35. Rose
*Visual*
Gaon Lee
Hello guys, jam berapa nih kerumah Cakra!
Gaon Lee
Gue udah dirumahnya ni! Kalian dimana?
Wakil OSIS
Bentar, gue mandi dulu
Ona
Sabar, gue Zee dan Zoya lagi di jalan nih!
Anda
Aku sama Amer otw nih
Pembawa sial
Gue tunggu dirumah
Keponakan direktur
Aku dah sampai nih! Kok gak ada orang? Lo dimana Cak!
Pembawa sial
Masuk aja! Pintu gak di kunci.
Pembawa sial
Kalian mau makan apa biar ku masakan?
Thirdnya Zee
Wih, bisa nih masakan Lasagna
Pembawa sial
Enak aja, gua masakin chicken noodle soup aja gih.
***
"Gaon, tumben kerumah ada apa?" Tanya Mawar yang mengambil air di dalam kulkas.
"Mbak Mawar seng ayu dewe. Gaon sering kerumah Cakra mbak!" Desis Gaon yang sedang membantu Cakra memasak.
"Gaon sayang! Kau tadi bilang apa? Mbak? Kau kira aku mbak tukang jamu apa!" Mawar menjewer telinga Gaon hingga anak laki laki itu menjerit kesakitan.
"Maaf mbak! Eh maaf kak Mawar!" Mohon Gaon.
Bel rumah berbunyi, Mawar yang saat itu masih menghukum Gaon langsung bergegas menuju pintu untuk melihat siapa yang datang.
"Biar gue aja yang buka!"
"Gue aja!" Cakra berjalan menghentikan kakaknya untuk membuka pintu.
Terlihat dari balik pintu, semua sahabat dan teman temannya sudah datang berdiri di depan pintu.
"Assalamualaikum!"
"Waalaikumsalam, silahkan masuk!"
Kami semua masuk kedalam rumah yang terlihat sangat indah dan megah itu.
Mawar yang tengah berbincang dengan Gaon terkejut melihat teman temannya Cakra datang begitu banyak.
"Wow! Tumben lo bawa teman temanmu kerumah Cak, apa lagi ini ada ceweknya!" Mata Mawar terbelalak melihat satu persatu kami.
Pandangan mata Mawar terhenti saat melihat Ravi dengan kemeja kotak kotak dan kaos putih yang ia kenakan.
"My Baby!" Teriak Mawar berlari menghampiri Ravi.
Mawar meloncat memeluk Ravi dengan erat. Matanya berkaca caka karena senang. Ravi yang tak terlihat canggung langsung membalas pelukan Mawar dengan hangat hingga mengangkatnya keatas.
"Ooh, my baby boy, how are you baby?" Tanya Mawar yang kesenangan.
"Aku baik baik aja Kak!" Jawab Ravi yang perlahan melepas pelukannya.
Terlihat dari kedua wajah Ravi dan Mawar sangat senang, setelah melepas rindu karena lama tak jumpa.
"Aku sangat merindukanmu. Kamu gak pernah lagi kerumah, sekarang sudah segede ini. Lihat air mataku terjatuh!" Seru Mawar yang terlihat menangis.
Ravi menghapus air mata Mawar dengan lembut, "aku juga merindukanmu kakak, maaf jarang kerumah." Kata Ravi dengan senyum manisnya agar Mawar berhenti menangis.
Mawar menatap Cakra dengan sinis, "Kau benar-benar ya Cak! Gara gara lo, gue harus pisah sama adek gue yang ganteng ini!" Omel Mawar yang tengah memarahi Cakra.
Cakra memicingkan matanya tajam, "adek lo tu gue! Bukan dia!" Ucap Cakra setengah berteriak.
Mawar kembali memeluk Ravi dengan erat, "tu lihat! Gegara gak ada kamu! Dia jadi stress kek gitu! Lihatlah bagaimana dia sudah bisa memasak sedangkan gue belum bisa masak!" Seketika tawa Mawar pecah. Dia tak terlihat menangis lagi karena dia merasa gagal jadi seorang anak perempuan.
"Hmm, Arin?" Ucap Mawar yang melihatku berdiri sekitar 1 meter disampingnya.
Cakra yang saat itu tengah menghidangkan makanan di mangkuk heran, bagaimana kakaknya Mawar bisa mengenal Arin.
Aku tersenyum, "hallo Rose!" Sapa ku.
Gadis itu menghampiriku dengan wajah heran, "kenapa lo ada disini?" Tanya Mawar heran sambil melengah kearah Cakra yang terlihat mendekat.
"Kak Mawar kenal sama Arin?" Seru Cakra yang perlahan mendekat.
Cowok itu merangkul ku mesra di hadapan kakaknya, teman temannya dan saudara kembarku, "kenalin dia pacar gue!" Ucap Cakra membuat Mawar menutup mulutnya tak bisa berkata apa apa.
"Jadi kamu Rin pacar adek gue?" Mawar terlihat begitu terkejut.
"Gue dah nepatin janji gue kan, kenalin cewek gue ke lo!" Ucap Cakra bangga.
Mawar menatap kami dengan banyak pertanyaan, "jadi kemarin itu, gue sama Arin pergi ke toko kamera beliin kamera untuk lo Rin!" Ungkap Mawar yang masih tak menyangka kalau aku adalah pacar adiknya.
"Beli kamera? Kamu?" Cakra menatapku bingung tak mengerti apa yang dimaksud kakaknya.
"Iya, waktu itu kan kamu bilang mau belikan kamera yang paling bagus untuk pacarmu. Nah, ada teman ku yang tau tentang kamera kan. Teman itu Arin, aku minta bantuannya untuk memilih kamera!" Ungkap Mawar yang masih tak menyangka.
"Wah, ini nih yang dinamakan dunia itu sempit. Bagaimana aku gak menyadari kalau temanku adalah pacar adikku. Wah sungguh mengejutkan!" Seru Mawar.
Setelah berbicara panjang lebar, kami semua disuruh untuk makan bersama. Sudah tersusun rapi makanan di atas meja yang terletak di halaman belakang rumah Cakra, dengan pemandangan kolam renang, lapangan basket dan taman bunga serta pepohonan. Kami makan masakan Cakra yang ia masak sendiri.
"Wah, rasanya begitu enak! Belajar dari mana lo masak. Setahuku kamu masak ramen aja sampai jadi bubur!" Cibir Mawar untuk adiknya.
Cakra melirik tajam, "belajar sama Bunda!" Timpal Cakra dengan penuh makanan di mulutnya.
"Ngomong kah kumur kumur itu!" Protes Mawar.
"Belajar sama Bunda!" Jawab Cakra yang telah menelan makanannya.
"Bunda? Siapa?" mawar sangat kebingungan dengan jawaban Cakra.
"Mamanya Arin dan Amer, Cakra belajar bersama Bunda,"
Amer menatap Cakra bingung, "kapan lo belajar masak sama Bunda? Gue gak pernah lihat lo dirumah tu!" Tanya Amer.
"Hmm, waktu kalian semua masih disekolah ikuti ekskul. Biasa Cakra selalu menyempatkan ke rumah kalian dan masak bersama bunda disana sebelum kalian pulang" jawab Cakra sambil terus mengunyah.
"Tapi kenapa lo baru tau kalau aku kembaran Arin dan Pak Anjas adalah kakak kami beberapa waktu lalu?" Pertanyaan Amer membuat Cakra dkk yang mendengarnya tersedak.
Mereka menatap ku, Amer dan Cakra dengan heran, "Pak Anjas kakak lo Rin?" Tanya Gaon heran.
"I-iya," jawabku.
Wajah Cakra dkk terlihat sangat masam. Mereka terlihat sangat tidak menyangka, sungguh tidak menyangka.
"Jadi selama ini kamu menyembunyikan identitas saudara mu Rin?" Ujar Zayn antusias.
"Aku gak nyembunyikan kok, kalian aja yang gak pernah nanya, benar kan Mer! Cak!" Seruku.
Mereka terlihat sangat kesal setelah mendengar ucapanku tadi. Mereka merasa seperti dibohongi tapi salah mereka juga kenapa gak bertanya.
Seperti kata pepatah, malu bertanya maka sesat di jalan. Mungkin itu bisa menggambarkan situasi saat ini.
"Omong omong nih ya! Kalian kenapa datang kesini? Kalian ngerayain pesta? Tapi kan kalian selama 2 minggu ini masih ujian kan. Kenapa membuat pesta?" Tanya Mawar yang bingung dengan kedatangan kami semua.
"Terlebih lagi, kenapa ada Ravi ya? Bukannya kalian itu bertengkar?" Mawar menunjuk Ravi dan adiknya bingung.
"Gak mungkin Ravi datang kalau gak diundang, begitu juga dengan Cakra. Dia gak mungkin mengundang Ravi kemari?"
Mawar terus menerus menanyakan hal yang sangat mengganggu pikirannya sedari tadi karena merasa aneh dengan perlakuan adiknya hari ini.
"Gini kak, kami semua sudah baikan, benar kan Cak!" Jelas Guntur sambil menyenggol tubuh Cakra yanga ada di sampingnya.
"Kalian dah baikan?! Syukurlah!" Seru Mawar bahagia.
"Tapi bagaimana bisa?" Tanya Mawar heran.
Disitu Guntur, Zayn, Third dan Gaon menjelaskan secara teliti dari event masak hingga permainan basket kemarin.
"Oh, bagus sekali kalian, kukira kalian berdua akan terus bertengkar gak jelas seperti biasnya."
"Terus? Kalian semua kenapa kesini?" Tanya Mawar penasaran. Gadis itu terlihat membelalakkan kedua matanya mengamati satu persatu kami.
"Aku mengundang mereka untuk belajar bersama, biar dapat nilai bagus. Walaupun nih anak nih, keponakan direktur dia gak mau mengambil kunci jawaban yang sudah terpampang di meja direktur," Cakra terlihat kesal.
"Ya bagus lah, biar kalian bisa berprilaku jujur. Ini gak sementang mentang punya koneksi orang dalam malah seenaknya di sekolah. Ntar waktu masuk kuliah kalian gak ada yang bantu seperti di SMA malah nangis," cibir Mawar dengan mencabikan bibirnya.
"Nanti nanges!" Timpal Guntur yang membuatnya mendapatkan pukulan kuat dari Cakra di pahanya.
Aku meringis melihat kelakuan Cakra dkk dan juga Mawar yang terlihat seperti teman seumuran terlebih lagi ada Ravi yang menjadi pelengkap anggota Cakra dkk.
"Zayn! Gimana kabar Andrea? Sudah lama dia gak pulang ke Indo. Aku kangen sama anak itu!" Tanya Mawar yang terlihat sangat merindukan Andrea anak direktur sekolah dan sepupu Zayn.
"Dia baik-baik aja kok, bilangnya nanti libur natal dia akan pulang. Dia kangen banget sama teman temannya di Indo dan juga makanan sama Cuaca di Indo," jawab Zayn yang tengah memakan es krim.
"Hmm, oke lah, bilang ke dia. Bawa oleh oleh yang banyak, oke!"
Kami berbincang cukup lama. Hingga lupa dengan tujuan kami kemari untuk belajar buat besok ujian.
Setelah beres beres tempat dan cuci piring kami semua belajar dengan sangat serius. Demi mendapatkan nilai bagus kami harus mengorbankan waktu untuk belajar. Karena masa depan cerah menunggu kita di depan. Tinggal kita nya aja yang mau menghampirinya atau tidak.
Hidup itu perihal pilihan. Kita harus memilih untuk mengejar cita cita kita dengan belajar yang giat atau bermalas-malasan. Itu adalah pilihan, gak ada yang gak mungkin saat mengejar impian. Sekuat apa pun kau mengejarnya pasti ada saatnya kau mendapatkannya. Itu butuh proses, dengan mengorbankan waktu, tenaga dan pikiran serta tak luput dari doa. Akan dipastikan impian kita akan terwujud. Yakinlah dan terus berjuang hingga orang tua mengucapkan kalimat "kami bangga kepadamu nak!"
***
Ujian akan dilaksanakan lima menit lagi. Sebelum kami memasuki ruangan kami berdoa kepada tuhan agar diberi kelancaran dalam ujian hari ini dan hari seterusnya.
Bel sudah berbunyi, tandanya kamu harus memulai ujian kami hari ini.
Waktu berlalu begitu cepat, hari ini adalah hari terakhir ujian. Diakhiri dengan mata pelajaran Fisika dan Matematika peminatan. Membuat otak panas.
Setelah lembar jawaban terisi dengan penuh dengan keyakinan. Kami mengumpulkan mata pelajaran terakhir ujian sambil terus berdoa agar mendapat hasil yang memuaskan.
***
Setelah menunggu dengan rasa deg degan serta penasaran. Faras datang mengabari bahwa hasil ujian kali ini sudah di tempel di mading utama di lobi sekolah.
Seluruh kelas 3 berlari kearah mading sekolah untuk melihat hasil dari ujian kami yang begitu membuat otak panas.
Kami datang sudah terdapat banyak anak anak yang mengerumuni mading.
Tapi herannya, saat Cakra dkk melewati mereka untuk melihat hasil nya. Semua orang memberi jalan. Betapa hebatnya mereka, terlihat Gaon dan Third memotret pengumuman itu sementara Cakra dan yang lain mencari nama mereka di daftar nilai itu.
Selang beberapa lama mereka mengabari kami lewat grub chat agar segera pergi ke atap.
Aku melihat Cakra yang berbalik dia menatapku menyuruhku pergi ke atap sekolah.
Setibanya kami disana, Cakra terlihat sangat murung. Wajahnya begitu kecut seperti yang lain.
Amer dan Ravi yang baru saja datang menatap mereka bingung.
"Kenapa nyuruh kami kesini?" Tanya Amer yang menyenderkan badannya ke dinding di samping ku.
Tiba tiba wajah Cakra dkk sangat senang. Senyum bertebaran dimana mana.
Sambil mengeluarkan selembaran kertas pengumuman nilai yang di pegang Guntur. Dia berteriak kesenangan, "HORE!!! Kita semua masuk dalam 20 besar satu angkatan!!!" Ucap Guntur heboh.
Aku sontak memeluk sabahat ku merasa senang. Kami tak bisa berkata kata lagi karena tak menyangka bisa masuk 20 besar dari peringkat yang sangat sulut di tembus siswa yang biasanya aja.
Kami berteriak kegirangan. Meluapkan kegembiraan kami yang berhasil mendapat nilai bagus.
"Karena usaha kita selama ini gak sia sia. Aku akan ajak kalian semua berlibur ke pantai menikmati liburan minggu depan!!!" Seru Zayn senang.
"Benar itu, kita harus berlibur bersama! Jangan ada yang gak ikut! Harus ikut semua! Kalian hanya perlu bawa diri dan pakaian. Masalah tempat tinggal, kendaraan, dan lain lain kami yang urus." Ujar Gaon
"Iya, gue punya villa di dekat pantai. Kita pergi kesana bersama," timpal Zayn bersemangat.
"Urusan kendaraan dan makanan serahkan kepadaku. Pakai mobil ku aja," tambah Cakra.
"Oke! Kita berangkat lusa jam 8 pagi. Jangan lupa bawa diri dan pakaian. Nanti kami yang jemput kerumah kalian. Jadi tunggu aja di depan rumah. Oke!" Ucap Gaon.
Aku, Zee, Zoya, Fiona, Amer dan Ravi ngikut aja apa yang Cakra dkk minta. Kami menyetujui liburan kali ini. Liburan pertama bersama dengan Cakra dkk yang merupakan anak orang kaya 7 turunan.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro