yang marah diberi nasihat.
Mereka yang menonton hanya tersenyum kecut melihat Adit berjuang menghentikan pertikaian. Cakaran Hana mengenai wajahnya dan pukulan Hana tanpa sengaja mendarat di punggungnya. Jika tidak ingat mereka adalah cewek sudah dia hajar mereka berdua.
Saat dirinya kewalahan dan hendak berteriak minta tolong, mendadak hujan turun deras sekali. Semua panik dan membubarkan diri termasuk Hana dan Tasya. Pudar semua jeritan, berhenti semua cakaran dan pukulan. Tasya berlari untuk menyelamatkan diri dari hujan,begitu juga Hana yang menyeret Adit untuk berteduh. Meski itu tidak ada artinya karena tubuh mereka basah kuyup.
"Cewek nggak tahu diri itu hari ini lolos, lihat saja lain kali!" omel Hana sambil mengelap tubuhnya dengan sapu tangan.
Adit merasa menggigil, bukan raga tapi hati. Ini sungguh peristiwa yang memukul perasaannya. Apakah cewek-cewek itu memikirkan bagaimana perasaannya? diperebutkan dua orang yang sungguh melukai harga diri bukan cewek-cewek itu sendiri. Adit menoleh pada Hana yang masih mengomel.
"Hana, lo ke kelas dulu."
"Kita barengan, yuk!" ajak Hana.
Adit menggeleng, "Lo duluan. Gue nggak mau lihat lo hari ini!" ucap Adit dingin.
Hana terperangah, wajahnya memerah di balik rambut basahnya. Bibirnya bergetar menahan tangais namun tidak kuasa, air mata menitik juga. "Lo kejam sama gue, Adit." Dengan hentakan kaki dia berlari menuju kelasnya dan meninggalkan Adit sendiri.
Adit mendongak, memandang langit yang mulai cerah dan hujan berangsur reda. Dalam hati dia berpikir sedikit gila jika hujan sengaja turun untuk menolongnya. Bukankah mereka semua akan terkena masalah jika dua orang cewek berantem karenanya? sungguh Adit tidak tahu apa yang dipikirkan dua cewek itu.
Adit berjalan lunglai menuju kelasnya, tangannya menyisir rambutnya yang basah dan langkah kakinya meninggalkan jejak basah pada lantai koridor. Di ujung koridor dia mendengar bisikan-bisikan di balik tembok. Penasaran Adit mencari datangnya suara.
Dia tertegun saat melihat pemandangan di depannya. Monica terkulai di tanah dengan Alex bertanya kuatir di sampingnya dan Rianti yang melihat dan terlihat bingung.
"Ada apa ini?"
Suara Adit membuat Rianti dan Alex terlonjak. Dia melangkah cepat, mendorong Rianti dan Alex ke pinggir lalu berjongkok di depan Monica.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro