44. Life goes on
Hidup terus berjalan. Kondisi Oma semakin hari semakin membaik. Bahkan kondisiku pun sudah membaik.
Di hari ulang tahunku Cakra mengejutkanku dengan kejutan yang tak terduga. Dia terlihat sangat begitu bahagia sekarang, seperti tidak ada beban dalam hidupnya lagi.
Hari berlalu dengan sangat baik, tapi kami sangat stres dengan ujian kelulusan yang akan di adakan sebentar lagi.
Aku bersama dengan teman temanku sering belajar bersama di halaman belakang rumahku kami main bersama dan memecahkan masalah bersama. Terkadang kami sesekali menelpon Clara yang berada di Singapura. Ya, setelah penolakan Cakra dan Clara untuk bertunangan. Clara pindah ke Singapura untuk melanjutkan sekolahnya dan sekalian dengan kepindahan tugas ayahnya.
"Hallo Clara? Coba lihat ini! Banyak sekali yang harus gue hapal untuk ujian nanti!" Ucapku kepada Clara di panggilan video.
"Pelajaran tu boleh di hapal, tapi di pahami. Kalau kamu ngapalin tapi gak ada satu pun yang kau pahami ya percuma aja!" Cibir Cakra yang tengah fokus dengan buku besarnya.
Aku menatap Cakra sinis, ingin sekali ku jambak rambutnya yang mulai panjang.
***
Ujian berjalan dengan hikmat, pengawas memberikan kami kertas ujian matematika yang baru saja di baca soal pertama membuat kepala meledak. Tapi, aku harus yakin untuk bisa mengerjakannya dengan baik.
Aku berdoa kepada tuhan agar memberiku otak encer di mapel matematika kali ini..
"Ya Allah, Arin memohon kepada engkau berikan Arin otak cerdas Arin ya Allah. Aamiin! Bismillah!" Mohon ku sebelum memulai mengerjakan.
Kami semua mengerjakan dengan khusuk tak terjadi halangan saat mengerjakan nya.
***
Sepulang sekolah, Cakra bergegas ke rumah sakit karena mendapatkan kabar bahwa Oma semakin memburuk sejak dua minggu terakhir. Papa terlihat sangat frustasi setelah mendengar kabar dari dokter bahwa Oma harus menjalankan operasi transplantasi jantung dalam kurun waktu 3 bulan ini.
Cakra yang baru saja tiba menjadi amukan Papa yang frustasi.
"Kau lihat sekarang! Gara gara kamu, kondisi ibu menjadi sangat buruk! Sekarang ibu harus melakukan operasi transplantasi jantung!"
Cakra hanya terdiam meratapi wajah Papanya yang tengah sedih. Dia tak menyangka bahwa keadaan Oma menjadi sangat buruk.
"Ini semua salahmu! Kalau kau sayang dengan Oma, donor kan jantungmu kepada Oma. Dengan begitu Papa bisa memaafkan mu!" Ucapan Papa membuat Cakra terpukul. Papa menyalahkannya karena sudah membuat Oma seperti itu.
Cakra menatap wajah ayahnya yang sangat sedih dan frustasi. Dia berfikir apakah dengan mendonorkan jantungnya Papa akan berubah? Apa Papanya akan kembali menjadi Papanya yang dulu? Anak itu hanya bisa bisa menjatuhkan tubuhnya di samping Oma nya. Menatap tubuh Oma yang di pasangi selang infus membuat hati Cakra sakit.
***
Ujian telah selesai, siswa kelas XII hanya sedang menunggu pengumuman kelulusan.
Aku yang saat itu bersama wali kelas kami, mengajak untuk membuat kenangan satu kelasan untuk dengan berfoto ria.
Dengan gaya bebas kami mengekspresikan kegembiraan kami saat membuat kenangan.
"Ayo anak-anak! Gaya bebas, gaya bebas!" Teriak wali kelas kami.
"1, 2, 3"
Cekrek!
Banyak foto sudah kami ambil. Aku mencucinya beberapa. Dan membawanya didalam dompetku. Aku yang tengah menikmati angin sore di tribun lapangan kasti bersama Cakra.
"Aku pasti akan merindukan suasana di sekolah!" Ucap Cakra yang tengah tidur di pangkuanku.
"Sama, gak terasa waktu berjalan cepat!" Ujar ku sambil tersenyum melihat kearah langit.
"Ey, sayang! Senyummu itu terlalu masih. Bahkan gula aja sampai minder melihatmu!"
"Benarkah?"
"Benar sekali! Kau tau apa yang lebih indah dari sepasang angsa yang membuat bentuk hati di sungai?"
"Apa?"
"Aku dan kamu!"
Cakra tersenyum saat gombalannya itu berhasil membuatku tersipu malu.
"Ya! Aku pasti akan sangat merindukan mu, merindukan mu yang membawa kamera kemana mana," seru Cakra.
Cowok itu duduk di sampingku menatapku penuh dengan kenangan, tangannya merangkul ku dan badanku bersenderan di tubuh Cakra
"Kau sangat cantik saat tersenyum, dan sok polos di antara Zee, Zoya dan Fiona. Padahal otakmu yang paling mesum"
Aku mengsikut perut Cakra dengan sangat kuat hingga anak itu kesakitan.
"Itu fakta kan?"
"Iya tapi ya jangan bilang gue mesum juga kali!"
"Lah, terus apa? Foto Abs bias mu banyak sekali di galeri ponselmu apa gak mesum itu namanya?"
"Ya enggak lah!"
"Terus kalau bukan mesum apa namanya?"
"I-iya, gak tau lah!"
Cakra tertawa bahkan dalam hal kecil sedikitpun. Hari ini di penuhi dengan tawa. Aku tak tau kenapa aku memiliki firasat yang buruk tentang hari ini padahal kami berdua di iringi dengan tawa satu sama lain.
Bahkan di kelas, Cakra dkk mengajak aku untuk berfoto. Ketujuh anak laki-laki dengan seragam basketnya berpose di dalam lapangan basket.
Bukan untuk bermain, tapi hanya untuk menjadi seorang model dadakan.
Aku memfoto mereka dengan senang hati karena kami sudah mendapatkan izin untuk menggunakan lapangan basket bahkan seluruh sekolah untuk menjadi tempat berfoto kami.
Dengan pose yang terbilang bisa aneh mereka bukan seperti anak ganteng lainnya yang tampil cool saat di foto. Tapi mereka melakukan pose yang hanya di miliki orang dengan tingkat kepedean yang sangat tinggi dan juga berani membuat visual mereka yang paripurna hilang seketika.
Sekarang giliran para cewek yang melakukan sesi poto bertema basket. Kami berempat berpose dengan fotografer Amer yang sudah mahir dalam melakukan nya.
Kami tak lupa berfoto pasangan dimana seperti foto prewedding untuk pasangan yang akan menikah. Kenangan ini gak akan pernah ku lupakan sampai kapanpun.
Aku senang saat melihat teman temanku bahagia saat ini.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro