23. Secercah Harapan
"Selamat datang di SMA Cendikia, terima kasih sudah datang ke pertandingan Taekwondo tingkat nasional"
Suara pengumuman dari pengeras suara di sekolah terdengar sangat keras.
Semua siswa siswi berhamburan di seluruh sudut sekolah. Tak terkecuali gedung olah raga, tempat dimana pertandingan Taekwondo akan dilaksanakan sebentar lagi.
"Woy! Kalian gak nonton pertandingan?" Tanya Third antusias.
"Gak ah, malas, mending di kelas!" Jawab ketus Zoya.
Third memutar bola matanya kesal, "gue gak nanya lo! Gua nanya pacar gue sama Arin!" Cibir Third.
Zoya mengerutkan keningnya sebal sambil melotot kearah Third.
"Kenapa? Gak suka?" Tanya Third membalas melotot kepada Zoya.
Zayn datang merangkul Third untuk pergi ke gedung olahraga, "Sudah lah, gak usah urusi mereka. Biar mereka di kelas. Kan mereka ratu nya magar!" Timpal Zayn.
"Third! Zayn! Kok kalian kelihatan santai aja sih!" Tanyaku yang membuat kedua cowok itu bingung.
Mereka berdua menatapku bingung,"gimana maksudnya? Gue gak ngerti," tanya Zayn yang songong.
"Hehhehe! Lo khawatir sama Cakra!" Seru Guntur yang berdiri di depan pintu.
"Tenang aja! Mending kalian nonton lah, Cakra menghilang itu sudah biasa. Jadi, ayo nonton!" Ajak Guntur sambil menarik teman temannya yang ada di kelas.
Dengan terpaksa kami harus pergi menonton. Wajah Cakra dkk terlihat tenang aja seperti tidak terjadi apa apa. Tapi aku merasa sangat khawatir tetang anak cowok yang selalu ku juluki sebagai pembawa sial.
"Rin, gak usah khawatir, ayang beb mu memang suka ngilang tanpa sebab, kami sudah sering di gitukan sama dia!" Ujar Zayn yang merangkul ku seperti teman akrab.
***
Didalam gedung olah raga semua orang berteriak meriah saat atlit idola mereka di panggil namanya. Mereka bahkan sampai membuat yel-yel untuk menyemangati idola mereka.
"Lebih baik gue nonton konser dari pada lihat orang berkelahi!" Ujar Zee sambil memainkan ponselnya di tengah keramaian.
Third dengan cepat mengambil ponsel milik Zee dan menyembunyikannya di kantong saku jas nya.
"Coba nikmati lah pertandingan hari ini, jangan fokus ke hp terus!" Pinta Third kepada mantan pacarnya yang selalu dia anggap pacar.
"Ck, serah lo deh" pekik Zee kesal.
Kami bersembilan duduk bersampingan untuk menonton pertandingan. Terlihat Pak Baek sangat tertekan melihat atlit terbaiknya Cakra dapat di hubungi sejak 3 hari lalu.
"Kasihan pak Baek, Atlit terbaiknya ngilang tanpa jejak!" Ujar Fiona kasihan.
Tatapan mata Fiona tertuju kearah pintu masuk para atlit dari ruang ganti berharap agar Cakra keluar dari balik pintu menuju tempat bertanding.
"Kuharap tidak terjadi apa apa dengan Cakra!" Harap Fiona berdoa kepada tuhan.
Aku ikut menatap kearah pintu itu dan berharap agar Cakra datang, "Ku harap kau datang Cakra! Jika kau datang aku gak akan menganggap mu sebagai pembawa sial lagi. Aku akan menganggap mu sebagai pembawa keberuntungan," aku berdoa dalam hati dengan penuh harapan.
Selang beberapa menit, nama Cakra di panggil untuk menuju gelanggang.
"Kepada Raden Cakra Rahagi Wicaksono di harapkan segera memasuki gelanggang!" Panggil MC untuk kedua kalinya.
Jika Cakra tidak memasuki gelanggang pada panggilan ke 3 kalinya akan di pastikan Cakra akan dieliminasi.
"Ku harap kau tidak mengecewakan ku Cakra! Aku sudah melakukan segala hal untuk bisa kau melanjutkan pertandingan hari" Harap pak Baek kepada Cakra agar bisa membawa nama baik sekolahnya.
"Sekali lagi, kepada Raden Cakra Rahagi Wicaksono di harapkan memasuki gelanggang sekarang juga!" Sudah ketiga kalinya MC memanggil nama Cakra.
Terlihat beberapa panitia pertandingan menghampiri pak Baek menanyakan keberadaan Cakra.
MC dan dewan juri terlihat sedang berdiskusi, mereka memutuskan untuk menghitung 1 sampai 5. Jika dalam hitungan itu Cakra tidak muncul, maka Cakra akan tereliminasi dalam pertandingan kali ini.
Hitungan pertama, semua penggemar Cakra berdoa akan kedatangan Cakra di gelanggang.
Hitungan kedua, semua jantung penggemar seakan berhenti berdetak.
Sampailah di hitungan ketiga, semua orang sudah pasrah tak terkecuali pak Baek yang berusaha membujuk dewan juri.
Hitungan keempat---
"Raden Cakra Rahagi Wicaksono siap mengikuti pertandingan!" Teriak Cakra yang tiba tiba memasuki gelanggang.
Semua orang berteriak sangat meriah, bahkan aku sampai meneteskan air mata terharu. Harapan semua orang terkabul. Cakra dengan pakaian lengkap dengan pengamannya sudah memasuki gelanggang.
"Terima kasih Tuhan!"
"Maaf atas keterlambatan saya dewan juri dan saya ucapkan terima kasih sudah memberi saya kesempatan," Cakra membungkuk memberi hormat.
Pertandingan yang sempat di tunda akhirnya di mulai. Cakra dengan sedikit perenggangan siap menyerang. Setelah wasit mengatakan ya, Cakra berusaha sekuat tenaga untuk memenangkan pertandingan kali ini. Karena ada beban yang harus dia tanggung, ada harapan dari penggemar, orang terdekat dan pelatih yang sudah mendukung nya dari awal dia menggeluti dunia ini sampai sekarang.
Pritt...
"Di persilahkan kepada sudut merah dan sudut biru memasuki gelanggang," setelah melalu banyak perjuangan kali ini adalah penentuan dari semuanya.
Dengan menggandeng kedua tangan atlit di sampingnya, wasit medang menunggu aba aba dari juru untuk menentukan siapa pemenang dari pertandingan kali ini.
Deg
Jantung ku berdetak dengan sangat kencang dan tak beraturan. Melihat tangan Cakra yang di penuhi keringat di pegang oleh wasit.
Aku berharap, kali ini Cakra berhasil menang. Tapi jika tidak juga tidak mengapa. Karena aku melihat di beberapa babak sampai babak ahir ini. Cakra terlihat sangat kesakitan, ketika kepalanya terkena tendangan. Tak jarang terlihat cowok itu sempoyongan setelah kepalanya terkena tendangan dari musuh.
Cakra yang berada di sudut biru hanya bisa pasrah karena menurutnya dia susah melakukan semampunya walau sangat berbeda jauh dari biasa dia berlatih.
"Pemenang pertandingan Taekwondo tingkat Nasional, kelas A dewasa di menangkan oleh--"
Semua orag berdoa untuk kemenangan atlit mereka masing masing. Pak Baek dan para guru yang hadir pun menaruh harapan kepada Cakra saat itu tak terkecuali bu Kartika yang begitu antusias saat Cakra bertanding.
"Raden Cakra Rahagi Wicaksono!" Ucap MC membacakan hasil dari para juri.
Tangan Cakra di angkat oleh wasit. Disitu sorakan meriah mengelilingi kemenangan Cakra. Semua orang berbahagia, bahkan Third dan Zee terlihat kesenangan hingga saling berpelukan satu sama lain dengan gembira. Bukan cuma Third dan Zee, Gaon dan Fiona yang duduk bersebelahan di sebelahku juga terlihat begitu girang sampai sampai Gaon hampir memeluk Fiona yang ada di sampingnya.
Aku tertawa bahagia melihat kedua sahabat ini semakin dekat satu sama lain.
Air mata tak terasa jatuh dari pipiku saat melihat Cakra sujud syukur atas kemenangannya.
Dia terlihat sangat senang, dengan senyum lebar bangga terpampang di wajah Cakra yang menerima mendali emas dan piala dari pemimpin acara saat itu.
Cowok itu melayangkan senyuman dan lambaian tangan ke arah penggemarnya yang masih bersorak meriah. Dan di satu sisi dia terlihat menatapku dengan tatapan seperti bilang "Aku baik baik saja, jangan khawatirkan aku, terima kasih sudah jadi penyemangat!"
Menyadari hal itu, aku membalas senyuman dan lambaian tangan Cakra dengan tulus.
"Terima kasih!" Ucapku kepada tuhan yang sudah memberikan seberkas cahaya pada hari ini. Terima kasih sudah mendatangkan Cakra. Terima kasih sudah melindungi Cakra.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro