21. Luka
Malam ini langit sedang menangis dengan derasnya. Terdengar suara guntur dan kilat menemani suara air yang turun terkena genting rumah.
Udara dingin menambah kesan nyaman untuk membuka laptop dan menonton drakor kesukaan. Ditambah dengan banyak cemilan, lampu dimatikan serta selimut tebal yang membalut tubuh. Menjadi nikmat dunia yang sangat disukai para gadis.
"Hujan kali ini sangat lebat. Semoga aja besok pagi gak ada berita bencana," harap ku saat melihat keluar jendela.
***
Suara guntur terdengar sangat keras, sebelumnya terlihat petir menyambar keberbagai penjuru.
Di rumah Cakra, Mawar mundar mandir di depan pintu rumah menunggu kedatangan seseorang.
"Cakra!!!" Panggil Mawar berteriak.
Cakra yang sedang berada mengambil air di dapur langsung pergi menemui kakaknya di depan.
"Ada apa?" Tanya cowok itu dengan sebotol air di tangannya.
Mawar menatapnya lekat, mendekatkan diri nya di samping adiknya dan menyenderkan kepalanya di pundak Cakra.
"Temani gue disini, gue takut!" Pinta Mawar yang manja.
Cakra melepas jaket yang dia kenakan dan menyelimuti tubuh kakaknya itu dengan jaket nya, "Masuk gih, tunggu di dalam aja!!disini dingin," suruh Cakra sambil melangkah pergi.
"Ih, ni anak, kakaknya minta temani dia malah pergi!" Teriak Mawar yang tak terdengar oleh Cakra karena suara hujan.
Waktu berjalan dengan cepat. Cakra yang sedari tadi menonton tv tak melihat kakaknya masuk kedalam.
"Dinginnya kayak gini, gak mau masuk kah tu Mawar!" Gumamnya sambil menatap kearah pintu.
"Mawar!!! Masuk!!! Dingin tau diluar!!!" Teriak Cakra yang asik nonton variety show.
Tak mendengar jawaban dari sang kakak, Cakra berinisiatif mendatangi Mawar di luar.
Cakra mencari remote tv dan mematikannya.
Aaa!!!
Terdengar suara teriakan dan keributan di depan. Bergegas Cakra keluar menemui Mawar.
Terlihat mawar sudah tersungkur di dekat guci yang ada di terasa rumah.
Cakra dengan sigap membantu kakaknya yang terjatuh, tiba tiba ada seseorang paruh bawa menendang punggung Cakra dengan sangat keras hingga cowok itu tersungkur.
"Cakra!!!" Teriak Mawar melihat adiknya tersungkur di sampingnya.
Pria terus menerus menginjak Cakra dengan brutal. Tak sedikitpun perlawanan dari Cakra, tapi Mawar yang melihat itu tak tinggal diam. Dia berusaha mendorong tubuh pria itu untuk menjauh dari Cakra.
"Papa hentikan, papa ku mohon hentikan!!! Dia Cakra pa, jangan sakiti Dia!!!" Pinta Mawar yang menahan pria itu mendekati Cakra.
Papa Cakra saat itu tengah mabuk berat, tubuhnya basah karena air hujan. Dengan sebuah botol besar anggur di tangannya sambil melotot marah ke Cakra.
Papa menunjuk kearah Cakra sambil mengatakan perkataan kotor yang membuat hati Cakra hancur seketika.
Cakra berdiri perlahan, menatap lekat papa nya sedang di tahan oleh Mawar agar tidak memukuli nya lagi.
"Cakra pergi lah! Biar gue aja yang nenangin pa- Aaaa!!!" Belum sempat Mawar melanjutkan ucapannya, Papa mendorong Mawar dengan sangat kuat hingga terhantup kursi di sampingnya.
"Kakak!" Cakra berusaha menyelamatkan Mawar yang sangat kesakitan.
Prak!!!
Terdengar suara kaca pecah yang membuat Mawar berteriak histeris.
"Cakar!!!" Teriak Mawar histeris melihat kepala adiknya di penuhi darah.
Dengan cepat, Mawar merangkak ke arah Cakra. Memangku kepala Cakra di paha nya. Dia merobek dress yang dia pakai untuk membalut luka dan menahan darah keluar dari kepala Cakra.
"Aku tidak papa! Cepat lari! Masuk ke kamarmu! Kunci pintu dengan rapat!" Perintah Cakra yang menahan sakit.
Air mata Mawar tak bisa terbendung melihat adiknya terluka parah, dia tak mendengarkan perintah Cakra. Dia terus menemani Cakra disana, membalut luka adiknya berharap darahnya tak keluar lagi.
"Aku gak bisa tinggalkan kamu sendirian!" Seru Mawar menolak.
Papa yang masih ada di dekat mereka terlihat sempoyongan. Botol anggur yang pecah dengan berlumuran darah, masih papa pegang erat erat dan bersiap memukul untuk kedua kalinya.
Cakra berulang kali meminta kakaknya pergi menyelamatkan diri. Tapi, Mawar terus menerus menolak.
Terlihat papa, terjatuh pingsan di depan mereka berdua. Sesaat sebelum papa memukul Cakra untuk kedua kalinya.
"Bagaimana ini!" Seru Mawar panik, dia bingung harus bagaimana. Darah dari kepala Cakra tidak mau berhenti mengalir hingga membasahi seluruh dress berwarna putih yang Mawar pakai.
"Bertahanlah," Mawar melihat sekeliling mencari ponselnya yang terjatuh.
Tangannya gemetar karena darah yang dia lihat menutupi tangannya.
Cakra terlihat sudah tak sadarkan diri karena pendarahan yang tak kunjung berhenti di kepalanya.
"Bertahanlah, akan ku telpon dokter untuk mu!" Ucap Mawar panik yang mencari nomor dokter di ponselnya.
Mawar menggoyangkan tubuh adiknya yang lemas karena kekurangan darah, "Kumohon bertahanlah, jangan tinggalkan aku, aku takut!" Ujarnya ketakutan.
Dokter yang di hubungi, Mawar tidak menjawab.
"Nomor yang anda tuju sedang berada di luar jangkauan"
"Jangan telpon rumah sakit!" Ucap Cakra pelan.
Sementara itu Mawar benar benar bingung haru menelpon siapa. Dokter keluarga mereka tidak menjawab panggilannya. Jalan satu satunya cuma menelpon keluarga Gaon. Karena keluarga Gaon adalah keluarga dokter.
Mawar dengan cepat mencari nomor mama papa Gaon, tapi sama seperti tadi, panggilannya tidak terjangkau.
Gadis itu mulai menyerah dengan keadaan. Dia tidak tau apa yang harus di lakukan lagi. Dia hanya bisa menangis menatap adiknya yang penuh darah.
"Cakra maafkan aku, aku belum bisa menjadi kakak yang baik untuk mu! Aku belum bisa menjaga mu bagaimana mestinya," ucap Mawar menyesal.
Drettt... Drettt...
Suara getaran ponsel menghentikan tangis Mawar seketika. Terdapat nama dr. Sam di layar ponselnya. Dengan cepat dia mengangkat panggilan itu. Dan menyuruh dokter Sam datang kerumahnya cepat.
"dokter! Cepat kerumah, Cakra berdarah!" Kata Mawar dengan setengah berteriak.
***
Mentari pagi menyinari pagi ini dengan sangat cerah. Mengingat tadi malam terjadi hujan lebat yang melanda kota.
Aku berjalan menuju kelas dengan Zoya yang asik dengan ponselnya.
"Zoya! Nanti di kelas aja buka beritanya. Nanti kau nabrak tiang lagi!" Suruh ku pelan.
"Sebentar dulu Rin! Lagi seru nih,"
"Ooh iya, pertandingan Cakra tinggal 3 hari lagi kan?" Tanya Zoya antusias.
"Sepertinya," jawabku datar.
Zoya menghentikan langkahnya, cewek itu menatapku kesal atas jawabanku.
"Ada apa?" Aku menatapnya bingung.
"Dia itu pacarmu kenapa kamu gak tertarik banget sama dia!" Ucap Zoya setengah berteriak.
"Apa aku harus mengekspresikannya dengan jungkir balik gitu?" Seruku kesal.
"Ya gak gitu juga! Ya tapi kan kek wow gitu, Rin!"
Kami melanjutkan langkah kami menuju kelas. Terlihat Fiona dan Zee sedang berkeliling menghampiri teman sekelas untuk menagih uang kas.
"Bayar uang kas lo, udah 3 minggu belum bayar!" Ujar Fiona dengan gaya galak seorang bendahara di hadapan Cakra dkk.
"Iya, sabar sayang! Nih ayang beb Gaon bayar untuk satu tahun!" Seru Gaon sambil memberikan uang kepada Fiona.
"Wih, banyak juga duit lo, bayarin gue juga dong," timpal Guntur yang baru saja datang dari ruang OSIS membawa selembar kertas pengumuman.
"Enak aja! Kalau ayang beb ku yang minta pasti ku kasih" protes Gaon.
Guntur meringis menatap temannya itu dan berdiri di depan kelas membacakan isi surat pengumuman yang dia pegang.
"Perhatian semuanya, saya Guntur Adiminata sebagai wakil ketua OSIS ingin membuat pengumuman penting," seru Guntur yang membuat semua orang memperhatikannya.
"Dengan berdirinya saya disini, saya mengumumkan bahwasannya pada hari senin, selasa dan rabu nanti akan di laksanakan nya pertandingan Taekwondo tingkat nasional yang akan di adakan di sekolah kita. Dengan itu, selama tiga hari itu, proses ajar mengajar di tiadakan. Dan di wajibkan untuk seluruh siswa tetap turun kesekolah untuk absen walaupun tidak belajar. Sekian dari saya terima kasih!"
Semua murid bersorak senang mendengar pengumuman yang di beritahu Guntur tadi.
"Wakil OSIS!" panggil Jihan.
"Apa?" Jawab ketus Guntur.
"Kenapa lo yang ngumumin? Kenapa gak diumumin anak penyiaran?" Tanya Jihan bingung.
"Tanya Faras aja sana!" Suruh Guntur yang tak tertarik dengan pertanyaan Jihan.
"Ada apa?" Tanya Faras yang baru masuk ke kelas.
"Kenapa anak penyiaran gak ngumumin pemberitahuan kek biasanya?" Jawab Jihan.
"Ooh, itu, kabel penyambung suara putus di makan tikus. Jadi masih di perbaiki itu sama teknisi" ucap Faras datar tak bersemangat.
Bel masuk telah berbunyi dan bu Yanti sudah mulai mengajar kelas kami.
Tok... Tok... Tok...
Suara ketukan pintu membuat pelajaran terhenti sebentar. Terlihat seorang pria mengenakan baju seragam Taekwondo meminta izin masuk kepada bu Yanti yang tengah mengajar.
"Permisi bu, maaf mengganggu waktunya. Boleh saya masuk?" Tanya Pria itu.
"Ooh, silahkan pak Baek, silahkan masuk. Ada apa ya kalau boleh tau?" Jawab Bu Yanti mengizinkan Pak Baek masuk.
Pak Baek selaku pembina ekskul Taekwondo di sekolah masuk dan menanyai teman tamannya Cakra.
"Permisi bu, saya disini ingin menanyai beberapa siswa anda. Menyangkut keberadaan Cakra yang tak bisa di hubungi." Ucap pak Baek yang seketika membuat Cakra dkk dan aku pun terkejut mendengarnya.
"Maaf pak, emangnya ada apa? Apa Cakra tidak datang ke tempat latihan lagi?" Tanya Gaon bingung.
"Iya, dia tidak datang. Ponselnya juga tidak dapat di hubungi. Terus wali nya juga tak dapat dihubungi. Saya kira kamu tau Gaon kan kalian sahabatan" ujar Pak Baek.
"Tumben Cakra begini. Emang pak saya hubungi juga dia tidak menjawab. Rumahnya tadi juga tutupan," ucap Zayn yang rumahnya berada di dekat Cakra.
"Ooh, yasudah. Nanti saya coba hubungi lagi dia. Soalnya bentar lagi dia ada pertandingan. Takutnya terjadi apa-apa"
"Maaf mengganggu waktunya ya bu," pamit Pak Baek.
Seketika itu para sahabat Cakra terlihat panik dan berusaha menghubungi Cakra terus menerus. Aku pun merasa bingung, kemarin Cakra bilang dia mau nemani kakaknya di rumah dan makan malam bersama, setelah mengantarku pulang kerumah.
"Rin, lo tau dimana Cakra?" Tanya Third yang duduk di depan ku bersama Zee.
"Aku gak tau,"
"Bukannya kemarin dia kerumah lo!" Seru Third.
"Iya emang kerumah tapi dia pulang. Bilangnya mau nemenin kakaknya di rumah."
Wajah kebingungan dan khawatir bercampur jadi satu di wajah Third memikirkan keberadaan temannya itu.
"Yasudah, terima kasih!" Third kembali ke posisi memperhatikan penjelasan bu Yanti yang tengah mengajar.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro