QLC #27: Krisis Tengah Malam
"Pak Bram!"
Abraham Lazuardi menoleh. Matanya menyipit karena penerangan remang-remang di lokasi proyek. Malam nyaris gulita, tapi seorang pekerja tampak mengangkat ponselnya tinggi-tinggi dari kejauhan.
"Bunyi terus dari tadi! Mungkin penting!"
Bram baru berhasil menyuarakan keheranannya setelah mendekat ke bawah tenda oranye. Di antara dengung mesin bor, gemeretak traktor menindas aspal, dan suara pasir diserok, ponselnya masih berdering nyaring.
Jelita is calling...
Panggilan itu segera diangkat. "Jelita?"
Bram terhenyak mendengar tangisan di seberang. "Ayah...?"
"Kenapa, Ta?" Bram bangkit. "Ada apa? Kamu di mana?"
Tata terdengar berusaha menarik napas dalam-dalam dan mengendalikan tangisannya. "Ayah... Ayah di mana? Tata mau ketemu Ayah..."
"Ta, ini udah larut malam. Besok kita ketemu, ya? Besok Ayah ke rumah—"
"Tata nggak mau pulang ke rumah..."
Bram mengerutkan kening. "Tata di mana sekarang?"
"Tata mau tinggal sama Ayah... sebentar aja... boleh?" Tata tersedak di seberang. "Tata... Tata mau jadi anak Ayah..."
"Jelita." Bram memastikan suaranya terdengar jelas dan tegas. "Jelita memang anak Ayah."
Laki-laki itu mengepalkan jemarinya erat, tidak berani menduga apa yang mungkin baru saja terjadi. Sesuatu yang melibatkan kebenaran dan perasaan putrinya yang terluka.
"Tata di mana, Nak? Ayah jemput. Ayah berangkat sekarang. Ayah sayang Tata, oke? Jangan nangis... Tata anak pintar, kan?"
***
Abim meletakkan kontak motornya di atas meja makan, terdiam mengamati Lala yang tak sengaja tertidur di salah satu kursi. Seolah wanita itu duduk di sana semalaman, menanti adik-adiknya pulang– atau memang itu yang dia lakukan. Di luar, azan subuh terdengar.
Abim duduk di kursi sebelah. Mengamati kakaknya.
Kerut di kening Lala sudah lama tidak pernah hilang. Sejauh Abim mengenal Lala, entah sejak kapan kakaknya itu tidak pernah berhenti berpikir. Besok makan apa, besok bayar uang sekolah pakai apa. Tapi wajah Lala terlihat jauh lebih damai saat tidur. Tidak tegas seperti biasanya. Lala terlihat lemah.
Abim menyentuh puncak kepala kakaknya dan mengusapnya lembut. Kalau bisa Abim hadiahkan seluruh dunia untuk Lala, mungkin sudah dari dulu dia lakukan. Lala harusnya bebas mengejar mimpinya tanpa terikat beban. Lala pantas mendapatkan segala hal yang dia inginkan.
"Maaf, Kak." Abim menunduk untuk mencium puncak kepala Lala. "Maaf Abim belum bisa jadi adik yang baik."
Laki-laki itu mematri langkah menaiki tangga, menuju ke kamarnya. Dia berhenti di ambang pintu kamar Tata yang terbuka. Tidak ada adiknya di sana. Abim memeriksa toilet. Tidak ada tanda-tanda keberadaan Tata.
Laki-laki itu meneguk ludah. Ini pukul empat pagi, dan Tata tidak ada di sini. Abim merogoh ponselnya, menghubungi nomor Tata berulang kali.
Tidak terjawab.
Sesuatu pasti terjadi selama dia pergi.
***
Gatra bangun dengan sakit kepala luar biasa. Laki-laki itu mengerang, berusaha menjangkau segelas air putih di atas nakas. Secarik kertas disematkan di bawahnya.
Mas Gat, obat sakit kepala ada di laci paling atas. Jangan lupa sarapan dulu. Maaf soal semalam.
Gatra tertegun sementara. Berusaha mengingat-ingat sisa tadi malam. Setelah Aya mencampakkan lamarannya dengan alasan paling bajingan yang pernah ada, Gatra pulang ke apartemennya, lalu... apa?
Laki-laki itu menenggak pil obat dan keluar kamar, menyusuri kekacauan yang dia ciptakan. Kakinya berhenti semeter dari pintu depan ketika kesadaran datang menghantam.
Gatra memegangi kepalanya. "Shit. Tata..."
Gadis delapan belas tahun itu pasti ketakutan menyaksikan kegilaan Gatra semalam. Gatra berusaha mencari ponsel entah dia banting ke mana. Ketika menemukannya, sudah ada pesan masuk dari nomor tak dikenal.
Saya utang penjelasan. Rooftop jam 10 pagi?
Nyaris saja jemari Gatra meremukkan layar.
bersambung
a/n:
Halo, halo! Walaupun Aya dkk. lagi kacau-kacaunya, aku datang membawa kabar baik! ^^
Seperti yang mungkin teman-teman sudah tahu dari Instagram-ku @ itschocotwister, Quarter Love Crisis akan segera diterbitkan dalam bentuk novel! Jadi buat kamu yang udah siap memeluk Aya, Gatra, Juna, Abim, Lala, dan Tata versi nyata, bisa ikut pre-order tanggal 7 Agustus 2024 pukul 15.00 WIB nanti ya!
Untuk pembaca Wattpad dan KaryaKarsa gimana, Kak?
Tenang aja! QLC masih akan di-update di Wattpad dan KaryaKarsa sampai bab 30. Setelah itu, akan bersambung ke epilog yang cuma bisa kamu baca di novel.
Info selengkapnya terkait merchandise dan bonus-bonus cerita yang bakal kamu dapetin bareng novel QLC bisa dipantau melalui akun Instagram @ itschocotwiter dan @ penerbit.romancious ya.
Berikut paket-paket yang bisa kamu pilih:
Jadi kamu ngincer yang mana nih?
Sampai ketemu tanggal 7 Agustus ya! ^^
(Anyway, seperti biasa, QLC #28 sudah bisa dibaca di KaryaKarsa @ chocotwister.)
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro