Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

30. Cakra Anak Baik

Di ruang keluarga rumahku. Cakra dan Bunda masih bercengkrama. Mereka membicarakan banyak hal.

Cakra berulang kali meneteskan air matanya saat menceritakan semua keluh kesahnya selama ini dia rasakan. Aku tidak pernah tau, anak laki laki yang terlihat sangat ceria bisa memiliki masa lalu yang terbilang kelam.

"Cakra apa yang terjadi kenapa kamu seperti ini nak," tanya Bunda dengan sangat hati-hati sambil membelai kepala anak itu dengan lembut.

Cakra menatap wajah Bunda lekat. Tersirat sebuah sedihan dari wajahnya. Anak itu cuma bisa terdiam karena tenggorokannya serasa tersekat. Dia mencoba menahan diri agar tidak emosional di hadapan Bunda.

"Cakra gak papa Bunda, Cakra cuma rindu sama Bunda dan masakan Bunda!" Senyum Cakra terlihat sangat berat.

"Kalau ada apa apa cerita sama Bunda. Siapa tau Bunda bisa bantu Cakra," suruh Bunda.

Tatapan Bunda terlihat penuh dengan kasih sayang seorang ibu.

Cakra mengangguk mengiyakan.

Sesaat Anak itu terdiam sebelum menyampaikan unek-unek yang dia tahan dan tak tau mau cerita kesiapa.

"Bunda," panggil Cakra pelan.

Bunda menatap Cakra dengan hangat.

"Cakra iri," kedua mata anak itu berkaca kaca.

"Iri kenapa nak, iri sama siapa?"

Cakra menghela nafas berat, "iri sama Arin dan Amer!" Ucapnya berat.

Suara Cakra sekarang berubah menjadi sedikit parau.

"Kenapa? Kenapa iri dengan mereka? Apa mereka berdua menyombongkan diri? Atau apa?" Tanya Bunda.

Cakra menggeleng kan kepalanya, "iri karena mereka memiliki ibu yang sangat menyayangi mereka dengan sepenuh hati, merawat mereka bahkan memasakkan makanan kesukaan mereka" ucap Cakra yang membuat hati Bunda terasa sesak.

Bunda tau arti dari perkataan yang diucapkan Cakra tadi. Sontak Bunda memeluknya erat setelah mendengar alasan Cakra iri kepada kedua anaknya.

"Cakra gak usah iri sayang, Cakra anak Bunda. Bunda akan buatkan makanan kesukaan Cakra. Bunda akan merawat Cakra seperti Arin dan Amer!" Ucap Bunda yang merasa anak ini sangat membutuhkan dia.

Bunda menatap wajah Cakra yang sedari tadi menahan sedihnya.

"Cakra, ingatlah satu hal. Bunda, sudah menganggap mu sebagai anak Bunda sendiri. Jadi jangan iri kepada Arin dan Amer ya!" Bunda meneteskan air matanya hatinya terasa begitu sakit.

Anak itu mengangguk mengerti, "Terima kasih," ucap Cakra parau.

"Bunda tau, untuk pertama kalinya Cakra mendapatkan pelukan hangat dari seorang ibu, Cakra sangat bahagia,"

"Bunda? Apa Cakra boleh bercerita?" Tanya Cakra sambil menatap Bunda senang.

Bunda mengangguk kan kepala, "boleh, Cakra boleh bercerita kepada Bunda. Keluarkan semua  unek-unek yang Cakra simpan,"

Disitu Cakra mulai bercerita tentang dirinya yang begitu menginginkan kehangatan keluarga yang dimiliki Arin dan keluarga.

"Cakra itu bukan cuma iri Bun, tapi Cakra juga cemburu. Bahkan sangat sangat cemburu,"

"Cemburu, melihat seorang anak mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Keluarga yang harmonis dan penuh kasih sayang."

"Dulu, saat ulang tahun Cakra yang ke 8 tahun. Cakra meminta di adakan makan malam bersama dengan Papa, Mama dan kakak. Cakra begitu bersemangat saat mengetahui begitu banyak makanan yang di masak untuk ulang tahun saat itu." Cakra terlihat mulai meneteskan air matanya.

"Tapi, beberapa jam sebelum acara dimulai, Cakra saat itu berada di meja makan mendengar suara kedua orang tua Cakra bertengkar hebat. Karena takut, Cakra masuk kedalam kolong meja makan. Cakra lupa apa yang mereka berdua bicarakan hingga terjadi pertengkaran itu. Cakra hanya bisa menangis melihat mama papa yang biasanya bahagia kini menaikan suaranya satu sama lain." Air mata Cakra menetes deras mengingat kejadian masa kecil yang sangat merubah kehidupannya.

Dia berulang kali mendongakkan kepalanya agar air matanya tidak terjatuh.

"Di hari ulang tahunku, mereka pergi begitu saja seakan lupa tentang ulang tahun ku, Meninggalkanku dan kakakku. Sejak hari itu, aku tidak pernah melihat mama datang kepadaku lagi."

"Yang biasanya Mama selalu memasakkan makanan kesukaan Cakra, menemani Cakra bermain, mengantarkan sekolah, bahkan memeluk Cakra dengan hangat. Cakra tidak pernah merasakan itu lagi. Cakra rindu mama, tapi Mama tidak pernah menemui ku bahkan untuk menanyakan kabarku," tangis Cakra pecah, dadanya terasa begitu sesak. Dia bahkan tak kuat untuk melanjutkan kata katanya lagi.

"Cakra sempat berfikir, Mama tidak menyayangiku lagi. Dulu mama berjanji kepada ku kalau dia selalu menyayangiku, selalu bersamaku sampai aku bisa seperti papa. Tapi mama mengingkari janjinya. Dia pergi tak pernah kembali kepada ku."

"Aku benci mama, aku sangat benci orang yang melanggar janjinya!" Ucap Cakra setengah berteriak.

Bunda yang sedari tadi menangis mendengar cerita seorang anak yang kehilangan kasih sayang ibunya berusaha menenangkan anak itu dengan kasih sayang yang Bunda berikan.

"Cakra, jangan membencinya. Dia tetap ibumu!"

"Mungkin saja ada hal yang membuat mama mu pergi. Tapi dia tidak mungkin melupakan anak tersayangnya bukan? Cakra dengarkan Bunda. Seorang ibu tidak mungkin tega meninggalkan anaknya sendirian tanpa sebab, pasti ada alasan di baliknya. Jadi, Cakra gak boleh membenci mama ya. Dia mamamu orang yang kamu cintai nak, orang yang dulu selalu memberikan mu pelukan hangat dan memasakkan makanan kesukaan mu, jangan lupakan itu," Bunda menghapus air mata yang terjatuh di pipi anak itu lembut.

"Jangan pernah kau membenci orang karena satu kesalahan yang dia lakukan kepadamu, coba untuk mengingat kebaikan apa yang pernah dia lakukan untukmu."

Disitu Aku, Amer, Bubu dan Bunga yang mendengar cerita Cakra dari kejauhan menangis. Terlebih dengan ku. Aku benar benar tak menyangka anak yang terlihat seperti tidak punya masalah dan kesedihan dalam hidupnya, memiliki sejuta kesedihan yang selama ini dia sembunyikan dalam topengnya.

Aku tidak membayangkan jika itu terjadi dalam keluargaku. Ya, walaupun ayahku tidak bersama kami karena tugas negara. Tapi aku masih memiliki kasih sayang dari seorang ibu yang kuat membesarkan anak anaknya dengan seluruh kekuatan dan kasih sayang nya, tanpa bantuan seorang suami.

Aku masih harus bersyukur aku masih memiliki keluarga yang lengkap. Sedangkan Cakra, dia harus melakukan semuanya sendiri tanpa kasih sayang dan semangat orang tua nya.

Itu sebabnya saat aku datang kerumah Cakra terlihat sangat kosong saat berada di dalam rumah besar itu.

"Walaupun Cakra memiliki rumah yang besar dan megah serta hidup dengan serba berkecukupan. Tapi ada satu yang dia tidak miliki yaitu, kasih sayang kedua orang tua yang aku miliki saat ini," ucapku dengan suara parau.

Cakra menghapus air matanya dengan cepat, "astaga, kenapa aku menangis seperti ini. Aku seharusnya tidak boleh menangis. Cakra kuat, aku gak boleh lemah. Ada Kak Mawar yang harus Cakra jaga. Jika Cakra lemah siapa yang akan jaga Mawar. Hanya Cakra yang dia punya. Cakra gak boleh lemah!" Seru Cakra sambil menghapus air matanya yang tak mau berhenti menetes.

Disitu aku berlari kearah Cakra dan memeluknya dengan erat. "Cakra kamu anak baik, kamu kuat, jangan putus asa ya," bisikku dalam pelukan nya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro