Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

14

Catatan Penulis: Setelah marathon menulis lima ribu kata dalam sehari di bab sebelum ini—belum lagi memusingkan soal semua penjelasan ilmiah yang harus disederhanakan di sana—inilah waktunya break. Aksi tanpa banyak berpikir! Yay! Atau paling tidak itu harapannya. Berhubung aku menulis ini di Wattpad, aku tidak bisa banyak menambahkan catatan sebelum cerita, jadi aku menulis Catatan Penulis ini sebelum aku mengetik babnya. Yha. Maaf.

Aku juga agak kecolongan soal poin inti tiap bab yang sudah kurencanakan, jadi aku berusaha mengejar di sini. Ada poin di awal bab ini yang harusnya dicakup bab sebelumnya, tapi karena aku peka pada kalian, aku sudah kasihan duluan melihat kalian harus membaca 5k kata berisi penyederhanaan konsep-konsep ilmiah yang sebenarnya cukup rumit, jadi selamat! Kalian berhasil melewati bagian rumitnya. Sekarang waktunya berpetualang.

Lalu ... aku masih kaget sendiri bahwa kita akan tiba separuh jalan satu bab lagi. Aku tidak menyangka Ragnarökr Cycle: Myth Jumpers akan berkembang hingga seperti ini. Dengan sindiran tanpa sensor pada mirror sites seperti baca*cerita.top yang mempermudah plagiarisme untuk cerita ini, aku mau berterima kasih pada dukungan kalian semua. Aku cuma merasa bahwa ada kisah yang ingin kuceritakan lewat tulisan, dan aku merasa sangat terhormat bahwa ada yang bisa menikmatinya. Aku tidak ada apa-apanya tanpa kalian.

Jadi, on that note... selamat menikmati.

***

[SEMINGGU SETELAH ISOLASI.]


KUR TIDAK MENANTI untuk mencapai pemukiman itu dulu dan langsung menukik turun. Aku baru benar-benar sadar akan proporsi ukurannya, karena hologram Hlidskjalf ternyata menandai posisi manusia-manusia di pemukiman itu.

Kira-kira begini: para manusia cuma sebesar kira-kira satu ujung kuku. Rentang sayap Kur selebar dua jengkal. Dan tubuhnya lebih panjang dari satu lengan.

Aku separo-berharap Kur akan menembakkan api. Maksudku, bukannya itu yang kumau, tapi jika Kur akan menyakiti siapa pun dari udara begini, entah kenapa tembakan bola api tampak lebih masuk akal, dan James juga menyebutkan—

Namun tidak.

Yang mendarat di pemukiman itu bukan bola api, tapi segumpal cairan—seperti tembakan racun ular kobra.

Sial.

Aku cuma bisa menatap sementara hologram Hlidskjalf menampilkan pemukiman itu hancur perlahan: seperti dikikis asam, perumahan-perumahan di pemukiman itu runtuh sendiri.

Begitu pula orang-orang yang menghuninya.

Kur bahkan tidak menghabiskan waktu menanti pemukiman itu hancur dan melanjutkan terus terbangnya.

Kami jatuh terdiam.

"Yep," mulai James. "Sangat kuat dan bernafsu menghancurkan."

Aku menebar pandangan kepada Odin dan Thor. Jika para Leluhur dari sistem alien yang mengilhami mitologi-mitologi lainnya juga seperti mereka semuanya, berarti aku bisa menyimpulkan bahwa 'dewa-dewi' yang menghadapi Kur dalam legendanya kira-kira seukuran mereka.

Tentu saja mereka akan kewalahan.

Aku menahan napas. Menghentikan Fimbulwinter sudah terdengar cukup bermasalah sendiri, dan sekarang harus ada wyvern kuno raksasa yang lepas.

"Sepertinya kita harus bagi tugas," kata Laura. "Kur juga nyaris sama berbahayanya dengan Fimbulwinter bagi umat manusia jika dia bisa menghancurkan peradaban bahkan tanpa mendarat sama sekali begitu. Kita tidak mungkin bisa mengabaikan salah satunya. Kita harus menangani dua-duanya sekaligus ... entah bagaimana caranya."

"Bagi tugas," ulangku. "Sepertinya bisa ... tapi—maksudku, kita cuma bertiga. Jika kita membagi tugas, kita akan harus berpisah dua-satu. Dan dua orang pun sepertinya tidak cukup untuk menangani baik Kur maupun Fimbulwinter, apalagi cuma sendiri."

Kami jatuh terdiam lagi.

"Um," mulai James. "Aku terpikir tentang masking DNA yang tadi. Perihal Restu ini. Jika bahkan Hlidskjalf saja bisa mengira bahwa aku Odin ... apa itu berarti Luke juga akan dianggap Thor?"

"Tidak tepat," jawab Odin. "Biogenetic marker yang kugunakan, tentunya, hanya ada pada bagian di sekuen DNA yang unik hanya ada padaku. Pemeriksaannya berlangsung secara molekuler. Jadi iya, apabila marker yang sama digunakan untuk memeriksa identitas, maka Luke akan dianggap Thor. Namun jika kita bicara tentang seluruh sekuensnya, tidak. Mungkin lebih tepatnya begini: DNA Luke dilengkapi oleh DNA Thor di bagian-bagian yang 'kurang'."

"Dan bagaimana Restu bisa tahu bagian mana yang 'kurang'?"

"Kami sudah berevolusi lebih jauh dari kalian. Struktur DNA kami sedikit lebih kompleks—dengan memanfaatkan perubahan epigenome yang terjadi secara langsung, Restu akan mendeteksi bagian apa saja yang ada di gen kami namun tidak ada di gen kalian dan melengkapinya. Apabila terjadi overlap di gen yang sama, perubahannya akan ditentukan dari dominan-resesifnya genmu dan gen dari Restu."

Aku mengangkat alis. "Anu. Aku tidak paham, dan aku tidak yakin ini waktu yang tepat untuk belajar biologi molekuler. Apa hologram Hlidskjalf ini rekaman langsung dari Bumi?"

Odin mengangguk. "Namun karena Asgard lebih masif dari Bumi, waktu di sana berlangsung lebih cepat. Karena itulah Kur terlihat sangat cepat di sini."

Wow. Sejujurnya, itu terdengar cukup melegakan. Namun pertimbangan ini belum melibatkan ukuran Kur. Gerakan yang tampak sangat lambat dari sesuatu yang sangat besar, pada kenyataannya, biasanya sebenarnya sangat cepat.

"Kalau begitu sebaiknya kita cepat, 'kan?" kataku. "Maksudku, segera bahas rencana dan lain-lain. Umat manusia bisa punah duluan dengan Kur bebas dan Fimbulwinter semakin parah."

"Pertanyaanku masuk ke sana, Luke," jawab James, "karena aku punya pertanyaan susulan. Begini. Apa kekuatan elemental yang ada di mitologi-mitologi seluruh dunia itu juga bersifat genetis?"

"Ya," jawab Odin. "Setelah umur tertentu, dengan prosedur yang sangat ketat, ras kami bisa setuju untuk melakukan modifikasi DNA dan secara epigenomik menanamkan informasi yang berkaitan dengan apa yang kausebut kekuatan elemental. Leluhur dari sistem lain juga melakukan ini."

"Bagus," kata James. "Kalau begitu, begini saja rencananya. Luke, Laura, kalian turun dan tangani Kur. Aku akan di sini sebagai indra jarak-jauh kalian sambil berusaha mencari tahu mengenai Fimbulwinter."

Laura memberi James tatapan prihatin. "James, kau yakin? Bahkan Odin pun tidak menemukan apa pun." Ia segera berbalik ke Leluhur terkait. "Maaf."

Odin mengangguk tanda mengampuni. James lanjut berbicara. "Pertimbanganku begini. Luke membawa Restu Thor. Kemudian, DNA kita secara alami belum mampu menyimpan informasi soal kekuatan elemental. Dengan kata lain, Restu Thor akan otomatis menambahkan data itu pada DNA Luke. Sederhananya, Luke punya kekuatan Thor selama dia mengenakan Restunya." James memberiku tatapan simpatetik sebentar sebelum beralih ke Laura. "Namun Luke tidak akan mampu melawan Kur sendirian. Dia akan butuh seseorang di sana untuk menemaninya, menjaganya ... seseorang yang tidak akan gagal deminya."

Laura tampak seperti ingin mengajukan protes, tapi menelannya kembali. "Dan kita butuh seseorang yang bisa mengoperasikan Hlidskjalf," gumamnya. James mengangguk.

"Dan cuma aku yang bisa melakukan itu, karena Odin akan bepergian ke sistem Leluhur lainnya. Aku juga tidak yakin kita bisa bergantung pada para Leluhur lainnya karena batas satu jam yang mereka punya." James menghela napas dan memainkan Hlidskjalf sedikit. "Maksudku, Kur bukan warg."

Hologram Kur berdenyar pergi sementara Kur menukik ke pemukiman lain, dan pikselnya kembali menyusun diri: James sedang memutar rekaman saat rumahku diserang oleh warg tadi. Mendadak aku teringat kata-kata Laura saat aku baru tiba di Valaskjalf—aku kira aku kehilanganmu.

Aku baru sadar apa artinya—mereka menonton saat warg itu menyerangku.

Yang berarti mereka sudah di sini sejak cukup lama.

Aku menoleh ke Odin, ke satu-satunya matanya yang penuh perhitungan yang masih terpaku ke hologram Hlidskjalf. Dia yang memintaku datang ke sini dan mengirimkan Thor untuk menjemputku ... apa yang sebenarnya dia rencanakan?

"Kau benar," kata Odin. "Dan pasukan einherjar yang telah kukumpulkan juga tidak akan bisa membantu, karena mereka telah kuprogram untuk hanya bertempur di bawah komandoku." Dia melihat alisku yang terangkat lagi. "Pasukan yang kususun dari mayat manusia, Luke. Aku menanamkan prostetik dan kecerdasan buatan pada mereka. Pada dasarnya, mereka jadi robot-robot organik dengan satu pikiran."

"Maaf, Yang Mulia," kataku dengan agak sarkastis, "tapi itu tidak banyak membantu."

"Aku tahu," kata Odin. "Dan aku mau meminta maaf karena kami memang tidak akan bisa terlalu banyak membantu. Namun begini saja." Matanya berkilat, dan dia menebar pandangan pada kami semua. "Aku tahu kami memang tidak bisa diandalkan. Namun itu tidak berlaku untuk teknologi kami. Tidak. Teknologi kami sangat bisa diandalkan ... jadi aku akan memberi kalian akses ke semua teknologi kami. Mata-mata. Pelacak. Persenjataan. Perlindungan. Kalian boleh menggunakannya begitu kalian nilai perlu."

Dia diam sebentar. Tawarannya memang besar, tapi menurutku, bukan itu yang kami butuhkan. Senjata dewa memang hebat, tapi apalah senjata dewa tanpa dewa pemiliknya?

"Sementara untuk sisanya ...," Odin terdiam lagi sejenak, mencerna kata-katanya sendiri. "... aku tahu aku telah memilih orang-orang yang tepat. Thor, siapkan kendaraanmu dan Sleipnir. Jangan lupa juga membukakan akses gudang senjatamu. Aku menyusul sebentar lagi."

Thor—yang, baru saja kusadari, sudah tidak mengenakan lagi kostum musim dinginnya dan sekarang mengenakan baju zirah tempur lengkap dengan kepingan-kepingan warna keemasan seperti palunya—mengangguk pada ayahnya dan pergi, bahkan tanpa mengatakan apa pun.

Namun saat itu aku lebih peduli pada kata-kata Odin—aku tahu aku telah memilih orang-orang yang tepat. Pembenaran macam apa itu? Aku nyaris langsung mengatakan respon itu, tapi aku teringat beberapa hal. Pertama, Odin dulu dianggap dewa kebijaksanaan dan strategi perang. Dia disebut juga Pengintip Takdir karena bisa melihat takdir semua orang dari Takhtanya—walaupun ternyata karena Hlidskjalf terikat ke database kuantum sebesar planet, tapi itu urusan lain. Kedua, otak orang-orang seperti Odinlah yang menciptakan teknologi semacam ini dan masih mampu bertahan hidup hingga sekarang.

Dengan kata lain, sederhananya, aku jauh lebih bodoh dari Odin. Lagi pula, aku entah mengapa mendapat kesan seperti Odin bukan jenis orang yang akan membeberkan segala rencananya. Aku sudah mencium bahwa ada yang salah dengan praduga bahwa Laura dan James sudah di Valaskjalf sebelum Thor merekrutku. Ini juga mengesampingkan fakta bahwa Thor sedang memburu warg sambil ditugasi mencari seorang Lucas Andrews yang adik dan ibunya sedang sakit, dan entah bagaimana caranya, warg itu menyerang Lucas Andrews yang tepat sehingga pencarian Thor menjadi lebih mudah.

Kemudian Odin sempat mengatakan sesuatu soal sangat menyukai kaum warg....

Apakah Odin...?

Itu sangat mungkin. Odin memang seorang perencana ulung, kuakui itu. Dan itu sesuai juga dengan pribadinya—dia seorang raja, dan beberapa kisah tentangnya sudah menunjukkan bahwa dia beberapa kali terlibat politik kerajaan, entah itu dengan ras Vanir, ras dewa-dewi minor; ras jötnar, para raksasa; ataupun ras manusia.

Namun, apa pun kesimpulanku, aku tahu satu hal yang pasti: aku tidak bisa melawan kehendak Odin. Tidak seperti ini. Lagi pula, umat manusia memang sedang menghadapi bahaya yang nyata. Aku mengalami sendiri hal itu.

Dan omong-omong ... mendadak aku teringat sesuatu. "James, apa kaubisa lacak ayahku dengan Hlidskjalf?"

"Bisa," jawab James pasti. Hologram Hlidskjalf berhenti menampilkan serangan warg di rumahku dan memelesat ke arah perkotaan. Tidak lama hingga Hlidskjalf akhirnya mencapai—

Mataku membelalak. "Ayah!"

Tidak salah lagi—figur yang sedang berbaring meringkuk memeluk diri di pojokan ruangan itu adalah Ayah. Ruangan itu tampak seperti sebuah ... entahlah, binatu? Gudang toko pakaian? Aku tidak bisa yakin. Yang pasti ada banyak baju yang digantung tidak rapi di sekitarnya. Ruangan itu tidak luas, tapi menilai dari keadaan jalanan di luar bangunan itu, tampaknya tempat itu cukup aman. Entah apa pertimbangan Ayah untuk tidak memilih bergerak lagi pulang ... atau jangan-jangan Ayah sedang kelaparan dan tidak mampu bergerak?

Aku bisa melihat Ayah masih bernapas. Namun bagaimana jika Ayah tidak mampu pulang?

Aku membuka mulut lagi, tapi mendadak sadar bahwa aku tidak tahu apa yang harus kukatakan. Atau bisa kukatakan, dalam hal itu.

"Aku akan mengirimkan wight ke ayahmu," celetuk Odin tiba-tiba. "Wight adalah nanorobot, atau robot-robot berukuran mikroskopis. Karena itu perbaikan mereka biasanya cepat, efisien, dan tidak bisa dilihat saat beraksi. Kautahu, kalau kata moyangmu dulu, seperti roh. Wight bisa menyembuhkan ayahmu untuk sementara atau membantu melindungi ayahmu dari ancaman."

Odin tidak melanjutkan. Begitu saja. Dia akan menyerahkan wight untuk melindungi ayahku agar dia bisa pulang. Dia memberikan obat yang didesain khusus untuk Ibu dan Claire, dan mereka sembuh seketika. Tidak ada embel-embel apa pun.

Namun aku masih tidak bisa menyingkirkan dugaan bahwa ada yang salah dengan semua ini. Semua tindakan Odin beralasan. Pasti ada yang ingin dia capai dengan ini.

Namun aku juga tidak bisa memungkiri bahwa Ayah benar-benar membutuhkan bantuan itu. Aku merasakan ekspresiku mengeras.

"Oke," kataku. "Terima kasih banyak."

Odin cuma membalas dengan anggukan. "Baik," katanya. "Aku akan berangkat sekarang. Akan kupercayakan Bumi pada kalian." Dia menebar pandang kepada kami untuk terakhir kalinya. "Aku tahu aku memilih orang yang tepat."

Begitu saja, dia berbalik dan pergi. Aku benar-benar terpikir untuk memanggilnya lagi, mungkin menyerukan protes senada lalu jika kau saja buntu, kami harus buat rencana yang seperti apa lagi, hah?, tapi apa gunanya? Dia bisa tinggal mengulang kalimat terakhirnya, dan aku tidak akan bisa menjawab. Tidak makan waktu lama hingga punggungnya hilang ke balik pintu depan Valaskjalf, yang membuka dan menutup sendiri dengan cepat dan sedikit embusan mesin hidrolik.

"Rencananya sangat realistis," gerutuku. Aku tidak tahu siapa yang pertama mengajariku jadi sarkastis begini, tapi aku ingat bahwa Claire pernah berkomentar soal ini. "Oke. Jadi kita laksanakan rencana tadi?"

"Ya," kata James. "Untungnya, jika Odin benar soal membiarkan kita akses pada semua senjatanya—dan senjata Thor—mungkin kita bisa agak lebih terbantu. Senjata mereka ditakuti bahkan oleh sesama Leluhur."

"Jujur," kata Laura. "Jika aku akan berangkat melawan sesuatu seperti Kur, aku tidak yakin bahwa kekuatan dan persenjataan dari dewa—um, Leluhur—semacam Thor atau Odin sekalipun bisa membantu. Kita butuh lebih dari itu."

Kami jatuh terdiam lagi. Laura benar. Jika para dewa dulu kesulitan menangani Kur dengan teknologi yang bisa dikira sihir, bagaimana kami yang cuma manusia?

James juga bilang tidak banyak sumber mitologis yang selamat tentang Kur, yang berarti kami tidak bisa mengandalkan akal-akalan dari para dewa dulu yang mereka gunakan untuk mengikat Kur ke Pegunungan Zagros. Kami harus mencari cara kami sendiri.

Apa lagi yang James sebutkan tentang Kur...? Ah, iya. Kur adalah naga pertama ... otomatis dia sangat kuat. Karena evolusi, sebagian besar makhluk hidup mengecil untuk mendapatkan keuntungan efisiensi dan beradaptasi pada perubahan atmosfer. Karena itulah kebanyakan dinosaurus sangat besar jika dibandingkan reptil dan burung hari ini. Begitu pula serangga dan mamalia. Mereka semua bermula kecil, lalu menjadi sangat besar, lalu mengecil lagi. Sepertinya Kur berada pada tahap sangat besar.

James juga mengatakan bahwa Kur adalah wyvern. Kalau ini, aku sering dengar. Wyvern adalah makhluk semacam naga dari mitologi-mitologi Keltik, wilayah sekitar Inggris. Bedanya, wyvern cuma berkaki dua dan beracun, sementara naga berkaki empat dan menyemburkan api.

Namun jika Kur adalah wyvern.... "Bagaimana jika kita menunggang naga?"

James dan Laura menoleh kepadaku saat itu juga dan memberi tatapan seakan aku gila. Wow, jarang-jarang. "Apa?"

"Kalian tidak salah dengar," kataku. "Aku benar-benar menyarankan kita menunggangi naga."

"Luke," kata Laura hati-hati, "dengan menganggap bahwa masih ada naga di Bumi dan mereka selamat dari Fimbulwinter sekalipun, aku bisa melihat dua cacat di sini. Pertama, bagaimana kau akan belajar menunggangi mereka dalam waktu yang cukup singkat untuk bisa membalap kecepatan Kur menghancurkan umat manusia? Dan kedua, bagaimana mereka akan bisa menghadapi Kur? Kaulihat sendiri, 'kan, ukurannya?"

Aku mengangguk. "Soal yang pertama, begini. Aku tahu dari membaca bahwa ada dua jenis naga, yaitu jenis Timur dan jenis Barat. Naga jenis Timur lebih cerdas, tidak bersayap, mirip ular, dan bahkan dianggap punya kekuatan supernatural. Semacam dewa. Sementara itu, naga jenis Barat biasanya lebih hewani dan lebih mirip reptil bersayap setan." Aku berhenti sebentar. "Bagaimanapun juga, beberapa jenis naga Barat yang lebih pintar biasanya membuat koloni tempat tinggal, berkumpul seperti jenis Timur. Aku ingin mencari naga-naga Barat yang pintar begini saja."

Laura meletakkan tangan di dagu. "Lalu untuk pertanyaan kedua?"

"Jawabanku ada di evolusi," kataku. "Begini logikaku. Karena keperluan untuk menyesuaikan diri dengan atmosfer, kebanyakan makhluk hidup di Bumi setelah era Mesozoik mengecil dalam ukuran. Mulai tumbuh rumput, reptil dan burung yang lebih kecil lebih mampu bertahan daripada dinosaurus, dan mamalia selamat karena mereka berukuran kecil pada masa itu. Membesar sebentar kemudian di masa Tersier, tapi memasuki Kuaterner, mereka semua mengecil lagi. Smilodon menjadi singa dan harimau. Mammoth menjadi gajah."

Aku ikut membagi pandangan dengan James, dan ternyata dia mendengarkan. Sepertinya, walaupun belum segila James, hobiku membaca mulai terasa untungnya.

"Menurutku, dalam garis evolusi naga-wyvern, Kur terjebak pada tahap kuno. Dia sangat besar. Semacam dinosaurus jika dibandingkan dengan buaya hari ini, atau manusia purba masa Meganthropus jika dibandingkan dengan manusia modern. Sementara itu, jika masih ada naga yang selamat, otomatis dia akan lebih kecil. Namun, selamat dari seleksi alam adalah prestasi yang besar—karena ini artinya dia lebih mampu bertahan hidup."

James memperbaiki posisi kacamatanya dan mulai memainkan Hlidskjalf. "Kautahu, kau ada benarnya. Makhluk-makhluk modern lebih cocok untuk tinggal di alam modern. Mereka telah beradaptasi dan alam telah menyeleksi mereka. Jika manusia purba bertemu manusia modern, walaupun manusia purba jauh lebih kuat secara fisik, manusia modern bisa memilih untuk datang membawa pistol. Perkembangan bisa memberi keuntungan tersendiri."

Hologram Hlidskjalf pergi dari gambar ayahku yang lemas, dan akhirnya menjauh dulu hingga seluruh Bumi tampak. James tidak segera bergerak lagi. "James, apa yang kautunggu?"

"Aku sedang mempertimbangkan lagi apakah sebaiknya kita minta tolong pada naga Timur atau Barat," kata James. "Karena, walaupun kau ada benarnya, aku pribadi sebenarnya lebih condong ke jenis Timur. Mereka yang punya kekuatan yang kita cari, dan mereka lebih menjanjikan jika kita ingin melawan Kur dengan naga. Namun ... mereka terlalu pintar. Sangat pintar, malah, hingga bahkan dipuja sebagai setara-dewa. Orang-orang kuno berdoa pada mereka. Aku ... jujur saja, aku takut kita dipolitisi. Kita bisa meminta tolong pada mereka, tapi kita tidak bisa mengendalikan mereka."

Laura ikut mengerutkan dahi. "Apa pilihan kita benar sesempit itu?"

"Tidak juga," kataku. "Seperti kubilang, kita cari yang bisa berkoloni. James—Y Ddraig Goch."

Aku mengatakannya seperti ye draigh goukh. Mata James melebar. "Tapi—apa dia—?"

Aku mengangkat bahu. "Coba saja dulu."

James menggerakkan Hlidskjalf lagi, dan hologramnya mendekat ke benua Eropa—tepatnya ke arah Wales. Benar saja, tidak lama kemudian, aku bisa melihat hologram seekor naga yang sangat besar—tidak sebesar Kur, namun lumayan besar juga—menunduk dan membentangkan sayap dalam bentuk kubah.

Dan di bawah kubah yang terbuat dari tubuhnya itu, banyak naga-naga lain yang lebih kecil. Aku tersenyum penuh kemenangan.

"Apa itu...?" Laura mendekat ke hologram itu. "Itu naga sungguhan?"

"Ya," kata James. "Mitologi Keltik—Y Ddraig Goch berarti Naga Merah dalam bahasa Wales. Menurut legendanya, dia adalah naga baik yang melambangkan wilayah Keltik dalam perang melawan serangan luar. Dan dia termasuk pintar ... dia pasti membuatkan sendiri koloni naga untuk melindungi kaumnya, jauh dari umat manusia."

"Itu tidak tampak terlalu jauh," kata Laura sambil menunjuk ke pepohonan di atas kubah tubuh Naga Merah itu. "Ada pemukiman di sekitar pepohonan ini."

"Ini Hutan Radnor di Wales," kata James. "Ah ... aku jadi ingat. Radnor memang terkenal dengan mitos bahwa naga terakhir yang ada bersembunyi di sini. Karena itulah dibuat empat gereja sesuai arah mata angin di sana, supaya 'kejahatan' naga itu tidak bebas menyebar."

"Ini koloni naga yang kita butuhkan," kataku. "Naga-naga yang cukup cerdas untuk bisa diajak bekerjasama dan cukup liar hingga bisa dikendalikan. Naga-naga yang selamat melewati seleksi alam." Aku cukup yakin mataku berkilat. "Naga-naga yang tepat."

"Tunggu, Luke," kata Laura sambil mengangkat tangan. "Oke, aku setuju denganmu. Tapi setelah mendapatkan naga ... lalu apa?"

"Kita cari senjata Leluhur yang cocok," kataku sambil mengambil satu langkah mendekat padanya. "Aku mulai merasa naga akan bisa membantu kita mencarinya nanti. Atau, malah, jika kita cukup beruntung, kita coba hadapi Kur secara langsung. Kita pikirkan strateginya nanti sesuai apa yang naga kita bisa lakukan. Berarti sekarang hanya tinggal satu masalah...." Aku beralih kepada James. "Bagaimana kau akan mencari cara menembus Anomali Himalaya?"

James menyentuh dagunya. "Aku berpikir begini. Jika Vala bisa menduga Fimbulwinter, berarti bahkan jika Sumur Mimir tidak punya data tentang apa yang ada di dalam Anomali Himalaya sekalipun, dia pasti telah mendapatkan cukup banyak faktor penyebab hingga tetap bisa menebaknya, 'kan? Berarti, logikanya, sesuatu—yang berhubungan langsung dengan terjadinya Fimbulwinter—tetap terekam olehnya. Aku ingin mencaritahu apa ini. Tindak lanjut bisa dipikirkan nanti saja."

Aku mengangguk. "Berarti aku dan Laura ... dan kau."

James mengangguk balik. "Yap. Dan aku juga berniat menjadi mata kalian, karena aku baru saja selesai melewati seluruh manual Hlidskjalf di kepalaku dan aku baru tahu bahwa Hlidskjalf bisa digunakan multitasking. Jika kalian perlu apa-apa, sebutkan saja nama lengkapku tiga kali. Aku akan mendengar kalian. Kita bisa berkomunikasi secara langsung berkat fitur quantum entanglement Sumur Mimir."

Aku melihat Laura nyengir mendengar itu. Seperti yang pernah kubilang, aku cukup mengenalnya untuk tahu persis kenapa: itu caranya berkata wah, keren juga. Maksudku, komunikasi antarbintang, secara langsung? Itu terdengar sangat praktis.

Aku mengajukan tangan ke arah Laura. Gadis itu ternyata menangkapnya dan menggenggam tanganku sebagai jawabannya. "Berarti sekarang soal cara ke Bumi. Thor sempat menyebut sesuatu sebelum membawaku ke sini melewati K-O-K ... Himin-sesuatu?"

"Himinbjörg," kata James. "Tempat tinggal Heimdall, penjaga Bifröst. Yah ... lewat Himinbjörg dulu memang agak makan waktu, kuakui itu. Letaknya agak jauh dari sini. Masalahnya, jembatan hyperspace yang terhubung langsung ke Bumi cuma Bifröst. Odin bilang Körmt-Örmt-Kerlaugar terhubung langsung ke Sumur Mimir."

Aku kembali teringat ulah Thor. "Apa kita bisa melompati K-O-K ke Bifröst?"

"Jika kau cukup kuat, bisa saja," kata James sambil mengangkat bahu. "Maksudku, Thor begitu, 'kan?"

Aku kembali menyentuh bandul Restuku. "Berapa lama yang kira-kira kubutuhkan untuk ke Himinbjörg dulu?"

Kali ini, Laura yang menjawab. "Jika jalan kaki? Sekitar dua puluh menit."

Aku teringat saat Thor mendorongku ke Bifröst yang warna-warni, kemudian melompat di tengah jalan dan berpindah jalur ke K-O-K yang berwarna kebiruan, sebelum mencapai Valaskjalf. Total perjalanannya hanya sekitar tiga menit. Taruhannya besar, karena salah-salah, aku malah akan membawa Laura mendarat di Sumur Mimir; tapi jika berhasil, aku bisa memotong tujuh belas menit lebih waktu perjalanan.

Dan seperti kata Thor, waktu di sini berjalan lebih lambat dari di Bumi. Entah berapa lama lagi yang sudah berlangsung di Bumi jika kami masih harus berjalan kaki dua puluh menit di sini.

"Aku rasa aku bisa mengakali lompatan ke Bifröst," simpulku. "James, panggil Heimdall dengan Hlidskjalf. Pinta padanya untuk mengarahkan Bifröst ke bawah tanah Radnor ... ke arah koloni naga tadi. Aku dan Laura akan urus sisanya." Aku menoleh pada Laura. "Kaupercaya padaku, 'kan?"

Laura menatapku persis di mata, menggantung pertanyaanku sebentar. Namun lalu dia menjawab dengan sebuah anggukan pasti dan sedikit tambahan tenaga ke genggamannya di tanganku.

Untung dia segera menjawab. Mendadak aku baru ingat bahwa aku sudah lama sekali tidak melihat mata cokelat gelapnya.

"Bagus," kataku sambil menghela napas tajam. "Oke. James, sudah?"

"Sudah," jawab James. "Heimdall sudah mengarahkan Bifröst ke koloni Naga Merah. Kau siap?"

"Entahlah," kataku. "Aku tidak yakin mau beku lagi secepat ini." Aku menggenggam balik tangan Laura. "Aku mulai kerasan."

Astaga, untung James tahu sudah berapa lama aku naksir Laura. Aku berutang banyak padanya.

James nyengir. "Oke. Aku akan membukakan K-O-K untukmu. Ingat, jangan sampai terlambat melompat ke Bifröst."

Saat itu juga, hologram Hlidskjalf berkelip pergi dan udara bergerak. Aku merasakan gerakan udara yang familier, dan di dekatku, udara kembali terbelah menjadi sebuah lubang yang dikelilingi pusaran awan tipis. Di tengahnya, aku bisa melihat empat jalur cahaya kebiruan yang saling membelit.

Aku berbagi tatapan dengan Laura sebentar. Ajaibnya, tidak ada sedikit pun keraguan di matanya. Ia yakin akan hal ini. Ia percaya padaku sepenuhnya. Jadi aku cuma mengangguk padanya. Ia balas mengangguk.

Itulah bagaimana kami sepakat untuk bunuh diri.

Kami melangkah bersama memasuki jembatan hyperspace yang dibukakan oleh James, dan aku bisa merasakan tubuh kami melayang meninggalkan tanah.

***   

Catatan Penulis: Oke, ternyata rencanaku cacat. Aksinya baru dimulai di bab berikutnya. Astaga, aku merasa bersalah._.

On the bright side, sepertinya aku juga jadi bisa memangkas beberapa hal yang sebenarnya tidak perlu dari plot utamanya.

On the less-bright side, aku harus minta maaf karena belum bisa memberi artikel-artikel di The Ragnarökr Cycle Encyclopedia dulu untuk sementara. Seharusnya, bab ini membuka artikel Hlidskjalf, Valaskjalf, dan Asgard. Namun karena beberapa kendala teknis (LAPTOPKUUUUU ;-;), jadi aku belum bisa merilis mereka dulu untuk sementara ini. Doakan saja laptopku segera sembuh.

Sebagai catatan penutup, aku ingin memberimu ucapan selamat karena telah mampu membaca dua bab berturut-turut yang nyaris sepenuhnya hanya berisi penjelasan. Ketahanan otakmu luar biasa. Sekarang gunakan itu untuk mendapat nilai bagus atau mencari kerja dan jangan ulangi kesalahanku semasa SMA! *penulisnya ditendang sekolah masuk ke jurusan IPS karena nilai IPA-nya tidak mencukupi*

Sekali lagi, terima kasih atas dukungan kalian. Dari votes, komentar, hingga memasukkan ke Reading List atau bahkan mencantumkan di rekomendasi (trims banget buat kaefitzmag dan Alicehaibara dan special mention buat Doomwatcher iiaditia hehehe), aku tidak bisa cukup berterima kasih pada kalian semua.

Jadi, sampai ketemu di bab 15!

***




Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro