Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

4. Sepasang Kamera

Hari yang sangat panjang dan melelahkan. Kata kata yang las untuk menggambarkan hari ini.

Aku memasuki rumahku, rumah dengan keadaan sepi dan sunyi tak terlihat tanda tanda kehidupan di dalamnya.

Aku menghela nafas berat melepas rasa penat yang aku lalui sepanjang hari.

Menaruh tas ku di sofa ruang tamu, menuju dapur. Mencari sesuatu yang bisa dimakan karena aku sangat lapar.

"Sudah pulang?"

Suara laki laki yang turun dari tangga menghampiriku.

"Sudah bubu,,,"

Aku menatapnya lesu dengan senyum yang masih bisa ku lihat kan.

"Kenapa lesu gini sih,"

Laki laki itu mengacak acak rambutku. Dia melakukan itu hampir setiap hari saat dia melihatku.

"Bu, bunda mana?"

Aku bertanya karena tidak melihat keberadaan orang yang sangat ku sayangi itu.

"Bunda kerumah Tante Ema bareng Bunga"

Bubu ngambil kan segelas air dingin dari dalam lemari es.

"Mau pakek yang manis manis?"

Dia membuka lemari yang penuh dengan sirup dan minuman bubuk.

Aku cuma bisa tersenyum dan bilang tidak ke dia.

"Ya, kenapa lesu gitu sih"

Bubu menghampiri ku, dia bingung dengan sikapku yang tidak bersemangat.

Tangannya perlahan diletakan di dahi ku untuk mengecek apa aku sedang tidak enak badan.

Dengan cepat aku menjauhkan tangan nya, "aku tidak apa apa bubu, cuma sedang malas ngapa ngapain"

Aku memegang tangannya meyakinkan laki laki itu bahwa aku baik baik saja.

Kalian pasti penasaran siapa Bubu?

Sini ku kasih tau.

Di keluarga ku, aku anak ke 3 dari empat bersaudara.

Kakak ku yang pertama namanya Bubu. Laki laki yang ku anggap sebagai ayah ke dua ku.

Aku memiliki 1 kakak perempuan yang bernama Bunga. Dia cantik seperti bunga, tapi menurutku aku lebih cantik dari pada dia. Ya begitulah kalau punya saudara perempuan. Gak mau kalah soal kecantikan.

Dan yang terakhir ada saudara kembar ku. Kami hanya beda 3 menit saat bunda melahirkan kami dulu. Tapi kami kembar tidak identik. Wajah kami tidak mirip. Dia lebih tinggi dari pada diriku bahkan melebihi Bubu. Memiliki wajah rupawan yang sangat di sukai kaum wanita. Aku kadang cemburu dengannya. Karena apa? Dia banyak di dekati anak anak sekolah ku dan itu membuatku kesal. Dia adalah...

"Amer! Baru pulang?" Teriak Bubu yang melihat Amer masuk kedalam rumah.

Ya, dia Amer. Saudara kembarku yang beda 3 menit dari ku.

Kalian pasti terkejut kan. Ya sama aku juga.

Banyak orang yang tidak akan menyangka kalau kami ini saudara kembar.

Bahkan orang yang tau kami kembar itu cuma sedikit. Palingan sahabatku dan keluarga saja yang tau. Orang selain mereka gak ada yang tau kalau kami ini sebenarnya saudara.

Makanya waktu Febby ngelabrak ku di kelas kemarin aku pusing tujuh keliling.

Beraninya dia ngelabrak Arin kembarannya Amer.

Mengingat itu amarahku makin meluap luap.

Sudah sudah. Kita lanjut kisahnya.

"Amer?"

Bubu menghampiriku saat melihat sikap Amer yang dingin.

"Dia kenapa? Aneh banget?"

Aku mengerutkan keningku, sambil menaik turunkan pundak ku memberi isyarat bahwa aku tidak mengetahui apa yang terjadi.

"Sepertinya dia bertengkar dengan pacarnya"

Bubu tertawa terbahak bahak mengingat Amer memiliki seorang pacar.

"Yaudah Bubu, Arin mau ke kamar dulu mau tidur."

Aku ngambil langkah menuju tangga lantai dua rumahku untuk menuju kamar.

"Lah gak makan dulu?" Teriak Bubu.

***

Sesampainya di kamar aku langsung menjatuhkan tubuh mungilku di ranjang cukup besar untuk satu orang.

Aku membuka layar kunci ponselku dan membuka aplikasi pesan yang penuh dengan notifikasi dari grub.

Begitu banyak pesan yang belum terbaca olehku. Aku membuka satu persatu pesan itu dan membacanya dengan cermat dan tanpa sadar aku tertidur pulan di buatnya karena kelelahan.

***

Suara pintu terbuka mengalihkan perhatian Cakra dari ponsel nya. Dia menatap cermat orang yang masuk dari ambang pintu. Dia melihat Kakak perempuannya Mawar masuk kerumah dengan sekantong keresek belanjaan.

"Baru pulang?" Tanya Cakra yang kembali fokus ke layar ponselnya.

"Lah, seharusnya gue yang tanya? Lo baru pulang?" Tanya balik Mawar yang menaruh barang barangnya di atas meja dapur.

Cewek itu menatap Cakra yang sedari tadi menatap ponselnya dengan sungguh sungguh seperti sedang mencari sesuatu.

Mawar yang memiliki jiwa iseng tinggi melebihi Cakra, mengambil ponsel milih adiknya itu dengan paksa melihat apa yang tengah di cari oleh Cakra.

"Mawar! Balikin hp gue sekarang juga,"

Cakra berusaha mengambil kembali ponsel miliknya yang di ambil Mawar. Mereka berdua seperti kucing dan tikus yang sedang bertengkar memperebutkan sebuah ponsel. Bukan sebuah keju atau makanan lain ya.

Ditengah perebutan mereka, Mawar tiba tiba terhenti saat melihat layar ponsel adiknya yang. Tanpa melewatkan kesempatan  Cakra dengan sigap merebut kembali ponselnya dan mematikan layar ponselnya.

"Untuk apa kamu cari Kamera?"

Mawar bingung dengan adiknya, setau dia, Cakra tidak pernah tertarik dengan kamera atau sejenisnya hidupnya hanya di kelilingi dengan Taekwondo. Tapu ini. Kenapa tiba tiba Cakra mencari kamera

"Ada aja, kamu gak perlu tau"

Cakra pergi ke dapur demi menghindari pertanyaan Mawar. Tapi bukan Mawar kalau tidak dapat jawaban yang dia inginkan dari pertanyaan di dalam benaknya.

"Ya, kasih tau dong. Buat siapa Kamera itu? Kalau untuk kamu gak mungkin"

Cakra selalu pergi dari hadapan Mawar. Dia menghindari kakaknya itu.

"Cakra! Jangan menghindar!"

"Apa kamera itu untuk orang yang lo suka?"

Seketika langkah Cakra terhenti sejenak, tapi dia melanjutkan nya lagi menuju ke halaman belakang rumahnya.

Mawar tersenyum melihat adiknya itu terhenti saat dia bilang orang yang dia suka.

Dan dapat di pastikan bahwa dia mencari kamera untuk orang yang sepesial untuknya.

"Gue bisa bantu kalau urusan kamera terbagus, aku punya temen yang dapat membantu mu menemukan kamera yang kamu mau,"

Mawar duduk di samping Cakra dengan tatapan meyakinkan.

"Beneran?"

Cowok itu menatap kedua mata Mawar demi meyakinkan apa yang di katakan mawar itu benar atau tidak.

"Beneran, serahkan semuanya denganku kalau tentang barang cewek yang lo suka. Tapi ingat, jangan lupa nanti kenalin ke kakak, biar bisa dapat restu dari ku."

Cakra merasa sangat yakin dengan semua yang di katakan oleh Mawar barusan dan menyerahkan semua kepercayaannya ke Mawar.

"Ntar, ku transfer uangnya. Belikan 2 ya. Yang bagus. Paling bagus. Berapa pun harganya gak masalah"

Biasa horang kayah, gak memperdulikan harga. Kalau barang bagus gak masalah dengan harga.

"Oke, sip. Ntar aku komunikasi sama temanku itu"

***

Sudah beberapa hari setelah Cakra mempercayai barang yang dia inginkan ke Mawar. Tapi sampai saat ini belum ada kabar sama sekali.

Setelah pulang sekolah Cakra buru buru mencari Mawar dan menagih Kameranya yang dia janjikan akan segera datang.

"Mawar! Mana kamera gue?"

Teriak Cakra saat membuka pintu kamar Mawar. Cowok itu tidak menemukan orang yang dia cari di dalam sana tapi, dia menemukan dua buah kotak yang berisi kamera di dalamnya.

Seketika senyum Cakra terpancar lebar dan luas mengetahui kamera yang dia impikan akhirnya ada di tangan nya.

Cowok itu memegang kedua kamera itu dengan rasa kagum untuk pertama kalinya dia memegang kamera yang sangat bagus. Setelah dia memegang kamera milik Arin yang dia jatuhkan waktu berusaha membantu gadis itu.

"Bagaimana? Bagus gak?"

Mawar berdiri di ambang pintu dengan memakan sebuah permen loli. Dia tersenyum saat melihat ekspresi adiknya yang terkagum kagum melihat benda bernama kamera itu.

"Sangat bagus,"

Cakra masih mengagumi sepasang kamera itu.

"Habis ini, kamu harus kenalin orang yang nerima kamera ini."

Cakra hanya mengangguk tanpa bicara. Tak lama kemudian tanpa ada angin dan hujan cowok itu memeluk kakaknya dengan erat untuk menyatakan rasa terima kasihnya dan langsung bergegas pergi ke kamarnya tak lupa membawa sepasang kamera itu.

***

Pagi pagi buta, dengan antusias yang tinggi. Cakra menunggu Arin di parkiran belakang sekolah yang biasa Arin lewati.

Cowok itu sangat gelisah. Dia tak habis habisnya bergerak kesana kemari menunggu kedatangan gadis bernama Arin.

Setelah melihat kemunculan orang yang dia cari. Cowok itu langsung menarik tangannya dan membawanya pergi begitu saja.

"Ya! Cakra, lepasin tangan ku,"

Teriak ku sambil berusaha melepas tangan yang membawaku ntah kemana.

Di sebuah ruangan, Cowok itu memperlihatkan ku dua buah kamera yang saling berdampingan. Ntah yang ada di pikiran ku saat itu. Emosiku meluap saat melihat Cakra dan kedua kamera itu. Aku berfikir bahwa Cakra dan ada kamera itu adalah sebuah kesialan yang pernah menimpaku untuk waktu yang sangat panjang.

"Tada!!! Kamera baru untuk Arin!"

Seperti memberi  sebuah kejutan ke orang terkasih. Cakra begitu ekspresif.

"Terus? Aku harus bilang wow gitu?"

Mulut, pikiran, dan hatiku saat itu tidak bisa terkendali kan.

Bukannya merasa senang saat di beri kamera baru. Aku malah menunjukan ekspresi berbeda yang membuat senyum anak laki laki yang ada di hadapanku itu perlahan redup.

"A-aku, cuma mau minta maaf dengan membelikan mu kamera baru,"

Cakra menunduk dengan wajah murungnya.

"Kalau minta maaf ya, katakan aja gak usah kek gini"

Kata kata itu keluar dari mulutku begitu saja tanpa memperdulikan perasaan Cakra saat itu.

"Aku gak butuh kamera baru! Lebih baik kau bawa saja kamera itu"

Aku pergi begitu saja meninggalkan Cakra sendiri bersama kamera itu. Aku merasa kamera pemberian Cakra akan membawa sial jika aku menerimanya.

Bertemu Cakra aja adalah hal sial bagiku apa lagi aku menyimpan barang pemberiannya. Dih! Gak kebayang aku.




Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro