Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

28. Cakra

Setelah mengetahui beberapa hal dari Ravi. Aku masih sangat penasaran dengan alasan yang akan di berikan oleh Cakra kepadaku.

"Diberitahukan kepada siswa dan siswi SMA Cendikia, bahwasannya akan diadakan acara Hut Cendikia yang ke 30 tahun. Yang akan diadakan selama seminggu, minggu depan"

Hore!!!

Teriak semua siswa yang mendengar pengumuman dari sekolah.

Pengumuman sekolah yang sangat di nanti semua warga sekolah. Dimana selama seminggu kami semua berpesta ria.

"Dan setelah merayakan Hut Cendikia yang ke 30 kalian harus mempersiapkan diri untuk mengikuti setengah semester yang akan di laksanakan hari senin setelah acara Hut selesai. Sekian dari saya terima kasih!"

Kelanjutan yang sangat tidak mengenakan. Ujian akan dilaksanakan setelah pesta besar diadakan betapa menjengkelkannya itu.

Aku melangkah menyelip segerombolan siswa yang memenuhi lorong. Karena badan kecilku, aku dengan mudah menerobos segerombolan siswa itu dengan selamat sampai ke ujung dimana tidak terjadi kerumunan lagi.

Terlihat di depanku seorang pemuda dengan menyenderkan kepalanya kedinding bertingkah sangat aneh. Dengan jahil aku memotret nya dan dia menyadarinya.

"Ya!!! Arin!!! Lo motret gue!!!" Teriak Gaon kesal.

Cowok itu mengejarku, tapi dia tidak bisa menangkap ku karena aku berlari dengan cukup gesit.

Aku menjulurkan lidahku mengejek Gaon yang gagal menangkap ku.

Cowok itu terlihat sangat kesal. Dia terus mengejarku sampai berada di lapangan sepak bola.

Disitu Gaon sudah bengek kehabisan nafas begitu juga dengan ku.

"Rin! Stop! Jangan lari lagi, gue capek!" Pinta cowok yang kehabisan nafas.

Begitu juga denganku, "oke, oke, aku gak akan lari lagi!" Ucapku sambil mengatur nafas.

Gaon menjatuhkan tubuhnya di podium yang ada di belakangnya. Dia benar benar terlihat seperti kakek tua yang kelelahan mengejar cucunya.

Aku berjalan mendekatinya dan menjatuhkan diri di samping Gaon yang terlihat sangat kelelahan.

"Kau cepat banget sih larinya?" Tanya cowok itu heran.

"Ntah lah. Kenapa bisa seperti itu," jawabku.

Kami menatap satu sama lain dan ntah mengapa, kami tertawa terbahak bahak melihat satu sama lain.

***

Di kelas, teman temanku tengah mengadakan rapat untuk membicarakan Hut Cendikia yang biasanya akan ada perlombaan untuk mengisi acara sebelum menuju puncaknya.

Disitu terlihat Cakra dkk memimpin rapat. Aku yang baru saja sampai dikelas bersama dengan Gaon tak tahu menahu dengan apa yang sudah mereka rencanakan.

Di papan tulis sudah tertulis beberapa nama dan perlombaan. Aku begitu terkejut saat melihat nama ku terpampang di papan tulis untuk mengikuti event melukis.

"Apa apaan ini?" Tanyaku yang membuat semua perhatian kearah ku.

Cakra menatapku dengan hangat, "Chagiya! Kemarilah!" Panggil Cakra mengajakku berkumpul.

Cakra merangkul ku dan dia kembali fokus ke daftar event yang ada di selembaran kertas di hadapannya.

"Untuk lomba masak, aku mau coba!" Seru Cakra yang membuat semua orang menolaknya bersamaan.

"Tidak!"

Cakra dkk tertawa saat mendengar temannya menawarkan diri untuk lomba memasak. Karena mereka semua mengetahui bahwa Cakra sangat pintar memasak sampai sampai dia memasak ramen hingga pancinya gosong.

"Kenapa kalian menolakku? Aku sudah belajar masak tau! Aku pasti akan menang! Percayalah kepadaku!" Ucap Cakra dengan rasa percaya diri yang tinggi.

Bukan Cakra kalau tidak percaya diri. Cakra pasti akan pd dulu dan gak ada kata malu di dalam kamusnya.

"Aku akan tetap mendaftarkan diri!" Serunya sambil berjalan menuju papan tulis menulis namanya.

"Seterah lu dah Cak," cibir Jihan.

Setelah menentukan siapa aja yang akan ikut dalam even kali ini. Mereka membubarkan diri. Kertas yang berisi nama nama itu di berikan Zee kepada Guntur agar di daftarkan.

Cakra dkk yang duduk di dekat ku dan sahabatku, mengajak kami kerumah Zayn untuk mempersiapkan event mading kelas karena ketua kelas Faras menyerahkan itu ke Cakra dkk, aku, Zee, Zoya dan Fiona.

Tapi ketiga sahabatku menolak, hari ini mereka sangat sibuk dengan ekskul mereka masing masih sedangkan Fiona harus ke menemani nenek nya yang ada di rumah sakit.

***

Sesampainya dirumah Cakra. Terlihat cowok itu sedang menunggu di depan pagar rumahnya dengan Gaon di sampingnya.

"Maaf aku telat!" Ucapku karena telat lima menit.

Gaon dan Cakra menatapku heran,"kenapa ngomong maaf, cuma 5 menit doang. Aku sering telat 30 menit malahan biasa aja," seru Gaon.

Tanpa basa basi Cakra  memarkirkan kendaraan ku di garasinya.

Cowok itu menggandeng ku menyebrangi jalan dan menuju rumah besar di depannya.

"Emang dimana rumah Zayn!" Tanyaku bingung.

Cakra dan Gaon secara bersamaan menunjuk kerumah besar depan rumah Cakra yang merupakan rumah Zayn. Aku baru tau kalau mereka berdua tetangga an depan rumah.

"Kalau rumahku bukan disini. Di komplek sebelah!" Ujar Gaon sambil tertawa.

Terlihat gerbang rumah yang besar dan megah terbuka. Terlihat Guntur, Zayn dan Third sedang bermain basket disana.

"Hallo Arin!"

Rumah Zayn terlihat sangat megah. Dengan taman yang luas di depan rumahnya. Aku menatap sekeliling rumah itu. Terlihat gaya eropa menjadi inspirasi dari pembangunan rumah itu. Tak seperti rumah Cakra yang menggunakan gaya Keraton yang sangat kental.

Disini bukannya mengerjakan mading mereka asik sekali dengan permainan basket. Seketika aku teringat dengan perkataan Ravi, mereka dulunya adalah seorang atlit basket di sekolah. Maka dari itu mereka terlihat sangat jago memainkan basket.

Karena aku masih penasaran mengapa Cakra dan Ravi bisa bertengkar. Aku tanyalah dia tapi aku mendapatkan jawaban yang tak pernah ku sangka dari mulut cowok itu.

"Cakra! Apa aku boleh bertanya sesuatu?" Tanyaku pelan.

Cakra mengangguk, karena dia tengah fokus memasukan bola kedalam ring

"Jadi gini, melihat kamu bermain basket bersama teman temanmu apa gak terasa kurang sesuatu gitu?"

"Kurang apa?"

Lemparan Cakra meleset. Terlihat Cakra dkk menatapku dengan wajah serius.

"Kurang sesuatu gitu?"

"Arin!" Teriak Gaon

"Langsung aja apa yang mau kau bilang." Lanjutnya dengan nada emosi.

Aku melihat dari raut wajah teman teman Cakra terlihat sangat marah. Mereka seperti mengetahui apa yang ingin aku bicarakan.

"Jadi begini-" ucapan ku terpotong.

"Aku sudah menahan diri untuk beberapa waktu ini. Aku kira kau akan peka terhadapku?" Cakra menatapku tajam.

"Ravi pasti sudah memberitahukan mu bukan! Disini jawabanku dan jawabannya sama! Jadi ku mohon kepadamu agar tidak membahasnya di hadapanku. Aku bisa saja menghajarnya hingga babak belur karena mendekatimu. Dia ingin merebut mu dari ku tapi aku menahannya karena! Kamu dan Ravi itu teman. Aku gak mungkin menghancurkan hubungan pertemanan orang lain hanya karena rasa cemburu dan juga masalahku dengan teman mu itu. KU HARAP KAU MENGERTI!" Jelas Cakra dengan nada menahan diri. Ucapannya membuat ku membeku seketika.

Karena kepolosan dan keingintahuanku, aku memancing amarah Cakra yang jelas jelas sudah aku ketahui jika aku mengatakan hal itu kepadanya.

Cakra memalingkan pandangannya kepadaku. Disitu Gaon mendekatiku dia menepuk pundak ku.

"Lebih baik kau pulang saja. Kau telah membangunkan singa, kau gak akan bisa membuatnya tertidur lagi untuk beberapa hari. Dia sudah sangat marah kepadamu tapi dia tahan. Ku mohon mengerti lah. Kau pulanglah nanti akan ku jelaskan nanti." Suruh Gaon dengan pelan.

Terlihat Cakra berjalan memasuki rumah Cakra dia bahkan tidak memandang ke arahku yang melangkah pergi untuk pulang.


Cowok itu mendiamkan ku selama kurang lebih 3 hari. Dimana terlihat Cakra dkk juga menjauhiku. Mereka menjaga jarak terhadapku.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro