Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

20. Nonstop

Makan malam kali ini terasa berbeda karena Cakra ikut dalam  rangka ingin mendekatkan diri dengan keluarga calon mertuanya.

Terlihat raut wajah Cakra yang memucat dan tangannya cukup gemetar hingga membuat kakak perempuanku ngakak tak ketulungan.

"Ya!!! Ini calon adek ipar gue!" Seru Bunga yang tak henti tertawa.

"Bunga!" Tegur Bunda dan Bubu bersamaan.

"Maaf, tapi wajah lo kenapa pucat? Sakit tipes lo?" Tanya Bunga.

"Bubu, Amer, mending kalian sembuhkan dia. Sepertinya gara gara kalian dia seperti ini!" Pinta Bunga kepada kedua saudaranya.

Cakra cuma diam tak bersuara saat Bunga memberinya ledekan. Tapi ntah kalau bunga adalah Mawar. Pasti dia akan habis di tangan Cakra.

Cakra diam dan nurut apa yang dikatakan Bubu dan Bunda.

Makan malam selesai. Aku disuruh bunda untuk membawanya ke taman belakang mencari udara segar.

"Cakra, ikut dengan ku," pintaku ke cowok itu.

Cakra membututiku hingga kami sampai di sebuah ayunan di taman belakang yang biasa ku mainkan bersama dengan sahabatku.

Cakra dan aku menduduki kedua ayunan itu.

"Rin! Kamu jahat banget jadi orang!" Ucap kesal Cakra kepadaku.

Cowok itu menekuk mulut nya dengan rasa kesal dia berusaha menghindar dari namanya kontak mata.

"Siapa yang jahat!?" Tanyaku bertanya tanya.

"Lo! Lo yang jahat! Bisa bisanya gak bilang kalau pak Anjas itu kakak mu, bahkan Amer-" ucapnya terhenti saat melihat Bubu menghampiri kami dengan sepiring buah buahan.

"Dimana kan!" Bubu menaruh sepiring buah buahan yang dia bawa di meja dekat ayunan.

"Terima kasih Bubu,"

Terlihat Cakra begitu memperhatikan Bubu yang berjalan memasuki rumah.

"Kenapa kamu gak ada bilang kalau kau dan Amar itu kembar! Pantas aja waktu itu Amer begitu perhatian sama kamu. Bahkan gak segan segan memelukmu!" Ucap Cakra sedikit berteriak.

"Ya kan, kamu gak ada tanya! Kalau kamu nanya ya pasti ku kasih tau, kalau gak ada yang nanya ya biarin aja," Jawabku ketus.

"Jadi itu sebabnya gak ada yang tau kalau Amer itu kembaran mu?"

"Siapa bilang gak ada yang tau! Ada Zee, Fiona, Zoya, mereka tau!"

"Ya kan mereka sahabat mu, tapi hebat juga sih. Febby bahkan gak tau kalau kau ini kembaran pacarnya. Setahuku dia itu Dispatch cabang Cendikia"

"Dispatch? Tau dari mana kau Dispatch?" Ucapku bertanya tanya.

"Dari Kakakku, dia sering tu kesal banget sama adiknya ini gara gara biasnya di ciduk Dispatch, apa masuk akal?" Keluh Cakra.

"Kakak mu kpopers ya,"

"Iya, biasnya tu banyak! Suka ganti ganti setiap hari,"

"Tapi, lo gak keberatan sama cewek yang suka kpop?" Tanyaku perlahan.

"Untuk apa keberatan? Apa salahnya menyukai kpop. Kan semua orang memiliki kesukaan nya masing masing. Gak harus apa yang kita suka kan," ujar Cakra yang membuatku terpanah.

"Kamu tau, berkat kpop. Orang yang aku sayang masih bersamaku sampai detik ini. Gak kebayang kalau tidak ada kpop, pasti aku akan kehilangan orang yang sayang itu untuk selama lamanya. Aku selalu akan berterima kasih kepada idol kpop, K-drama, Dracin dan lainnya yang membuat hidup orang menjadi lebih bermakna setelah melewati masa sulit"

Cakra menatapku dengan mata berkaca kaca, terlihat dimatanya Cakra adalah cowok yang berhati lembut. Dia sangat sayang dengan kakaknya walau kadang nyebelin.

***

Pagi ini, aku berangkat dengan Bubu kesekolah. Dengan di gonceng kakak laki-laki ku aku sempat was-was  memikirkan apa tanggapan orang orang terhadapku.

Semua orang terlihat menatapku sinis dan ada juga yang tercengang melihat ku digonceng guru baru yang masih muda.

Bubu membantuku melepas helm yang ku pakai dan merapikan rambutku yang berantakan.

"My little princess, you are so beautiful," puji Bubu di awal hari ku.

Bubu tersenyum lebar menatapku dengan sangat dalam.

"Semoga harimu menyenangkan," ucap Bubu memberi semangat.

"Kamu juga!" Balasku.

Kelas musik di awal pagi membuatku begitu bersemangat.

Terdengar suara teman temanku sudah memasuki kelas musik. Terdengar suara nyanyian dan juga alat musik yang mereka mainkan dengan random.

"Arin!!!" Sapa Zoya, Zee dan Fiona yang menyambut kedatanganku.

Aku duduk di antara mereka berempat. Mengeluarkan sebuah partitur dalam tas ku dan menaruhnya di antara buku lagu.

"Selamat pagi anak-anak!" Pak Ridwan masuk kedalam kelas dengan sangat ceria.

Wajah beliau terlihat sangat segar untuk memulai hari dengan musik.

Karena kejadian yang kurang mengenakan waktu itu, Kak Kino harus dikeluarkan dari daftar guru di kelas kami. Dia tak boleh mengajar kelas kami untuk selama lamanya.

"Baiklah anak-anak, hari ini saya akan meminta kalian untuk menyanyikan sebuah lagu yang sangat kalian sukai untuk memulai hari yang cerah dan indah ini"

"Khusus buat Cakra dkk yang selalu membuat konser dadakan di setiap sudut sekolah. Bapak persilahkan memulainya duluan," ntah itu pujian atau sindiran. Pak Ridwan menyuruh Cakra dkk untuk menyanyi sama seperti yang mereka lakukan saat mengadakan konser dadakan.

Cakra hari itu dalam mode on dengan baterai 100% yang membuatnya sangat aktif hari ini. Dengan gayanya yang sudah seperti artis dia meminta Zayn yang memegang gitar untuk memainkan lagu untuknya

Alunan musik yang sangat candu dibuat oleh Zayn kala itu.

"Bulan bawa bintang menari, iringi langkahku" bait pertama dinyanyikan oleh Cakra dengan syahdu

"(iringi langkahku)" terdengar sahutan seisi kelas yang menikmati suasana lagu yang Cakra dkk main kan.

"Malam hadir bawa diriku, berjumpa denganmu" lanjut Gaon dengan semangat.

"Dua hati satu tujuan, melangkah bersama"

(melangkah bersama)

"Cinta hadir bawa diriku, menyentuh indahnya"

Suasana kelas menjadi sangat syahdu. Tak seperti biasanya, kali ini semua murid dikelas menikmati konser Cakra dkk bahkan Pak Ridwan menikmati musik itu dengan antusias.

Lagu yang menghantarkan kehangatan bagi seluruh warga kelas 3 MIPA 1 kala itu. Kenangan indah terbuat disana untuk bisa dikenang di tahun yang akan datang.

***

"Uwiuwiuwi," Terik Gaon yang masih menikmati kelas hari ini.

"Gimana keren kan kami," tanya Guntur kepada Faras yang dari awal mulai kelas sampai berakhir dia cuma duduk terdiam.

Melihat Faras melangkah pergi Third dan Gaon dengan cepat menghalangi pintu yang akan dilewati Jihan.

"Suara lo kenapa? Tumben serak? Habis teriak teriak di hutan lo?" Tanya Third yang mencegat Faras keluar kelas.

"Gue gak papa," suara serak Faras terlihat begitu memperhatinkan.

Tak seperti suara Faras biasanya. Suaranya bisa saja hilang jika dia bersuara.

Disitu, Third mulai merasa ada yang aneh dengan Faras kala itu, dia memegang dahi Faras dengan wajah yang memucat seiring dengan waktu.

"Lo sakit?" Tanya Third yang mencoba membandingkan suhu tubuhnya dan suhu tubuh Faras.

"Ke UKS gih, dari pada lo pingsan!" Suruh Third.

"Gue gak papa!" Ucap Faras tak bersuara.

"Apanya gak papa! Suara lo hilang, demam, wajah lo pucat juga!"

Disitu Third memanggil Jihan yang masih membereskan alat musiknya untuk mengantar Faras UKS atau kerumah sakit.

"Jihan! Woy! Tolong anter Faras ke UKS, sihan nih teman lo, lagi sakit,"

"Idih teman? Lo aja kali,"

Maupun mengucap kata kata yang tak semestinya Jihan tetap menemani Faras ke UKS dengan selamat.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro