Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

18. Sebuah tantangan!

Olahraga adalah mata pelajaran yang paling disukai setalah istirahat dan pulangan sekolah.

Tak heran semua siswa dan siswi sangat antusias saat jam pelajaran ini.

"Rin, tunggu gue!" Teriak Zoya mengejar aku yang berjalan menuju lapangan basket.

"Uwow" seru siswa yang masuk kedalam gedung lapangan basket.

Mereka merasa kegirangan dan beberapa dari mereka mengambil bola basket yang ada di keranjang.

Cakra dkk yang saat itu berada di tengah lapangan, mereka berlima mulai mengoper bola satu sama lain.

"Oper ke gue!" Pinta Third yang siap di dekat ring basket.

Cakra yang saat itu memegang kuat melambungkan bola itu kearah Third.

Permainan basket mereka terlihat sangat keren, seperti atlit nasional tengah bertanding.

"Jihan! Lo sama Faras dan yang lainnya buat team! Kita bertanding," seperti biasa Zayn pasti meminta Jihan untuk melawan mereka di setiap jam olah raga. Ntah itu saat bermain bola kasti, sepak bola dan lain sebagainya.

Jihan memanggil beberapa anak laki laki yang ada disekitarnya untuk bermain bersamanya, tak terkecuali Faras yang terlihat sangat pasrah di tarik oleh Jihan ketengah lapangan.

"Baiklah apakah kalian siap?" Ujar Zee yang kala itu disuruh Zayn menjadi wasit mereka.

Ting!

Permainan dimulai, kedua team itu bermain dengan sangat baik. Kami para perempuan hanya duduk di podium menonton pertandingan.

"Cakra!"

"Jihan!"

Sorak para gadis yang begitu antusias mendukung team mereka masing masing.

Pritt!!!

Suara peluit yang terdengar sangat nyaring dari arah pintu masuk lapangan membuat permainan terhenti.

"Kalian ini, sudah pemanasan belum! Kenapa langsung main!" Teriak seorang pria paruh baya memasuki lapangan.

"Ini,,anak anak ini, gak bisa dibilangin! Nanti kalau cedera gimana siapa yang repot!" Pria paruh baya itu memukul bokong satu persatu murid laki laki yang tengah bermain.

Semua siswa yang ada di sana terlihat panik. Kami turun menuju lapangan. Kami membuat beberapa barisan memanjang.

"Maaf pak Rangga, tadi kami sudah pemanasan kok!" Seru Cakra berusaha meyakinkan.

"Terus, bapak harus percaya gitu dengan omongan mu Raden!" Sahut pak Rangga dengan tatapan marah.

Pak Rangga, guru penjas sekaligus pembina ekskul basket. Beliau berumur 40 tahun tapi masih terlihat seperti pria berumur 30 tahun. Tidak seperti guru penjas yang memiliki perut buncit dan gemuk. Tubuh pak Rangga benar benar terjaga. Mungkin rahasia awet mudanya itu adalah olah raga.

"Cakra! Zayn! Jihan! Kalian bertiga pimpin pemanasan sekarang juga!" Teriak pak Rangga.

Pemanasan pun dimulai dengan dipimpin oleh Cakra, Zayn dan Jihan. Kami merapikan barisan dan melakukan pemanasan dengan sungguh sungguh.

"1, 2, 3 --" teriak seluruh siswa hingga menggema.

Cakra melakukan pemanasan dengan berjalan mengelilingi teman temannya untuk memastikan semuanya melakukan pemanasan dengan baik.

"Ya, Gaon! Jangan godain Fiona terus, fokus!" Tegur Cakra yang terlihat ketus.

Waktu berjalan cukup cepat. Kali ini pak Rangga mengambil buku absen miliknya dan memanggil satu persatu siswa nya untuk melakukan ujian praktek.

"Hayo! Lagi ngapain nih!" Ujar Cakra yang menjatuhkan tubuhnya tepat disampingku.

Saat itu bukan cuma Cakra tapi  Third, Gaon, dan Zayn juga duduk di samping ku yang tengah berbincang dengan dengan sahabat ku.

"Ada apa manis, kenapa wajah kalian seperti itu. Kan manisnya hilang!" Goda Gaon ke Fiona yang duduk disampingnya.

"Sudah ku ingatkan kau, sekali lagi seperti itu gigimu akan hilang!" Ancam Fiona yang tak pernah di gubris oleh Gaon.

"Sadis banget sih, untung aja ku sayang!" Tambah Gaon membuat teman temannya tertawa melihat tingkahnya.

"Gaon Fedrick Valdemark Lee" panggil pak Rangga.

"Iya pak," sebelum pergi Gaon masih sempat sempatnya menggoda Fiona kesekian kalinya.

"Gaon! Pulangan gue tunggu lo di depan gerbang. Gue begal lo nanti!" Teriak Fiona kesal.

"Oke, gue gak papa di begal sama  begal cantik kayak lo!"

"By, nanti pulangan kita belajar bareng yuk!" Ajak Cakra.

"Hari ini gak bisa, kapan kapan aja!" Ucapku tak perduli.

"Kalian!"  Tatapan mata sahabatku kebingungan melihat interaksi kami yang tak biasa.

"Rin, Cak, kalian gak lagi sakit kan?" Tanya Zee kebingungan.

"Enggak kok, aman aja!"

"Tapi, kalian?"

"Kami? Ooh, gak papa. Aku cuma mau ngajarin Arin. Ya les privat lah ceritanya!"

"Les privat? Ada apa gerangan?"

"Kemarin tu, pak Anjas nantang aku buat ngerubah nilai Arin 100% ya, jiwa gue tertantang lah!"

***

Pengambilan nilai pun usai, Cakra dkk dan juga jihan dan team nya melanjutkan pertandingannya yang sempat terhenti.

Aku dan sahabatku pergi menuju kantin untuk membeli beberapa makanan ringan dan minuman.

"Rin, enakkan yang mana ya?" Fiona memperlihatkan beberapa makanan ringan yang tersusun rapi di rak.

"Hmm, sepertinya ini enak," aku mengambil sebungkus sedang Snack jagung dan kentang dan menaruhnya di keranjang belanjaan ku yang telah penuh.

"Kak Arin, halo!" Terdengar sapaan Gina yang sedang mengambil beberapa makanan ringan di sampingku.

"Hai!" Sapa ku ketus.

Aku berjalan pergi meninggalkan Gina yang masih memilih makanan ringan di hadapannya.

"Aku dengar kau sangat cemburu hingga membanting kamera milik pacar gue?"

Seketika langkahku terhenti mendengar ucapan Gina tadi. Emosiku memuncak mendengar nya tapi masih bisa ku tahan. Aku berbalik kearah nya dengan tatapan sinis.

"Terus?"

"Kak Arin, ternyata lo sama kak Cakra cuma settingan ya. Karena cinta bertepuk sebelah tangan, lo rela melakukan hubungan settingan dan membohongi seluruh sekolah!" Cibir Gina yang membuatku sangat geram.

"Settingan? Apa itu? Gue sama Arin? Ooh jangan salah, kami gak settingan. Kalau tentang kamera Ahmed gue akan ganti kalau dia menuntut," ucap Cakra yang tiba tiba muncul.

Cakra merangkul ku dan memberi tatapan tajam kearah Gina yang nyalinya menciut saat berhadapan dengan Cakra.

"Gue akan tandai lo, adek kelas yang melewati batas. Gue pastikan hidup lo di sekolah ini gak akan nyaman setelah lo, buat cewek gue kesal!" Ancam Cakra.

Cakra masih menatap Gina dengan tatapan tajam yang begitu menakutkan. Kami berdua berjalan berdampingan. Cakra membawa keranjang belanjaanku dan menaruhnya di kasir. Sambil menunggu dia melihat kearah cermin besar yang ada di samping kasir.

"Wow, ganteng banget gue!" Ucap Cakra memuji diri sendiri sambil memainkan rambutnya.

Aku cuma bisa tertawa kecil melihat tingkah Cakra. Cakra menarik ku yang berada cukup jauh darinya untuk menatap cermin bersamaan.

"Betapa serasinya kita! Coba lihat, ada seorang pangeran dan tuan putri di kaca itu!" Puji Cakra yang semakin narsis.

"Aku tampan dan kamu cantik. Dan anak kita akan sangat cantik dan tampan karena perpaduan orang tua mereka yang sangat menawan!" Ujar Cakra yang membuat mbak kasir tersedak.

"Ada apa mbak?" Tanya Cakra menghampiri mbak mbak kasir.

"Gak papa, ini belanjaannya, totalnya 130 ribu," mbak mbak kasir itu memberikan sekantong belanjaan ku.

Cakra mengeluarkan uang pecahan 100 ribu sebanyak dua lembar dan memberikannya ke mbak kasir.

"Enak ya jadi mbak, dikasih uang terus sama orang orang. Banyak lagi!" Ujar Cakra yang sedang menunggu kembalian.

"Terima kasih mbak!" Ucap Cakra setelah mendapatkan uang kembaliannya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro