Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

6. Kemarahan Marcel

Happy reading!

Author POV

"Q, ceritain sekarang dong. Udah penasaran banget."

Queen hanya memutar bola matanya jengah saat mendengar rengekan dari sahabatnya. Sejak dirinya duduk, Visha sudah memaksanya untuk bercerita tentang dirinya dan Marcel.

"Nanti kalau istirahat, Vi. Bentar lagi gurunya bakal masuk," ucap Queen.

"Ck! Kalau lo cerita dari tadi, pasti udah selesai ceritanya," gerutu Visha.

"Tuh kan gurunya dateng," bisik Queen ketika melihat guru bahasa Inggris masuk ke dalam kelas.

*****

"Q, kok lo bisa berangkat bareng Marcel, sih. Lo ada hubungan apa sama dia? Setahu gue lo nggak kenal sama Marcel sebelumnya," cerocos Visha. 

Queen memilih menyeruput es tehnya. Ia segaja melakukan itu agar Visha semakin penasaran. Karena melihat wajah kepo sahabatnya merupakan kebahagiaan tersendiri.

"Q, ceritain dong. Penasaran banget nih," rengek Visha.

"Setelah baksoku habis aku ceritain," ucap Queen.

"Cepetan habisin," ucap Visha. Queen hanya tersenyum mengejek.

"Awh," ringis Queen saat merasakan rambutnya ditarik seseorang. Ia tak bisa melihat siapa pelaku yang menjambaknya. Tarikannya begitu kuat, rasanya kulit kepala Queen serasa terkelupas.

"Lepasin gue!" Keadaan Visha juga tak jauh beda dengan Queen. Kedua tangan Visha dipegang oleh dua orang. Mereka sama-sama tak bisa berkutik.

"PERIH!" teriak Queen saat merasakan wajahnya diguyur cairan yang terasa panas.

"Bangsat! Lepasin! Lo apain sahabat gue," ucap Visha seraya memberontak dari orang yang memegangi lengannya.

"Tolong! Perih! Hiks .... "

Penghuni kantin hanya melihat kejadian itu tanpa ada niatan untuk menolong. Mereka sadar diri, jika ada yang menggangu Clara bertindak, itu sama saja bunuh diri.

Queen hanya bisa menangis, wajahnya terasa panas dan perih. Sepertinya air yang disiram ke wajahnya adalah kuah bakso miliknya. Ia memang menambahkan cukup banyak sambal ke dalamnya.

"Gue udah peringatin lo buat ngejauh dari Marcel! Lo berani sama gue!" Sepertinya Clara begitu marah, terdengar dari nada suaranya.

Sedetik setelahnya cengkraman di rambut Queen terlepas. Queen hanya pasrah saat dirinya terduduk di lantai. Yang ia lakukan hanyalah menangis.

PLAK!

"Bukannya gue udah bilang, kalau jangan gangguin Queen. Lo budek atau gimana, sih? Gue juga udah peringatin lo waktu itu. Apa lo nggak paham sama bahasa gue?" ucap Marcel. Matanya menyiratkan jika saat ini ia benar-benar sedang dikuasai emosi.

"JANGAN CUMA DIEM. JAWAB!" ucap Marcel. Ia juga menjambak rambut Clara, seperti yang gadis itu lakukan pada Queen.

"Gue nggak suka kalau si Sampah sama lo," ucap Clara. Suaranya tak selantang biasanya.

"Emang lo siapa ngatur-ngatur hidup orang. Gue bukan siapa-siapa lo, jangan kepedean jadi orang," ucap Marcel.

Marcel meraih mangkuk bakso yang ada di meja. Tanpa perasaan ia menyiramkan kuah itu. Seketika Clara berteriak saat merasakan panas di wajahnya.

Reflek dua orang teman Clara langsung melepaskan Visha. Dengan cepat mereka menolongi Clara yang berteriak kesakitan.

Para penghuni kantin hanya bisa meneguk ludahnya susah payah saat melihat kejadian itu. Ia tak menyangka jika Marcel dapat melakukan hal itu pada Clara, anak jaksa ternama di Jakarta.

Kemarahan Marcel bukan pertama kalinya, tapi bagi mereka ini lah yang paling menakutkan. Bahkan Marcel tak memandang Clara yang notabennya seorang perempuan.

"Lo beli susu cair buat Queen, biar gue yang bawa Queen ke UKS," ucap Marcel pada Visha. Tanpa membantah Visha melakukan apa yang Marcel perintahkan.

Dengan cepat Marcel membopong Queen, gadis itu hanya menurut, tak ada kata penolakan seperti kemarin. Yang Queen lakukan hanya menangis. Wajah dan lehernya terasa panas akibat kuah bakso tadi.

Marcel bersyukur karena jarak kantin dan UKS tidak terlalu jauh. Ia merasa iba dengan kondisi Queen. Ibarat kata pepatah, sudah jatuh tertimpa tangga.
Baru kemarin Queen jatuh dari sepeda, kini ia harus menrima luka baru karena ulah Clara.

"Itu kenapa, Kak?" tanya petugas UKS. Bersamaan dengan itu Marcel membaringkan Queen di ranjang UKS.

"Kesiram kuah bakso," balas Marcel.

"Kok bisa, Kak?" tanya petugas yang lain.

Tatapan Marcel menajam, rahangnya mulai mengeras. "Nggak usah kebanyakan bacot. Lo nggak lihat Dia udah kesakitan!"

"M-maaf Kak."

"Gue nggak butuh maaf. Cepet obatin," ucap Marcel.

Dengan cepat kedua cewek kelas sepuluh itu mengambil kapas. Dengan hati-hati mereka membersihkan sisa biji cabai yang menempel di tubuh Queen.

Tak berselang lama Visha datang dengan tergesa-gesa. Di ditangannya terdapat sebuah kresek yang berisi beberapa kotak susu full cream. Wajahnya sendiri memerah, ekspresinya menyiratkan kekhawatiran.

"Ini, Cel," ucap Visha seraya menyerahkan kresek tersebut pada Marcel.

Tanpa mengucap apapun Marcel menerima kresek tersebut. Kemudian ia menghampiri Queen. Gadis itu masih menangis tanpa suara. Air matanya terus saja meleleh dari sudut matanya.

"Kalian bisa kerja nggak sih? Lelet banget. Sini biar gue aja," ucap Marcel sembari merebut paksa kapas yang ada di tangan petugas UKS itu.

Kini Marcel menggantikan posisi petugas UKS itu. Ia membersihkan sisa cabai di tubuh Queen dengan cepat, tapi tidak menyakiti Queen.

Queen hanya bisa berpegangan pada sprei di sisi tubuhnya. Ia yang tak pernah dekat dengan laki-laki merasa gugup saat Marcel menyentuh beberapa bagian tubuhnya, walaupun ada perantara kapas.

"Sorry kalau lo nggak nyaman. Gue nggak tega lihat lo kesakitan kelamaan," ucap Marcel. Cowok itu tahu jika Queen kurang nyaman berada di dekatnya.

Setelah sisa cabai hilang dari wajah Queen, Marcel membantu Queen berjalan menuju teras UKS.

"Bantu gue buka susunya," ucap Marcel sambil menyerahkan kresek pada Visha.

Setelah susu itu terbuka, Marcel mengguyur perlahan wajah Queen. Ia berharap jika ini akan mengurangi panas di wajah Queen. Marcel melakukan itu berulang-ulang hingga susu itu tandas.

Panggilan kami tujukan kepada Marcelio Vernan Mauren agar menuju ke ruang BK sekarang. Terima kasih.

Marcel hanya membuang napas kesal saat ia mendengar suara dari pengeras suara sekolah.

Marcel memilih untuk membantu Queen masuk ke dalam UKS kembali. Sedangkan Visha mengikuti di belakangnya.

"Gue mau ke BK. Lo jagain Queen di sini, gue bakalan izinin kalian ke guru," ucap Marcel. Visha hanya mengangguk mengerti.

Setelah dirasa Visha paham dengan ucapannya, Marcel beranjak dari UKS. Kini ia harus menghadapi para guru yang menyebalkan.

Up lagi. Sorry kalau upnya kemalamam. Karena ini baru aja selesai ngetik, jadi mohon maklum yaaa!

Purwodadi, 20 Juli 2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro