Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

1. KEPULANGAN KASIH


"Cinta itu memberi bukan saling menyakiti."

Adinda Sekar Prastantri

***

Langit Kota Pacitan cukup cerah hari ini. Suasana riuh pedagang asongan menawarkan dagangan, serta suara kenek bus dan angkot yang berteriak-teriak mencari penumpang, tumpah ruah di dalam terminal kelas A Kota Pacitan. Pemandangan yang lazim terlihat setiap harinya.

Di salah satu sudut terminal terlihat seorang gadis dengan motor Mio berwarna merah sedang gelisah menunggu kedatangan seseorang. Gadis itu mengenakan kemeja lengan panjang berwarna biru muda dan celana jeans  hitam, serta sepatu kets putih. Nampak casual dengan jilbab warna biru yang membungkus kepalanya. Gadis itu masih mengenakan helm dan tengah duduk di jok motor kesayangannya. Hatinya gelisah, pasalnya sudah satu jam lebih dia berada di sana.

Dia melirik kembali alroji yang melingkari pergelangan tangannya, kemudian mendesah. Tangannya mengambil ponsel yang tersimpan di saku celana lalu mengetikkan sesuatu. Tak lama kemudian senyum mengembang dari sudut bibirnya. Matanya beralih pada beberapa bus yang berhenti di parkiran. Dia langsung berdiri seraya melambaikan tangan ketika melihat seseorang turun dari dalam bus.

Dengan berjalan cepat, dia menghampiri orang tersebut. Seorang gadis yang usianya terpaut dua tahun lebih tua darinya. Gadis itu tersenyum padanya setelah berhasil mengeluarkan koper dari bagasi dibantu oleh salah satu kenek bus.

"Mbak Kasih," panggil gadis berjilbab biru yang kemudian berhambur memeluk gadis bernama Kasih tersebut.

"Sekar." Dia balas memeluk gadis itu.

"Sudah lama nunggu, Dek?" tanya Kasih pada Sekar.

"Sudah hampir dua jam, Mbak," Sekar menjawab sambil mengamit lengan Kasih.

Kasih adalah kakak Sekar. Dia bekerja di Jakarta sebagai seorang model. Dilihat dari penampilannya, Kasih dan Sekar memang jauh berbeda. Sekar yang setiap hari membungkus rapat kepalanya dengan jilbab berbanding terbalik dengan Kasih yang malah mewarnai rambut panjangnya. Kehidupan modeling sedikit banyak memengaruhi gaya hidup Kasih.

Nampaknya kehadiran Kasih mampu membuat orang-orang di sekitar melihat ke arahnya. Maklum saja, Kasih ini tinggi dan kulitnya putih. Apalagi dengan pakaian yang dikenakan sekarang, pasti membuat mata lelaki enggan untuk tidak menatapnya. Padahal dia hanya memakai skinny jeans panjang, tank top dengan tali spaghetti berwarna putih yang dilapisi cardigan warna merah. Kontras sekali dengan kulit Kasih yang putih.

"Yuk..., Mbak!" Sekar berseru, mengajak Kasih berjalan meninggalkan terminal menuju motornya yang terparkir di samping trotoar.

"Maaf ya, harus nunggu lama," ucap Kasih sambil memasang helm.

"Gapapa kok Mbak..., Sekar udah kangen banget."

Kasih tersenyum sambil meletakkan kopernya di atas pijakan kaki Mio milik Sekar.

"Ayah dan Ibu gimana kabarnya? Sehat-sehat saja 'kan?" Kasih bertanya setelah berhasil duduk di belakang Sekar.

"Alhamdulillah..., mereka semua sehat."

Tak ada percakapan lagi karena Sekar telah menghidupkan mesin dan melajukan motornya meninggalkan terminal Pacitan yang sudah semakin ramai di tengah hari.

***

"Assalamualaikum...," ucap Kasih dan Sekar bersama-sama.

"Wa'alaikumsalam...,"  jawab seorang perempuan dari dalam.

"Ya Allah, Nduk!" Seorang perempuan setengah baya berhambur memeluk Kasih.

"Ibu gimana kabarnya?" tanya Kasih setelah melerai pelukan mereka.

"Ibu baik-baik saja, kamu sendiri gimana? Jadi kurusan ya," ucap Maryam—ibunya.

"Mbak Kasih 'kan model Bu jadi ya kudu langsing." Sekar menimpali sambil menyeret koper milik Kasih masuk.

"Ibu kangen, Nduk." Maryam memeluk kembali Kasih.

"Kasih juga kangen, Bu."

Sekar hanya tersenyum melihat Ibu dan kakaknya saling melepas rindu. Karena dalam hatinya Sekar juga sangat merindukan Kasih. Kakaknya itu sudah lebih dari setahun tidak pulang ke Pacitan. Setelah lulus kuliah dari Malang, dia langsung bekerja di Surabaya. Setelah itu kehidupannya sering berpindah-pindah karena job kerja seorang model yang tidak tetap. Terakhir kali Kasih tinggal di Jakarta. Walaupun Kasih sering mengirimkan kabar tetapi rasanya rindu itu belum terobati kalau belum bertemu.

"Ayah ke mana Bu?" tanya Kasih yang tidak melihat keberadaan Suhadi—ayahnya.

"Ayah masih di kantor Mbak, sore baru pulang biasanya," Sekar menjawab pertanyaan Kasih. Maryam mengangguk sambil tersenyum.

"Ya sudah, kamu istirahat dulu." Maryam melepas Kasih untuk istirahat.

Sekar mengamit lengan Kasih menuju kamar.

"Sekar kangen banget sama Mbak." Sekarang gantian Sekar yang memeluk Kasih dengan sejuta rindu dalam hatinya.

"Mbak juga kangen Dek! Gak terasa kamu udah besar ya..., mau nikah lagi." Goda Kasih setelah melepas pelukan Sekar. Sedangkan Sekar hanya bisa tersenyum malu.

"Ya sudah Mbak istirahat dulu, pasti capek 'kan!" Sekar tersenyum kemudian keluar meninggalkan Kasih.

***

Siang berganti malam. Burung-burung pun telah kembali ke sarang mereka. Bintang-bintang mulai bertaburan menghiasi langit Kota Pacitan. Kasih sedang duduk bersama Sekar di teras rumah, menikmati indahnya sinar bulan. Setelah mereka makan malam bersama lengkap dengan Suhadi. Sekaligus melepas rindu pada laki-laki yang telah mengayomi keluarga mereka. Laki-laki tangguh dan perkasa yang tidak ada duanya sebelum masing-masing dari mereka bersuami. Maka otomatis tanggung jawab beralih pada suami mereka.

"Aku kangen banget suasana seperti ini." Wajah Kasih menengadah ke atas, matanya memandangi indahnya ciptaan Yang Maha Kuasa.

"Makanya Mbak sering pulang." Sekar membalas sambil mencebik.

"Mbak sih pengen, tapi gimana lagi..., ternyata dunia modeling itu keras dan penuh persaingan ketat, kalau kita gak bisa memanfaatkan kesempatan yang ada, kita bakalan dibuang gitu aja."

Sekar mendesah mendengar penjelasan Kasih. Memang kakaknya itu punya ambisi yang sangat besar di dunia modeling. Bahkan dari SMP, Kasih sudah sering mengikuti lomba fashion show dan tak jarang diselenggarakan di luar kota. Setelah itu dia mendaftarkan diri untuk kursus model ketika SMA. Dan saat kuliah dia memilih jurusan modeling  di salah satu universitas kota Malang

"Ngomong-ngomong, Mbak cuti berapa lama?" tanya Sekar.

Kasih tersenyum sebelum menjawab pertanyaan Sekar. "Tenang aja, kali ini Mbak pulang agak lama dan balik ke Jakarta setelah kamu selesai nikah."

Senyum Sekar mengembang mendengar perkataan Kasih. Pasalnya Kasih tidak akan pulang ke Pacitan lebih dari seminggu. Dan menurut penjelasan Kasih barusan, kalau dia akan tinggal sampai pernikahannya selesai, berarti itu sampai dua bulan lagi. Sekar langsung memeluk Kasih.

"Kamu itu masih manja aja padahal udah mau nikah." Kasih menggoda Sekar lagi.

Sekar melepaskan pelukannya sambil tertunduk malu.

"Mbak jadi penasaran sama calon suami kamu." Kasih tersenyum.

"Namanya Dimas Aditya."

"Mbak tahu," sahut Kasih.

Sebenarnya Sekar tidak begitu dekat dengan Kasih, apalagi setelah Kasih memutuskan tinggal di luar kota, membuat jarak di antara mereka semakin jelas. Sekar jarang bercerita tentang kisah asmaranya pada Kasih begitu juga sebaliknya. Jika Kasih menelepon mereka hanya berbasa-basi seadanya.

Jadi tidak heran jika Kasih masih penasaran dengan calon suami Sekar. Bahkan Kasih baru tahu nama suami Sekar tadi, saat makan malam bersama keluarga. Memang dari dulu Kasih terkesan cuek dengan sekitar. Berbeda dengan Sekar yang peduli pada siapa pun.

"Besok Sekar kenalin ya...," ucap Sekar dengan senyuman yang tak hilang dari bibirnya.

"Memangnya besok dia mau ke sini?" tanya Kasih sedikit menyelidik.

"Besok 'kan malam minggu."

Kasih mencebik kemudian mendesah. Dia lalu berdiri.

"Ya sudah, Mbak istirahat saja sekarang, pasti capek perjalanan dari Jakarta, lagipula sudah malam," ucap Sekar yang sudah ikut berdiri.

"Baiklah."

Kalian tidak akan pernah tahu apa yang akan menyambutmu esok hari ketika bangun tidur.

****

Part ini untuk uni TiaraWales yang sudah mau aku recokin tiap hari, cup cup Muach 😍 😍

Typo bertebaran, edit setelah cerita tamat 😝😝

Happy reading

Vea Aprilia
Tw,  21 Januari 2017

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro