46. Selamat Jalan
Suara sirene ambulan berbunyi, di depan rumah Cakra sudah terpasang bendera kuning. Seluruh pelayat pun sudah memenuhi rumah mewah itu. Di temani dengan suara pengajian dan tangis para sahabat yang tidak menyangka akan kepergian Cakra.
Aku turun dari mobil ambulan yang membawa Cakra pulang. Badanku sudah terasa amat lemas tapi aku harus kuat karena Mawar terlihat lebih rapuh dari ku. Cewek itu benar benar sangat rapuh karena kehilangan orang yang dia sayang. Bukan cuma itu, bagi Mawar Cakra adalah pelindungnya dari amukan Papanya. Cakra rela berkorban hanya untuk dirinya. Agar Mawar selamat dan tidak merasakan sakit yang dia rasakan.
Bunda menyambut kami berdua yang baru saja keluar dari mobil ambulan dengan pelukannya. Beliau mencoba menguatkan kami berdua yang benar benar terpukul atas kepergian Cakra yang mendadak.
Di ruang tamu Cakra di tidurkan di ranjang yang sudah di sediakan. Aku duduk disampingnya bersama dengan Mawar, cewek itu menatap wajah adiknya dengan sendu. Dia masih gak terima kalau adik kesayangannya melakukan hal yang tak semestinya dia lakukan walaupun untuk memberikan hidup kepada seseorang.
Zayn, Gaon, Guntur, Third, Ravi dan Andrea yang baru saja tiba di Indonesia tak kuasa menahan tangisnya saat melihat sahabatnya sudah terbaring kaku di hadapannya.
"Aku gak nyangka Cak! Kau pergi seperti ini! Kenapa kau tidak memberitahuku tentang ini! Aku bisa bilang ke Papa agar mencari pendonor lain!" Seru Gaon yang tak terima.
Ravi menjatuhkan dirinya di samping kepala Cakra, cowok itu meneteskan air matanya sambil perlahan mengelus kepala sahabatnya, "Aku gak tau alasan kamu nyuruh ku untuk menjaga Arin waktu itu, ku kira kau menyuruhku menjaga nya karena kau akan pergi ke Amerika untuk kuliah. Tapi yang sebenarnya terjadi kau bukan pergi ke Amerika, tapi pergi ke sisi tuhan!" Ucap Ravi dengan ratapan sedih yang mendalam.
Ravi menghapus air matanya dengan kasar, "Aku janji! Aku akan menjaga dia Cakra! Aku juga akan menjaga Kak Mawar yang selama ini kau lindungi! Aku memang tidak bisa menggantikan posisimu di hati mereka tapi, aku akan berusaha menjaga mereka sama seperti kamu menjaga mereka," tutur Ravi yang tak bisa menahan emosinya.
Semua sahabatnya menangis disampingnya mengucap penyesalan mereka karena gak pernah tau Cakra akan menjadi seperti ini. Mereka menyesal karena tidak bisa menghabiskan waktu lebih lama seperti janjinya dulu, yang akan bersama sampai memiliki seorang cucu.
Aku mencoba meraih tangan dingin Cakra yang ada di depanku. Aku menggenggam tangannya, sambil berbisik. "Kenapa kau melanggar janjimu kepadaku! Kenapa? Kau bilang akan bersama ku! Kenapa kau melanggar janjimu kepada Ayahku. Kenapa! Kenapa Cak!"
"Kumohon bangunlah! Aku akan minta dokter untuk mengembalikan jantungmu lagi! Ku mohon bangun!" Aku menangis histeris meratapi wajah pucat Cakra.
Terdengar dari luar suara teriakan wanita memanggil nama Cakra.
Bu Kartika masuk dengan keadaan kacau. Beliau menjatuhkan diri di samping tubuh Cakra dan menangis histeris.
"Nak! Bangun sayang! Jangan tinggalkan Mama sayang! Cakra! Bangun! CAKRA!" Tangisnya pecah. Beliau menggoyang goyangkan tubuh Cakra agar dia bangun tapi itu tidak mungkin bisa terjadi.
Dari belakang Papa Cakra datang memeluk Bu Kartika yang tengah histeris. Papa menjauhkan Bu Kartika dari tubuh Cakra.
"Apa yang kau lakukan kepada anakku! Kenapa kau membiarkannya melakukan itu, Rangga! Kenapa kau membuat putra ku meninggal! Aku gak akan memaafkan mu!" Bu Kartika memberontak didalam dekapan kuat Papa Cakra.
Mawar tiba tiba berdiri menghampiri ayah dan ibunya. Dia menarik paksa Bu Kartika dan mendorong bu Kartika hingga tersungkur di lantai.
Tatapan marah Mawar tak tertahankan, "kenapa kau datang kesini! Kenapa! Kemana aja kamu! Kenapa baru datang sekarang!" Teriak Mawar membuat seisi ruangan terdiam.
Ravi menarik Mawar menjauh agar dia bisa menenangkan dirinya.
"Sudah kak! Jangan buat keributan!" Bisik Ravi.
"Kemana saja selama ini! Dulu saat kami membutuhkan mu kamu kemana aja! Kemana! Kemana saat Cakra sedang terluka! Kami hanya memohon kepadamu untuk tetap bersama kami, tapi kau malah pergi meninggalkan kami sendri disini!"
Bu Kartika memeluk Mawar menyesal, "Maaf kan Mama sayang! Mama gak bermaksud meninggalkan mu!"
"Aku gak akan maafkan Mama! Sampai mati gak akan pernah memaafkan Mama sama Papa! Untuk Papa, kau sudah merebut adiku dari ku! Aku gak akan pernah memaafkanmu!" Mawar pergi meninggalkan ruangan menuju kamarnya. Dia menutup pintu kamarnya dengan keras. Dia menangis di belakang pintu kamarnya merasa sangat kecewa.
Pemakaman Cakra telah dilaksanakan di samping kuburan Ayah dia dimakamkan. Aku sungguh terpukul melihat dua makam orang tercintaku yang ada di depan mataku. Aku gak menyangka tuhan akan mengambil orang yang sangat aku cintai dari ku terlebih dahulu. Aku merenung di hadapan kedua makam yang Cakra dan Papa. Aku berdoa mencoba mengikhlaskan semuanya.
"Selamat jalan Cinta, terima kasih sudah memberiku kebahagiaan di selama ini, aku akan mencoba belajar mengikhlaskan kalian walau itu berat!" Air mataku jatuh tak tertahankan.
Dengan sebotol air yasin dan bunga, aku menaburkan nya di atas kedua makam itu dan berdoa agar Allah memberinya tempat di surga nya.
-TAMAT-
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro