Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

32. Terlalu baik

Bruk!

Cakra yang baru membuka pintu rumah harus mendapatkan tamparan keras dari sang Ayah.

"Anak kurang ajar! Dari mana kamu! Kenapa semalam gak pulang!!!" Teriak Papa sambil terus memukul Cakra yang ada di depan pria itu.

Cakra mendapat pukulan keras hingga ia terjatuh. Tak ada sekalipun perlawanan yang dia berikan. Cakra terlihat begitu sangat pasrah. Dia hanya meringkuk di lantai sambil menahan rasa sakit.

"DASAR ANAK ANJING! BAJINGAN!" Ucapan kasar Papa sambil terus menendang Cakra.

Papa menarik kerah baju Cakra dengan kasar. Menatap anak laki lakinya itu dengan sinis, "KEMANA KAMU SEMALAM!!!"

Cakra menundukkan pandangannya, dia tak berani menatap mata Papanya yang terlihat sangat marah.

"T-tadi malam, C-Cakra menginap di rumah Arin, Pa," ucap anak itu pelan.

"ARIN! SIAPA DIA? PACAR MU?" Papa menghempaskan tubuh Cakra kemeja.

Emosi Papa kala itu sudah tak bisa di kondisikan lagi. Pria itu mengambil cambuk yang terdapat di dalam laci meja.

Papa mencambuk Cakra tanpa ampun dengan penuh emosi. Air mata ank itu terlihat menetes sembari menahan rasa sakit.

"ANAK DAKJAL! NGAPAIN NGINAP DI RUMAH CEWEK ITU! KAU BERHUBUNGAN DENGAN DIA MALAM TADI! MAU DI TARUH DIMANA MUKA PAPA, KAMU BAHKAN SUDAH MENCORENG NAMA PAPA KARENA BALAPAN! SEKARANG KAMU MAU MERUSAK REPUTASI KELUARGA DENGAN TIDUR DENGAN SEORANG ANAK GADIS. BAGAIMANA KALAU ANAK ITU HAMIL! KAMU BAHKAN BELUM LULUS SEKOLAH!!! CAKRA!" Seru Papa yang sangat kesal, wajah pria itu memerah karena menganggap anaknya akan merusak reputasi keluarganya untuk kesekian kalinya.

Cakra terlihat sangat lemah. Bahkan dia sudah sangat lemah untuk menahan rasa sakit itu. Cowok itu mulai tidak sadarkan diri. Tapi dia berusaha untuk tidak tertidur. Dia terus menahannya sampai Papanya sudah merasa puas memukulnya.

Cambuk yang di pegang Papa dilempar kesamping tubuh Cakra yang lemas. Pria itu pergi meninggalkan Cakra yang saat itu sedang dalam keadaan kritis.

Prak!

Suara pintu tertutup dengan sangat kencang. Yang membuat Cakra tersadar bahwa Papanya sudah tidak ada di dalam rumahnya.

Seluruh tubuh Cakra membiru, anak itu saja bahkan tidak bisa menggerakkan kaki serta tubuhnya. Dia benar benar kesakitan, tak ada satu pun orang yang menolongnya kala itu. Dia hanya diam di bawah meja dan menunggu pertolongan datang.

Drettt...

Getaran Ponsel, membuatnya terbangun. Cowok itu berusaha mengambil ponselnya dari dalam saku celananya.

Dengan susah payah, anak itu mengambil ponselnya karena tangannya terus bergetar.

"Hallo," ucap Cakra lemah.

"Hallo Cakra! Gue ada di depan rumah lo, lo dimana?" Tanya Gaon di telfon.

Cakra meringis kesakitan saat menggerakkan sedikit tubuhnya untuk mencoba bangun.

"Cak? Lo gak papa? Lo ada didalam? Cak, tunggu gue! Gue masuk sekarang ya!" Gaon terdengar begitu khawatir dia sampai menerobos masuk kerumah Cakra dengan memanjat pagar.

Cakra terlihat sangat lemah. Dia hanya bisa berdoa agar dia masih di berikan hidup untuk waktu ini. Anak itu berusaha menggerakkan tubuhnya sebelum temannya datang melihat kondisinya yang begitu buruk.

Prak!

Gaon membuka pintu dengan sangat kuat. Dia terlihat sangat terkejut saat melihat Cakra berada di lantai dengan tubuh yang lemas.

"Cakra! Bertahanlah aku akan menelfon ambulance!" Gaon bergegas menelfon 119 untuk meminta bantuan. Tapi Cakra menolak.

"Jangan telpon siapapun, kumohon," perlahan Cakra mencoba mengangkat tubuhnya ke posisi duduk. Dibantu oleh Gaon anak itu duduk. Terlihat luka lebam di wajah nya yang berwarna biru ke unguan.

Gaon mencoba membopong Cakra ke sofa ruang keluarga. Gaon menidurkan Cakra di sofa panjang dan berlari ke dapur untuk mengambil sekantong es batu dan kotak P3K.

"Papamu yang ngelakuin ini?" Tanya Gaon sambil mengompres lebam Cakra dengan es batu.

Cakra tersenyum tanpa berbicara.

"Kau itu terlalu baik Cak, kenapa gak kamu lawan! Kalau gini terus kamu bisa mati di tangan Papa mu!" Seru Gaon resah.

Cakra, anak yang terlalu baik. Dia tidak pernah mau membalas perbuatan jahat orang kepadanya.

"Kau tau sendiri kan aku gak bisa memukul orang tua, anak-anak dan wanita!" Ucap Cakra pelan melihat tamannya itu mengobatinya.

"Tapi kan kalau gini terus nyawamu Cak, lo bilang mau ngelindungin Mawar! Kalau kamu terluka kek gini siapa yang bakalan ngelindungin dia?" Gaon terlihat sangat kesal karena temannya itu tidak pernah mau ngelawan sama sekali.

Gaon membantu Cakra duduk, dia membuka kemeja yang dikenakan Cakra.

"Ups!!! Oh My Lord"

Gaon terkejut melihat lika cambukan di badan Cakra yang begitu banyak memenuhi punggung anak itu.

"Tahan sebentar, ini mungkin akan sedikit sakit!"

Dengan keahliannya mengobati orang. Karena terus berlatih untuk menjadi seorang dokter. Gaon mencoba memberikan pertolongan pertama pada luka Cakra yang terlihat sangat mengerikan.

Dengan sangat hati hati Gaon membersihkan darah dan mengoleskan antiseptik serta salep luka di bekas cambukan Cakra.

Cakra meringis kesakitan saat Gaon mengoleskan salepnya. Dengan telaten Gaon terlihat sangat fokus.

Setelah selesai, Gaon berlari menuju kamar Cakra untuk mengambil kemeja di lemari Cakra.

Cowok itu memakaikan kemeja yang baru dia ambil dari dalam lemari Cakra kebadan temannya.

"Cakra! Aku kalau jadi kamu, aku pasti sudah gak akan tahan. Mungkin aku akan melompat dari jembatan agar tidak di pukuli terus menerus seperti ini. Lebih baik mati lompat dari jembatan dari pada harus mendapat siksaan seperti ini!" Omel Gaon yang geram.

Cakra membalas dengan senyuman dia tak bisa banyak berkata kata karena tubuhnya masih sangat sakit bahkan untuk berbicara.

"Kenapa Papa mu memukul mu terus? Apa yang kau perbuat? Kenapa dia begitu dengan mu?" Tanya Gaon penasaran.

"Apa Papamu itu psikopat, dia bahkan berani melukai anaknya sendiri!" Gaon mulai kesal.

"Aku tidak tau, tapi kali ini aku memang salah!" Ujar Cakra. Cowok itu tertunduk meratapi kesalahan yang di perbuat hingga Papanya sangat marah kepadanya.

"Kau salah apa? Kamu itu gak salah Raden Cakra! Papa mu yang salah. Dia bisa di tuntut atas penganiayaan anak!" Gaon mulai menaikan nada bicaranya.

"Kamu gak tau apa apa tentang keluarga ku Gaon,"

"Aku tau semua Cakra! Waktu itu saat kamu gak ada kabar selama 2 hari itu aku tau sebabnya! Melihat mu selalu menggunakan topi dan Hoodie aku tau ada yang tidak beres. Waktu itu kamu di pukul kan sama Papamu dengan botol anggur! Jangan ngelak. Kamu hampir mati ditangan Papamu sendiri! Kali ini juga! Jika saja aku gak ke rumahmu mungkin kamu sudah mati!" Gaon benar benar sangat emosi sekarang dia tak dapat menahan diri untuk menyadarkan Cakra yang begitu sayang.

"Cakra! Sayang boleh tapi kalau sudah ada yang main tangan kamu harus ngelawan, jangan diam!"

"Dia memang Papa mu, tapi dia sudah membunuhmu secara brutal. Dia bahkan menuduh mu melakukan balap liar, padahal Papamu lah pelaku di balik luka itu bukan karena balap liar!"

Gaon terus menerus berucap hingga Cakra tidak bisa mengatakan apapun kepada temannya itu.

"Gaon! Aku tau, aku tau apa yang kau maksud. Aku juga tau kau khawatir. Tapi, ini hidupku. Aku punya pilihan untuk melawan atau tidak!"

"Iya benar, hidup ini pilihan tapi kamu mengambil pilihan yang salah! Membiarkan pria itu memukulmu alasan yang tepat. Itu salah besar."

"Ku mohon Cakra! Kamu jangan seperti ini terus menerus. Kamu harus melawan. Kalau Papamu mengusir mu kamu datang saja ke rumahku. Pintu rumahku selalu terbuka untukmu. Bahkan keluargaku senang kamu bergabung menjadi bagian keluarga mereka," mohon Gaon yang tak tahan dengan penderitaan temannya itu.

"Akan aku pikirkan!" Seru Cakra yang membuat Gaon semakin kelas.

"Seterah lo dah!" Gaon memutar bola matanya sebal.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro