Querencia de Espoir
Prompt:
You got younger every time you had birthday
✚
JANGAN PERCAYA rumor itu. Kukatakan sekali lagi padamu untuk jangan mendengarkan rumor aneh itu. Gereja ini maupun komplek pemakamannya tak ada monster. Nonaku bukanlah monster.
Rumor itu beredar sekitar 30 tahun yang lalu. Seorang penyihir mendiami komplek pemakaman. Wajahnya peot, jelek, bungkuk dan menyeramkan seperti apa yang digambarkan pada dongeng. Mereka memanggilnya monster, penyihir, kutukan, bahkan bencana.
Aku sudah berusaha untuk membersihkan nama baik Nona, namun mereka lebih percaya rumor yang disebarkan oleh pihak Gereja.
Bagaimana bisa mereka begitu kejam kepada wanita lajang berusia 40 tahun. Benar, nonaku—Paula Tidae Bonaventura—perempuan terpilih untuk menanggung kutukan. Beliau akan menjalani kehidupannya terbalik. Datang sebagai orang tua dan pergi sebagai bayi.
Nona adalah seorang saintess. Dahulu kala, seribu tahun yang lalu hiduplah seorang penyihir. Kecantikannya abadi tak lekang oleh waktu. Begitu banyak para wanita yang mendambakan keistimewaannya. Mereka berlomba-lomba menjadi temannya, dengan harapan sang penyihir mampu membuat awet muda.
Begitu banyak wanita yang mendekatinya dengan berbagai latar belakang. Namun sang penyihir justru memilih berteman dengan seorang gadis miskin dari rumah bordir. Pertemanannya nampak indah bak kawan sejati tanpa ada udang di balik batu.
Sayang seribu sayang, Sang penyihir ditikam oleh belati emas oleh manusia itu. Jantungnya di petik dari tubuhnya, darahnya dikuras habis menyisakan kulit kering beserta tulang-belulang. Gadis itu sama saja seperti yang lain. Hidupnya berakhir sudah, wajahnya pun seketika berubah menjadi tua. Sementara itu, si gadis menjadi awet muda berkat memakan jantungnya.
Sang penyihir begitu murka dengan gadis itu. Dengan sisa kekuatannya, penyihir mengutuk seisi kekaisaran. Dikumandangkan sebuah kutukan di seluruh langit-langit Kekaisaran.
"Dengarkanlah kalian wahai makhluk rendahan. Terkutuklah seluruh perempuan, di hari ketiadaan tuan putri yang cantik jelita. Tunggulah, aku akan mencuri permatamu."
Peristiwa itu menghantui selama 10 tahun lamanya. Banyak perawan bertebaran, angka kelahiran menyusut begitu juga angka pelecehan yang menurun. Kekaisaran tengah dilanda oleh krisis kepunahan, semuanya akibat kutukan sang penyihir yang menyebabkan pertumbuhan kaum wanita terbalik. Peristiwa itu kini disebut sebagai "No Longer a Beautiful Princess."
Akan tetapi seorang Saintess belia datang, ialah yang kemudian menanggung semua kutukan itu. Tak ada lagi perempuan yang terlahir dengan paras tua, semuanya kembali normal, terkecuali Saintess itu sendiri, beliau tiada tepat di hari ulangtahunnya ke-50 tahun. Di tahun selanjutnya hingga sekarang, hal tersebut berlaku bagi seorang Saintess.
Maka semenjak saat itu pihak gereja akan mencari seorang wadah untuk menanggung kutukan itu. Mereka yang akan hidup sendiri di dunia dan menjadi kambing hitam.
Sebuah sejarah asli yang terkubur oleh khufarat.
***
Kami berjalan-jalan, mengelilingi komplek pemakaman—mengunjungi mereka yang tiada—bertamu. Ada suara jangkrik menemani langkah kami dan sembul kabut yang menyambangi—menghalangi sensitivitas mata.
Bulan bersinar lebih terang dari biasanya, kolam yang tenang menampilkan bayangan sang bulan dengan sempurna. Riak air bergeming sesaat kaki mungilnya mencelupkan diri ke dalam kolam. Hawa dingin yang menusuk ke dalam tulang bersatu dengan suhu air di kolam.
"Dingin,"
Barangkali Nona ditanya hal apa yang lebih dingin daripada hembusan angin di malam hari mungkin beliau akan menjawabnya tanpa ragu.
"Kehidupanku ... "
Dunianya begitu sepi. Hidup di dalam kesunyian bukan keinginannya. Perlahan, mereka yang menghuni hatinya pergi, meninggalkan Nona hidup seorang diri menanggung rasa sepi.
Hari ini usianya menginjak 40 tahun, namun penampilannya bak gadis cilik berusia 8 tahun. Kutukan itu perlahan memakan energi kehidupannya—memendekkan umurnya. Mereka yang terlahir menanggung kutukan tak dapat hidup melebihi usia 50 tahun.
"10 tahun lagi aku akan tiada," napasnya menjadi berat. Ucapannya terpenggal, baris selanjutnya masih tertahan di tenggorokan.
Terdapat belenggu kesunyian. Jarak kami yang terpaut 1 meter, namun Nona terasa begitu jauh—mustahil untuk digapai.
Semilir hawa dingin berlalu lalang, mengisi jarak diantara kami. Nyanyian penghuni malam memecah keheningan. Taburan gemerlap asterik mengisi kegelapan semesta, bak membawa secercah asa bagi beberapa jiwa yang membusuk kehilangan harapan.
Ada senandung yang terlantunkan dengan syahdu, menyiratkan kisah singkat nan tragis. Nona duduk di tepi kolam bersama dengan melakonis, memandang rembulan dengan sayu, bersenandung seorang diri ditemani cuitan burung yang saling menyapa.
Aku menelan Salivaku. Mereka sungguh kejam, bagaimana bisa mereka menciptakan propaganda terkutuk itu. Apa untungnya menjadinya seorang sebagai kambing hitam?
"Penyihir! Mereka bukanlah Saintess melainkan reinkarnasi penyihir."
Keluargaku telah menjadi ksatia pelindung Saintess—yang kalian panggil reinkarnasi penyihir—dari generasi ke generasi. Kami mengetahui segala sisi busuk pihak gereja dan seluruh kebeneran yang terkubur dalam. Mereka menyebarkan rumor buruk tentang rainkarnasi penyihir, memainkan panggung sandiwara seolah mereka adalah hero.
"Kehidupan yang menyakitkan ini akan berakhir," lirih Nona, parasnya melukis durja sembari tersenyum ringkih.
Nona adalah bangsawan dari keluarga Duke Bonaventura. Sebelumnya Nona tinggal di dalam menara seorang diri selama 12 tahun, sebelum pihak keluarga membuangnya ke Gereja.
10 tahun yang lalu, Nona muak dengan kehidupan yang dia jalani. Sunyi, sepi, kosong dan hampa mengisi harinya. Keberadaanku seorang diri sebagai ksatria tak mampu sepenuhnya mengisi kesepian yang melanda.
Bagaimanapun Nona ialah manusia yang perlu memiliki banyak teman. Satu orang tak cukup untuk mengatasi kesepiannya. Nona membutuhkan ruang yang besar, bukan ruang sempit seperti ini.
Malam itu, Nona memutuskan untuk keluar dari kamarnya. Berkeliling di komplek pemakanan setiap malam. Masa bodoh dengan aturan itu, Nona butuh udara segar bukan hidup di ruangan yang pengap.
"Semua Saintess ditakdirkan mati saat berusia 50 tahun dan sesaat setelah kematiannya, Saintess yang baru akan terlahir. Ahh ... maksudku reinkarnasi penyihir," Nona terkekeh kaku "jika aku mengakhiri hidupku malam ini, apa yang akan terjadi dalam 10 tahun nanti?"
Mati? Jangan! Jantungku berdegup kencang. Dengan cara apa Nona akan mengakhiri hidupnya?
"Saya mengerti jika nona merasa kesepian, akan tetapi saya berharap Nona tidak mengakhiri hidup sendiri. Nona tahu, bukan, bunuh diri itu sesuatu yang dilarang oleh gereja? Jika Nona bunuh diri, mereka akan membuang jasad Nona ke lembah!"
"Saat aku mati, semua itu tak lagi penting. Aku tak peduli mau mereka apakan jasadku. Aku lelah dengan semua ini, aku ingin mereka menderita!"
Nona berdiri, beranjak dari kolam lalu berjalan ke arahku. Tangannya meraba tubuhku—mencari sesuatu—tidak, aku tidak boleh melukai Nona. Tahan, Apolinasius.
"Jika aku mati sekarang, mungkinkah peristiwa 'No Longer a Beautiful Princess' akan terulang? Kalau benar, aku senang mereka menyebutku reinkarnasi penyihir," Sebilah belati emas diarahkan tepat pada jantungnya. Nona terkekeh gila.
"Nona—"
"Menjauh!" Nona berjalan mundur, memasuki area kolam. Mungkin sudah bagian dari insting, ikan-ikan yang sebelumnya mendekati Nona kini menjauh seusai melihatnya membawa sebilah belati. "mundur 5 langkah, menjauh, cepat!" bentaknya.
Tanganku terkepal hebat, hingga menitiknya cairan segar berwarna merah. Semburat api memenuhi hati. Aku tak marah dengan Nona, melainkan dengan para orang bodoh yang percaya dengan delusi gamblang.
"Saya mohon, buanglah belatinya, Nona,"
Tapi Nona telah tenggelam dalam kegilaan. Wajahnya terlalap oleh keputusasaan.
Terlambat.
Nona mengangkat belati itu, luapan kesedihan berubah menjadi bulir-bulir air mata yang berlinang, mengalir cepat—membanjiri wajahnya—bak air terjun. Ini adalah pertaruhan hidup dan mati. Aku berlari, cepat-cepatan dengan mair.
Nona terkekeh tak karuan—menggila—dalam kekosongan.
"Ti-tidak!"
Belati itu telah menghunus jantungnya dalam sekejap mata. Bahkan aku kalah cepat. Tubuhnya terjatuh, mengambang di kolam, darahnya mengubah air sebersih permata menjadi pekatnya darah. Ikan-ikan kembali datang mengerubungi, berduka atas kepergiannya.
Sensasi terbang bebas, itulah yang Nona rasakan.
Kudekap tubuhnya dengan erat. Terlambat sudah, Nona telah pergi bersamaan terang rembulan yang terlahap awan.
"Kutuklah aku wahai dunia, lempari aku dengan batu, yang telah kabur dari tugas. Sungguh, ini terasa mendebarkan, kematian tak seburuk kata orang. Bencilah aku, Apolinasius."
Nona tertidur untuk selamanya.
"Semoga damai Tuhan menyertai anda."
-fin.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro