Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

💝 05 💝

"KENAPA dengan Lipstik?" Millo menatap istrinya yang memejam. Tubuhnya merapat, seperti hendak menghindar dari gerakannya barusan.

"Eh!" Rose sontak membuka matanya, ia beralih menatap wajah Millo yang cukup dekat. "Anu."

Millo mengangkat alisnya, heran.

"Lipstik aku nggak Transferproof."

"So what, Bab? I dont care about this," Respons Millo santai.

Rose menghela napas berat. Ia kembali menatap Millo, kemudian memajukan wajahnya, mendekat dan kemudian mengecup pipi Millo singkat.

"K, kok!"

Millo hendak protes, tapi jari telunjuk Rose menghalangi gerakan mulutnya. Perlahan Rose mendorong suaminya kembali ke kursi pengemudi.

"Nanti aja di rumah. Sekarang, anter aku pulang dulu, okey?"

Meski Millo terlihat kecewa, dengan berat hati ia mengiyakan perkataan istrinya. Padahal, Millo sangat mengharapkan hal itu terjadi. Make up yang Rose rias hari ini benar-benar menggoda hawa nafsunya.

***

Rose mengetuk pintu rumah, ia berbalik, menyuruh Millo pergi dengan gerakan dagunya. Di dekat kakinya, terdapat kantong belanjaannya.

Namun, suaminya itu malah tersenyum lebar, mengkodekan sesuatu.

"Apa?" Ucap Rose tanpa suara.

Tiba-tiba terdengar suara gesekan pintu terbuka, saat itulah Millo buru-buru sembunyi dibalik tanaman besar.

"Rose?" Panggil Mama Eli. Menantunya itu segera berbalik badan, tersenyum lebar ke arahnya.

"Iya, Ma?"

"Kamu merhatiin apa?"

"Eh? Nggak kok, Ma, aku ... cuma iseng liat tanaman Mama aja tadi, sembari nunggu, hehe." Rose berusaha terkekeh senatural mungkin.

"Oh, ya udah, yuk masuk. Barang-barang yang Mama pesen ada semua?"

Rose mengangguk, mengambil tiga kantong plastik itu. "Ada kok, Ma."

"Oh baguslah, tolong bawa masuk ya."

"Iya, Ma."

Pintu tertutup, Millo segera keluar dari semak-semak tanaman. Bernapas lega, seperti lepas dari sesuatu. Sebelum ada yang melihatnya, ia buru-buru keluar rumah, menutup pagar, kemudian pergi menjauh dari rumahnya.

Arahnya berlawanan dengan arah kantor, ia mengemudikan mobilnya dengan kecepatan cukup tinggi.

"I'm coming," ucapnya.

***

Matahari sudah tenggelam beberapa saat lalu. Lampu-lampu rumah  perlahan mulai dinyalakan.

Rose duduk di ayunan depan kolam rumah keluarga Harrison. Ia membuka Instagram-nya, penuh dengan ucapan 'Selamat berumah tangga' dan semacamnya. Ia tersenyum penuh kepuasan.

Rose tiba-tiba menjadi penasaran, siapa saja yang mengucapkan selamat kepada suaminya. Ia kemudian meng-log out Instagram-nya, kemudian login ke akun Millo.

Ada beberapa notif, Rose segera menekannya. Ada beberapa pemberitahuan tag di akun Millo. Rose mengabaikannya, ia beralih ke notif pesan. Ada dua notif, satu stiker love darinya, dan satu lagi stiker love hitam dari akun yang bahkan Rose pun tak tahu siapa itu.

Berprofil gelap, tidak mempunyai postingan, Reel atau apapun. Bahkan followers dan Following-nya sama-sama nol.

"Loh!" Rose terperanjat. Ia men-scroll layar gawainya cepat, histori chat-nya begitu panjang. Kemudian ia tak sengaja membaca chatannya.

"Kapan kamu mau kenalin aku ke dia?" Rose berpikir, siapa yang orang ini maksud? Apakah Rose? Atau ada orang lain.

Rose melanjutkan bacaannya.

"Millo, kamu jahat, ninggalin aku buat nikah sama si jalang itu." Rose menatap layar gawainya sinis.

"Berani-beraninya dia bilang aku 'jalang'?! Siapa sih?"

Rose segera mencatat username pengguna itu. Rose kembali login ke akun Instagram-nya dan men-search username tadi, namun hasilnya nihil.

"Apa jangan-jangan, aku kena blok? Wah, pinter juga nih orang!"

Saat ia hendak login kembali ke akun Millo, tiba-tiba suara klakson mobil terdengar di teras rumah. Perhatikan Rose teralihkan, ia mematikan layarnya dan segera beranjak ke sumber suara, menyambut kedatangan suaminya bersama mertuanya.

"Malam, Ma, Sayang." Millo keluar dari mobil, segera menghadap ke dua perempuan yang ia sayangi.

"Selamat datang kesayangan, Mama!" Mama Eli memeluk anak semata wayangnya itu.

Millo beralih memeluk Rose. Awalnya ia ragu untuk membalas pelukan itu, tapi saat tubuh Millo mendekapnya begitu erat, Rose menjadi luluh.

"Say-yang?" Panggil Millo lagi.

"Iy, iya?" Rose menatapnya cepat.

"Kamu...."

"Nggak kok," Rose menggeleng cepat. "Aku nggak papa."

Rose menyingkap rambutnya ke belakang telinga. "Yuk masuk!" Ia menarik tangan Millo ke meja makan.

Di dalam sudah banyak makanan yang tersedia di atas meja.

"Yuk, Mas, makan."

Makan malam hari ini terasa hampa bagi Rose. Pikirannya selalu melekat pada akun yang ia temukan tadi. Meski sudah berulang kali menyingkirkan pikiran negatif, tapi tetap saja itu berefek pada tingkah lakunya.

Bahkan saat semua orang sudah menyelesaikan makanannya, Rose masih melamun sambil mengacak-acak nasi di piring.

Millo mengetuk meja di dekatnya. Membuyarkan lamunan Rose, ia melirik jari itu hingga beralih ke wajah Millo yang menatapnya sejak tadi.

"Kamu malam ini kenapa sih?"

Namun, Rose tak dapat menjawabnya.

"Ada apa, Nak? Kalo ada masalah itu, dibicarakan baik-baik. Kamu juga Millo, jangan-jangan kamu udah bikin kesalahan tapi nggak sadar."

"Nggak kok, Ma, bukan gitu!" Rose membela suaminya dengan cepat. "Ya udah, Mas, kita bicarain nanti di atas ya."

Millo mengangguk, mengelus lembut rambut panjang Rose sebelum akhirnya pergi ke dapur untuk meletakkan piring kotor.

Millo kembali, mendapati Rose kembali melamun. "Ayok!"

Rose melirik suaminya. Menghela napas berat, ia perlahan beranjak dan melangkah naik tangga. Millo segera menyusulnya, mengusap-usap bahu Rose.

Rose masuk duluan, kemudian Millo mengunci pintu kamar. Rose berbalik badan, wajahnya tampak gelisa. Millo mendekat, memegangi kedua tangannya.

"Ada apa sayang?" Tanya Millo membuka obrolan, mencari tau penyebab Rose segelisa ini.

"Aku nggak bisa bantu kalo kamu sembunyiin sesuatu dari aku." Lanjutnya.

"Kamu serius pengen tau, Mas?"

Millo mengangguk.

"Tunggu sebentar." Rose pergi ke koper miliknya, kemudian membukanya dan mengambil lipstik yang ia temukan kemarin.

"Ini!" Rose menunjukkan lipstik itu ke hadapan Millo yang berdiam diri. Menatap serius dirinya.

"Lipstik?"

"Iya, lipstik."

"Kenapa dengan lipstik? Ada yang salah? Kamu nggak suka warnanya? Atau baunya aneh? Bisa aku—"

"Masss!" Desah Rose dengan wajah semakin kesal. "Tolong, tolooong banget dengerin aku dulu. Okey? Can you agree this?"

"Tapi, Rose...."

Rose menghela napas berat kemudian mengangkat tangannya, berbalik badan hendak ke kasur. Namun, Millo dengan cepat menahannya.

"Iya-iya, I agree!" Millo terpaksa harus menuruti keinginan Rose. Ia rasa, menentang keinginan Rose saat ini bukanlah hal yang bagus.

Rose bersedekap dada. "Aku curiga kamu selingkuh."

Millo mengangkat bahunya tinggi. Raut wajahnya mengkerut cepat. Mulutnya terbuka lebar.

"Iya, kamu nggak salah denger. Aku curiga kamu selingkuh." Ulang Rose sekali lagi, dengan sedikit penekanan di akhir kalimatnya.

"Give me a reason!"

"Kamu tau aku dapat lipstik ini dimana? Yaps, bener, di saku jaz kamu! How do you explain about this, Mas?"

"Kamu nemuin lipstik itu di jaz aku? Kamu ngeprank aku, 'kan?"

Giliran Rose yang mengkerutkan dahinya. "What?! Ngeprank? Aku serius loh, Mas!"

Sementara Millo tersenyum tipis. Ia mulai mendekat beberapa langkah.

"Stop your footsteps!" Perintah Rose cepat, Millo segera menghentikan langkah kakinya.

"You're serious? Not pranking me?"

"Yes, Mas, yes! I have no reason to joke about this!"

"Kamu lupa? Benar-benar lupa? Astaga, Rose."

"Maksud kamu apa, Mas?!"

"Gini-gini, kapan kamu nemuin lipstik itu?"

"Kemarin, kenapa emang?"

"Tuh kan, kamu beneran deh ngeprank aku."

"Nggak!" Tolak Rose cepat. "Aku bener-bener serius ya, Mas! Berhenti ngatain aku ngeprank kamu."

"Kamu nggak ingat permintaan kamu malam itu?"

"Malam itu?"

"Ya, malam sebelum kita menggelar pesta pernikahan...."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro