Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

15. Cinta Sepihak Memang Menyakitkan!

"Mau berangkat dengan gue?" Tanya Amer yang sudah siap untuk berangkat kesekolah.

"Gak usah, aku bisa kesekolah sendiri!"

Aku berlari ke depan pagar rumah yang dibaliknya terdapat Fiona yang senantiasa menjemput ku.

"Bunda, Bubu, Arin berangkat dulu," pamit ku yang sudah digonceng Fiona.

***

Sesampainya di sekolah, aku bertemu dengan kedua sahabatku lagi yang tengah menunggu kami di parkiran.

"Ya, ada berita terbaru nih," ucap Zoya.

Perhatian semua terarah oleh sesosok Zoya yang kala itu tengah asik menatap ponselnya di pinggir motor milik Dirham.

"Ya, jangan sentuh motor gue!" Teriak Dirham dari lantai atas gedung sekolah.

Ntah dari mana asal nya Dirham melihat Zoya menyentuh motor yang terlihat sangat baru itu.

"Minggir," Dirham mendorong Zoya hingga hampir terjatuh.

Hanya karena takut motor barunya kotor, Dirham sampai mengelapnya dengan sapu tangan yang dia ambil dari saku nya.

"What?"

Zoya mencabikan bibirnya, sambil melotot kearah Dirham yang tengah mengelap motor ninja berwarna hitam itu.

"Gue bahkan gak nyentuh motor lo Ham?!" Zoya terlihat geram dengan tingkah Dirham yang begitu memperhatikan motor barunya.

Dirham melotot kearah Zoya yang ada di hadapannya. Tak sempat dia berkata kata, Dirham mendapat sundulan di kepalanya oleh Fiona yang kala itu berdiri di belakang cowok posesif itu.

"Jangan begitu posesif sama motor baru lo, nanti besok pasti sudah membiarkan tu motor terkena becek!" Cibir Fiona sambil menggandeng tangan Zoya.

Fiona, Zee dan Zoya melangkah menjauh dari Dirham yang sudah cukup marah untuk bisa mengamuk kepada cewek-cewek itu.

Melihat ketiga sahabatku pergi dari hadapan Dirham, aku pun juga ikut melangkah ikut mereka pergi.

Tapi dengan tangan Dirham yang cukup panjang. Cowok itu menarik tas ku yang membuat tubuh kecil ini tertarik mundur.

"Lo mau kemana?" Tanya Dirham.

"Mau kekelas lah!" Tegas ku.

"Gak ingat apa? Kalau hari ini ada rapat?" Dirham memutar bola matanya.

Aku menatap Dirham bingung, apa rapat? Kapan? Dimana?

"Tuh kan gak ingat! Kan sudah di bilangin di grub chat tadi malam?" Dirham mendorong kepalaku dengan telunjuknya geram sebanyak tiga kali.

Disitu, setelah Dirham mendorong kepalaku aku baru teringat tentang rapat yang di bilang Ahmed tadi malam di grub chat.

"Ayo sudah kita pergi, dari pada telat buat malu aja!" Kata Dirham sambil menarik lengan kecilku menuju ruang ekskul fotograpi.

***

"Siapa dia?" Batinku saat melihat cewek asing berada di dalam ruang ekskul.

Aku memperhatikan gadis yang berdiri di depan meja Ahmed dengan sangat teliti. Hanya terlihat punggung kecil dan juga rambut pendek sebahu yang tersisir rapi sedang menghadap ke Ahmed yang berada di depannya.

Terlihat senyum Ahmed saat sedang sedang bercengkrama dengan gadis di hadapannya. Pandangannya terlihat sangat tulus dan panuh cinta. Hatiku seketika terasa seperti di tusuk beribu duri yang sangat tajam.

Untuk pertama kalinya aku merasa cemburu saat melihat Ahmed bersama gadis lain di depan mataku.

Bola mataku terus menerus menatap tubuh bagian belakang gadis itu penasaran. Ntah apa yang aku pikirkan, dalam benakku hanya terlintas kata, "aku harus bisa melihat siapa gadis itu dengan jelas."

"Rin, gua tukaran ya sama lo! Lo di perpustakaan dan gue di lapangan tenis, plis" pinta Kaila teman seangkatanku.

Aku cuma mengangguk, menerima permintaan Kaila tanpa ngalihkan pandanganku dari gadis di hadapanku. Pandanganku masih tertuju kepada gadis yang sedari tadi membuatku penasaran.

Setelah cukup lama bercengkrama dengan Ahmed, gadis itu berbalik menghadap kearahku, dia menatapku, matanya terlihat sangat sipit di karenakan senyumnya yang terlihat jelas saat itu. Betapa terkejutnya aku, melihat wajah mungil milik gadis yang sedang berdiri disamping Ahmed sambil menggandeng tangannya.

"Kak Arin, hallo" sapa gadis itu ramah.

Gadis itu terus tersenyum kearahku, terlihat senyumnya sedikit sinis kepadaku. Aku hanya bisa membalas senyumnya tanpa menyapanya kembali dengan kata-kata. Pandangan ku saat itu tertuju oleh gandengan  gadis itu ke Ahmed, yang membuat duri di hatiku begitu terasa semakin menusukku dengan tajam.

Terlihat tatapan Ahmed yang sadar dengan tatapanku yang tertuju olehnya. Ahmed melepas genggamannya, menggantinya dengan rangkulan di pundak gadis itu mesra.

Mataku mulai berkaca-kaca, bahkan tenggorokanku terasa seperti tersekat melihat kemesraan mereka berdua dihadapanku.

"Ooh iya by," kata gadis itu sambil menatap kedua mata Ahmed dalam.

By? Bangaimana bisa gadis itu memanggil Ahmed dengan sebutan By?

"Kak Arin itu, keluarga ku! Dia kakak sepupuku," Kata gadis itu manja sambil menjinjitkan kakinya yang pendek supaya bisa menatap lebih dekat Ahmed yang tinggi.

Aku sangat marah, murka dan sakit melihat kecentilan gadis itu. Ya, benar gadis itu adalah sepupuku. Dia anak dari sepupu ibuku. Namanya Gina, Ginaya Anastari. Cewek yang berumur 2 tahun lebih muda dariku. Saat ini dia duduk di bangku kelas 1 SMA di kelas IPS 3.

"Benar, aku sepupunya," kataku sambil menahan amarah dan melebarkan senyuman.

"Ooh iya, kak Arin, Ahmed ini pacarku, jadi jangan diambil ya!" ucap gadis itu sambil tersenyum sinis meninggalkan ruangan bersama Ahmed.

Aku menatap Gina sinis.

"Hey, Ahmed! Lo bilang mau adakan rapat!" Teriak Dirham yang baru saja masuk kedalam ruangan.

Karena tak dapat menahan amarah, rasa kesal, dan sedih aku meluapkan nya dengan membanting kamera milik Ahmed yang dia pinjamkan kepadaku beberapa waktu lalu dilantai. Kamera itu hancur berkeping keping di lantai, sama seperti hatiku pagi ini.

Aku begitu hancur. Tetes air mata seketika jatuh dengan sendirinya.

Mendengar suara teriakan dan bantingan kamera, seisi ruangan yang tengah sibuk mempersiapkan rapat. Pandangan semua orang tertuju kepadaku, tak terkecuali Dirham yang saat itu berdiri cukup dekat denganku.

"Arin ada apa?" Dirham menghampiriku, dia berusaha menyentuh pundakku yang  tertunduk

"Ini gara-gara lo, HAM!!!" Teriakku kesal sambil menunjuk kearah Dirham yang bingung dengan sikapku.

Di tengah amarah yang memuncak, aku berlari keluar ruangan ekskul untuk menenangkan diri dan agar tidak membuat keributan di dalam ruangan itu.

Aku berlari tak tentu arah, melewati banyak siswa siswi yang tengah melakukan aktivitas mereka pagi ini.

Menurutku, pagi ini adalah hal yang paling sial diantara pagi lainnya setelah berlari dengan Cakra waktu itu karena terlambat masuk sekolah. Tapi, ini lebih parah menurutku.

Cinta sepihak yang ku jalani setiap harinya selama 2 tahun ini, berasa sangat menyakitkan hati. Aku tidak masalah jika harus mencintai Ahmed sepihak dan Ahmed berkencan dengan gadis manapun yang dia suka. Tapi ini, kenapa harus Gina? Kenapa harus sepupuku Gina? Masih begitu banyak cewek lain di luaran sana yang bisa menjadi pacarnya. Tapi ini Gina? Hatiku benar benar sangat hancur. Sungguh hancur.

Cinta sepihakku kali ini lebih menyakitkan dari pada mendengar kabar dating bias kesayanganku. Karena, saat bias dating aku merasa bahagia bercampur sedih. Tapi ini aku hanya mendapat sedihnya saja. Maka sangat menyusuk lagi di hati ku yang mudah meleyot. Apa lagi saat melihat abs atau jidal bias yang uwow! Sangat, hmm menggoda.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro