Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

36. Holiday

Pukul 08:05, Cakra sudah datang di depan rumahku. Dengan mobil berukuran sedang berwarna hitam dia bersama dengan Ravi menjemput ku untuk berlibur.

Aku dan Amer sudah izin kepada orang tua kami untuk berlibur bersama dengan teman teman. Di tambah Cakra yang semalam izin langsung kerumah meminta izin dari Bunda, Bubu dan juga Bunga serta Ayah lewat video call.

"Bunda kami berangkat dulu ya!" Pamit Cakra dengan senyum sumringah.

Amer memasukan tas kami berdua ke bagasi mobil dan kami siap untuk meluncur.

"Semoga kita selamat sampai tujuan!" Doa Ravi yang terlihat sangat khawatir.

Cakra yang tengah menyetir menghentikan mobilnya mendadak. Cowok itu menatap Ravi dengan tatapan kesal.

"Kalau bukan suruh Gaon sama Zayn gak bakal gue mau satu mobil sama lo!" Seru Cakra.

Aku yang duduk di bangku tengah bersama dengan Amer, menyuruh Cakra untuk fokus kejalan dan tidak membuat keributan.

Perlahan tapi pasti, Cakra mulai melajukan kendaraannya. Setelah sampai di depan gapura terlihat sudah berjejer dua buah mobil yang sedang menunggu kami.

Gaon mengendarai mobil berwarna abu-abu miliknya yang merupakan hadiah ulang tahunnya yang ke 17 dari orang tuanya, bersama dengan Third, Zee dan Fiona. Sedangkan Zayn mengendarai mobil berwarna Putih milik nya yang dia beli menggunakan uang tabungannya, bersama Guntur dan juga Zoya.

Dengan persiapan yang matang, kami pergi menuju pantai.

***

Menghabiskan waktu sekitar 2 jam lebih perjalanan menuju tempat tujuan. Akhirnya kami sampai di sebuah villa yang di latar belakangi sebuah pantai yang sangat indah.

"Wow, indah sekali!"

Kami semua turun dari mobil, melihat sekeliling kami yang tampak indah ditambah dengan hembusan angin pantai yang menembus kulit.

"Sebentar, gue cari pak Bandi dulu. Mau ngambil kunci,"

Cakra pergi sendiri mencari keberadaan pak Bandi di sekitar villa yang terlihat sangat megah berdiri kokoh di pinggir pantai.

"Kau tau, villa megah ini milik Cakra. Hadiah dari Omanya saat Cakra lahir ke dunia ini." Ujar Gaon yang terlihat begitu mengagumi pemandangan pantai dihadapannya.

Dengan kaca mata hitamnya, Gaon terlihat seperti orang yang berbeda. Aura anak orang kayanya keluar saat dia mengenakan stelan kemeja putih serta kaos putih di dalamnya dan celana jins berwarna biru terlihat sangat memukau.

"Teman teman!" Teriak Cakra dari kejauhan sambil menunjukan kunci villa yang dia dapatkan dari pak Bandi yang seorang penjaga villa milik Cakra.

"Bukannya kita pakai villa Zayn ya?" Tanya Zoya heran.

Seperti yang disebutkan kemarin sebelum kemari. Zayn bilang kita akan tinggal di villa milik Zayn tapi kenapa kita berada di villa milik Cakra.

Zayn memutar bola matanya, "kata ortu gua, villa gue sedang di renovasi jadi kita kevilla Cakra aja. Untung Cakra punya Villa dengan pemandangan pantai yang indah ini!" Zayn merangkul Zoya sambil berjalan masuk kedalam villa.

Betapa mengejutkannya saat Cakra membuka pintu villa itu. Villa dengan gaya italia berdiri kokoh dengan pemandangan laut yang begitu indah.

Kami semua ternganga melihat isi villa itu yang tersusun rapi,

"Kemarin aku sudah bilang ke pak Bandi kalau kami akan datang. Jadi beliau sudah menyiapkan semua perlengkapan yang kita butuhkan selama tinggal disini" ujar Cakra sambil membuka laci laci yang berisi banyak makanan, cemilan dan minuman yang tersusun rapi didalamnya.

"Disini ada 5 kamar tidur. Jadi kita bagi dua-dua dan ada yang tidur 1 kamar 3 orang. Untuk cewek kan pas nih dua-dua. Nah untuk yang cowok. Kalian pilih aja. Tapi ada satu kamar yang memiliki 3 tempat tidur. Jadi kalian tinggal pilih aja." Lanjut Cakra sambil menunjukan letak kamar yang ada di villa itu.

Aku dan sahabatku memutuskan untuk membagi menjadi dua. Aku dan Fiona satu kamar dan Zee dan Zoya satu kamar jadi kami berempat menempati 2 kamar yang ada di lantai atas.

Karena bingung harus memilih siapa dengan siapa yang harus satu kamar. Guntur dengan percaya diri menyusulkan untuk melakukan batu, gunting kertas dan anehnya semua nya setuju termasuk Cakra.

Mereka melakukan pemilihan dengan gunting, batu, kertas. Dan disitu terpilihlah Gaon dan Third, Guntur dan Zayn, dan Cakra, Ravi dan Amer.

Kamar gaon dan Guntur berada di lantai bawah sedangkan ketiga anak laki laki berada di satu lantai bersama para cewek.

Komuk wajah Cakra, Ravi dan Amer terlihat sangat jengkel. Tapi mereka harus menerimanya kalau tidak mereka bisa diamuk teman temannya yang sudah seperti singa yang kelaparan.

Setelah menentukan kamar. Kami masuk ke kamar masing-masing untuk beres beres sambil beristirahat sebentar.

Terdengar suara keributan terjadi didalam kamar Cakra, Ravi dan Amer.

Aku, Zee, Zoya dan Fiona yang penasaran mencoba mengintip dari balik pintu yang terbuka sedikit.

Wajah Cakra yang sedari tadi terlihat kesal. Beradu mulut dengan Ravi dan Amer perihal tempat tidur yang akan dia pakai.

"Ini villa ku, aku mau tidur disini ya seterah ku. Kenapa lo gak terima!" Seru Cakra.

Amer memutar bola matanya kesal, "gue tau ini villa milik lo. Tapi gue udah disini duluan. Kan ada tu dua kasur lagi. Kenapa sewot banget sih jadi orang!" Cibir Amer yang memperdebatkan kasur yang berada di ujung dekat dengan jendela.

"Amer! Cakra! Ini kan ada kasur yang lain. Kenapa kalian harus kelahi kek gini sih.  Dah gini aja, Amer tidur di tengah, aku di samping dekat pintu dan kamu Cakra didekat jendela. Gimana?" Saran Ravi yang terlihat tidak mau berdebat dengan cowok di hadapannya itu.

Karena keasikan menguping dan mengintip. Kami sampai gak sadar bahwa Gaon dan Zayn berdiri di belakang kami ikut menguping.

"Mereka kenapa?" Tanya Gaon yang membuat kami berempat terkejut.

"Astaga! Kau ini buat kaget aja!" Bisik ku sambil memicingkan mata kearah kedua cowok itu.

Mereka berdua menundukkan tubuh mereka menyamakan tingginya di samping kami.

"Ck, ck, ck, mereka ribut karena tempat tidur!" Seru Gaon yang melihat tingkah temannya itu.

Perdebatan masih berlanjut. Amer yang gak mau tidur di tengah karena langsung terpapar oleh sinar lampu. Dia menolak nya dan Ravi menyuruhnya untuk tidur di kasur dekat pintu. Biar Ravi yang tidur di tengah.

Saat lagi tegang tegangnya terdengar teriakkan Guntur dari luar memanggil kami semua untuk turun keluar.

"Woy!!! Keluarlah!!!"

Seketika kami panik, kami takut ketahuan mengintip ketiga anak laki laki itu yang sedang bersitegang. Gak mau ketahuan, kami dengan cepat menuju sumber suara dan meninggalkan kamar itu.

Guntur dan Third terlihat sedang bermain dengan air laut di pinggir pantai. Dengan mengenakan kaos putih kulit mereka terlihat kemerahan karena sinar matahari yang menyengat kulit mereka.

"Ya!!! Jam segini langsung mandi lo?" Tanya Gaon menghampiri teman temannya yang tengah berenang di laut.

Celana yang dia lipat hingga menyentuh lutut dan kaca mata hitam yang masih dia pakai membuatnya menjadi bahan jahil dari Third dan Guntur. Mereka berdua menyiram tubuh Gaon yang berada di tepian dengan air laut yang membasahi tubuhnya. Begitu juga Zayn yang terlihat sangat menghindari air tak luput dari kejaran Guntur. Guntur mengejar Zayn yang berlari pergi. Tapi bukan Guntur kalau tidak bisa mendapatkan apa yang dia inginkan. Cowok itu berhasil menangkap Zayn dibantu Gaon dan Third. Mereka bertiga menggotong tubuh Zayn dan melemparkannya kedalam laut.

Terlihat senyum bahagia mereka berempat di laut yang begitu cerah hari ini. Aku dan sahabatku yang hanya bermain air di tepi pantai juga terkena sifat jahil keempat anak laki laki itu. Mereka melempari air kearah kami hingga kami basa kuyup.

Karena sudah terlanjur basah. Kami memutuskan untuk berperang air dengan keempat teman kami itu. Kebahagiaan kami semua terlihat sangat jelas, suara tawa kami menghiasi pantai saat itu di temani angin laut yang berhembus kencang menambah kesan tak terlupakan.

***

Setelah puas bermain air, kami masuk ke villa untuk mandi dan membuat makanan.

Aku dan Zee yang sudah selesai mandi duluan. Mencoba mencari makanan di dapur.

Baru saja turun dari tangga kami berdua mencium aroma bakaran yang sangat enak. Karena kelaparan, kami berdua berjalan mencari letak sumber aroma bakaran itu. Sampai di halaman belakang yang dipenuhi rumput. Kami berdua melihat ketiga anak laki laki yang ribut tadi sedang membakar seafood yang mereka beli di pasar ikan tak jauh dari villa.

Aku menarik nafas dalam mencium aroma ikan, udang dan cumi-cumi bakar yang dimasak Cakra, "Wah, kalian tau aja aku sangat lapar!" Aku mencuri udang yang tengah di bakar dan memasukannya ke mulutku.

"Eits, ma-sih panas!" Seru Cakra telat. Udang bakar itu sudah masuk kedalam mulutku.

"Ah, udangnya sangat manis" ucapku menikmati makanan itu.

Terlihat Ravi dan Amer tengah memasak sup kerang dan juga ramen gurita yang sangat menggugah selera.

"Kalian bertiga belajar dari mana masak? Kok kalian sangat jago ketimbang kami para cewek!" Tanya Zee yang tengah duduk sambil makan kelengkeng.

"Hmm, tu lihat? Ada YouTube yang membatu masak, jadi tinggal ikuti aja!" Amer menunjuk layar ponselnya yang berada di atas meja di samping kompor. Terlihat sebuah video tutorial memasak kerang dan ramen gurita di tonton kedua anak itu.

"Pantesan," ungkap Zee tak bersemangat.

Makanan sudah matang dan siap disajikan. Aku dan Zee membantu untuk menyusun meja makan dan mengambil perlengkapan makan dari dapur.

Teman temanku satu persatu keluar dari kamar mereka menuju halaman belakang. Betapa terkejutnya mereka saat melihat makanan sudah tersaji di atas meja dengan rapi.

"Kalian yang masak ini?" Ungkap Gaon gang terlihat sangat terpanah dengan masakan yang dimasak ketiga anak laki laki itu.

"Makanlah!" Cakra menyuapi Gaon udang bakar yang ia buat kedalam mulut satu persatu temannya tak terkecuali kami para cewek. Bukan cuma itu Ravi dan Amer pun dia suapi.

Disini jiwa julid Gaon dan Guntur muncul. Dimana mereka mengolok olok Cakra yang menyuapi musuh bebuyutannya itu dengan tangannya sendiri. Bahkan dengan penuh rasa perhatian.

Cakra yang kesal tidak memberikan makanannya lagi kepada kedua anak itu.

"Ya! Cakra! Bagi na!" Pinta Gaon dan Guntur yang tidak diizinkan menyentuh makanan buatan Cakra.

***

Malam pun tiba, karena cuaca kurang mendukung kami hanya berdiam didalam kamar.

Cuaca seperti inilah yang sangat kami berempat suka. Cuaca dingin, hujan, banyak cemilan dan baterai laptop penuh serta koneksi internet lancar adalah nikmat bagi kami drakorlovers. Didalam kamar ku. Kami menonton drakor yang sangat menyentuh hati. Menceritakan tentang seorang gadis modern yang masuk kedalam zaman kerajaan hanya karena ingin menyelamatkan seorang anak yang tenggelam di danau. Gadis itu bertemu dengan pangeran yang sangat tampan. Kisah yang sangat menyayat hati dan membuat banjir air mata. Kalian pasti tau kan drama apa itu? Ya Moon lovers. Drama yang di bintangi oleh aktor tampan dan aktris yang cantik cantik menghidupkan taman bunga di drama itu.

***

Hari yang cerah setelag badai adalah sebuah anugrah yang amat di syukuri. Hari ini ketujuh anak laki laki itu berencana melakukan berbagai olahraga air. Dengan membawa papan surfing dari dalam gudang. Mereka mulai mencari ombak untuk berolah raga.

Dengan lihai mereka berselancar dengan mudah karena sudah terbiasa. Namanya juga anak anak kaya. Mereka pasti jago.

Aku yang ini menikmati permainan air akhirnya memusatkan hati ke banana boat. Aku dan ketiga temanku bersama dengan Ravi dan Amer. Kami menaiki permainan, awalnya sih takut. Tapi lama lama ketagihan.

Kami sudah menikmati hari ini dengan sangat bahagia. Di penghujung hari, kami memainkan voli pantai disitu hubungan persahabatan kami semakin erat. Menghabiskan waktu bersama membuat kami menjadi lebih dekat seperti layaknya keluarga.

Tak lupa, selama berada di situ aku mengabadikan banyak foto yang gak tau apakah akan bisa kita ulang kemudian hari atau tidak. Aku merasa masa mudaku tidak sia sia dan tidak ada rasa penyesalan. Bersama dengan sahabat yang sudah seperti keluarga satu sama lain membuat masa mudaku penuh dengan kebahagiaan. Tak pernah kebayang bahwa kami akan seperti ini di hari ini. Sungguh takdir yang sangat sulit di tebak.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro