Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

5. Berangkat Bareng

Vote.....

Author POV

Terlihat Queen dan sang bunda tengah melakukan sesuatu di sofa. Risma sibuk mengganti perban di lutut Queen, sedangkan gadis itu sendiri sibuk meringis saat lukanya tak sengaja tersenggol.

"Kesenggol dikit aja kamu udah kesakitan gitu. Gimana kalau kamu naik sepeda sendiri? Pasti lebih sakit karena kesenggol rok kamu," ucap Risma seraya memasangkan plaster ke perban.

"Mending sakit kayak gini daripada berangkat sama Marcel," ucap Queen dengan nada kesal. Jika ia mendengar nama Marcel, ingatannya berhenti pada kejadian dimana cowok itu mengambil first kiss-nya. Walau bisa dikatakan hal itu tak sengaja.

"Bunda perhatiin kamu kayak nggak seneng sama Marcel. Emangnya kenapa sih?" ucap Risma.

"Gara-gara Marcel sepedaku jadi rusak parah. Bunda kan tahu sendiri gimana perjuangan aku buat beli sepeda itu," ucap Queen.

"Udah nggak papa. Yang penting Marcel mau tanggung jawab. Buktinya dia mau antar kamu ke rumah sakit, ditambah dia ganti sepeda kamu," ucap Risma.

"Dia emang bisa ganti sepeda aku, tapi Marcel nggak bakal bisa balikin ciu--"

Tok tok

Seketika Queen membulatkan matanya saat menyadari jika ia hampir saja membocorkan kelakuan brengsek Marcel.

"Queen mau lihat siapa yang dateng," ucap Queen. Dengan cepat ia beranjak dari sofa, mengabaikan rasa sakit di lututnya. Yang terpenting Risma dapat melupakan ucapannya.

"Biar bunda aja," ucap Risma.

"Queen udah terlanjur jalan, Bun," ucap Queen. Ucapan Queen memang benar, ia sudah berjalan sejauh setengah perjalanan. Maklum, rumah Queen tidak begitu luas. Jadi, jarak ruang keluarga ke pintu rumah hanya memerlukan beberapa langkah saja.

Sepertinya memilih membuka pintu adalah keputusan yang salah, pasalnya orang yang mengetuk pintu adalah Marcel.

"Mau ngapain?" tanya Queen.

"Ya jemput lo lah. Kan kemarin gue udah bilang kalau mau antar jemput lo," ucap Marcel.

"Masuk dulu. Aku belum pakai sepatu," ucap Queen seraya sedikit menyingkir dari pintu.

Tanpa berucap apapun Marcel masuk ke dalam rumah Queen. Rumah yang menurut Marcel lebih mirip kos-kosan. Sangat kontras dengan rumahnya yang begitu luas dan megah.

Marcel memilih duduk di sofa untuk menunggu Queen. Ia mengedarkan pandangannya ke sekitar, mengamati rumah Queen. Walaupun rumah Queen sempit dan sederhana, tetapi sangat bersih dan rapi. Terbukti dari barang-barang tua yang tertata rapi di rumah Queen.

"Ternyata Nak Marcel." Ucapan Risma membuat Marcel mengalihkan pandangannya.

"Iya Tan," balas Marcel dengan senyum ramah.

"Kamu sudah sarapan?" tanya Risma.

"Belum Tan," balas Marcel jujur.

"Sarapan di sini dulu, Nak," ucap Risma.

"Nggak usah, Tan. Marcel nggak biasa sarapan," tolak Marcel.

Tak lama kemudian Queen keluar dari arah dapur. Ia terlihat berjalan dengan tertatih, kedua lututnya terbalut perban yang sudah ditetesi obat merah.

"Langsung berangkat?" tanya Marcel.

"Ya."

Marcel hanya bisa menahan kekesalannya dengan mengumpat di dalam hati. Entah mengapa di depan gadis itu ia seperti orang yang tidak berguna. Dia adalah Marcel, cowok yang tidak bisa diremehkan.

"Kami berangkat dulu, Tan," pamit Marcel. Dengan sopan ia mencium punggung tangan milik Risma, ia mengikuti apa yang Queen lakukan. Karena jujur saja ia jarang melakukan hal tersebut pada orang tuanya.

Setelah mengucapkan salam mereka berjalan menuju mobil Marcel yang berada di halaman rumah Queen. Tak ada perbincangan apapun, mungkin saja ada rasa canggung di antara mereka.

Keheningan mereka berlanjut hingga mobil Marcel melaju lebih dari setengah perjalanan. Queen merasa jika perjalan mereka begitu lama. Padahal untuk sampai ke sekolah hanya memerlukan kurang dari sepuluh menit. Dan itu bukan waktu yang lama.

"Nanti turunin aku di warung emper aja," ucap Queen memecah keheningan. Warung emper adalah warung kecil yang berada tak jauh dari Mentari Senior High School, mungkin sekitar 15 meter dari sekolah.

"Nggak," balas Marcel. Cowok itu masih fokus terhadap jalanan di depannya.

"Pokoknya aku mau turun di situ," ucap Queen.

"Nggak. Gue bakal turunin lo di sekolah," ucap Marcel.

"Kalau kamu turunin aku di sekolah, pasti para fans kamu ngerusuhi aku," ucap Queen.

"Kalau ada yang gangguin lo bilang ke gue, ntar biar gue yang urusin," ucap Marcel.

"Hm iya," pasrah Queen. Sebenarnya ia tak setuju dengan Marcel, tapi ia tak mau cowok itu marah dan berakhir meluapkan amarah padanya.

Lagi-lagi hening, tak ada percakapan di antara keduanya. Mereka begitu canggung, mungkin saja karena pertemuan mereka yang bisa dikatakan tidak baik.

Lima menit setelahnya mobil milik Marcel memasuki area sekolah. Seperti biasa, banyak pasang mata yang menatap ke arah mobilnya.

Rasa ragu mulai menyergap Queen, melihat banyaknya fans cowok itu membuat Queen sedikit takut. Bagaimana pun juga ia hanya punya Visha, sedangkan mereka? Memiliki ratusan orang.

Queen meneguk ludahnya susah payah seraya membuka pintu mobil.

"Kenapa si miskin itu berangkat bareng Marcel?"

"Ha? Sampah keluar dari mobil Marcel?"

"Sekarang Queen jadi jalangnya Marcel ya?"

Queen hanya bisa menunduk, tangannya mengepal erat. Berusaha untuk meredam emosi yang kapan saja bisa meledak.

"Diam! Kalau gue denger siapapun gangguin Queen, orang itu bakalan berurusan langsung sama gue!" ucap Marcel lantang. Matanya menyorot tajam ke arah siswi Mentari.

"Lo jalan duluan, gue ada di belakang lo," ucap Marcel.

Tanpa membalas ucapan Marcel Queen berjalan dengan kepala menunduk. Tidak lama lagi ia akan mendapat masalah besar, dan itu semua karena Marcel.

Yeay up lagi. Btw Queen ganti cover ya, lebih bagus dari cover sebelumnya. Suka banget aku tuh. Jadi tambah semangat ngetik ngelihat cover baru.

Purwodadi, 13 Juli 2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro