Buku ini ditulis atas dasar rasa takut. Yap. Takut.

Bagiku, memasuki usia 20 tahun itu kayak pindah rumah. Perpaduan dari lingkungan asing, rasa nggak aman, dan segala hal lain yang bikin kamu takut. Hal-hal yang biasanya menuh-menuhin pikiran, bikin begadang tiap malam, tiba-tiba ganti. Hal-hal yang dulu kuanggap sangat sangat krusial, sekarang terkesan remeh.

Tapi, anehnya, ada juga excitement. 20 tahun itu fase baru dari kehidupanku. Aku bisa menjadi seseorang yang baru. Aku juga bisa menulis sesuatu yang baru.

Kenapa "Quarter Love Crisis"?

Karena tumbuh dewasa itu krisis. Krisis dalam segalanya. Entah itu keluarga, cita-cita, atau asmara. Masalahnya, untuk menemukan solusi, nggak ada cara lain selain menjalani krisis itu.

Aku nggak tahu apakah kamu sudah ada di titik ini, atau sebentar lagi, atau masih jauh. Itu sebabnya, ada banyak karakter yang kuharap bisa merepresentasikan masing-masing dari kamu. Siapa pun kamu— anak sulung, tengah, bungsu, atau tunggal. Sudah bekerja, baru merintis karier, nggak tahu mau ngapain, atau sedang mengejar sesuatu yang kayaknya nggak mungkin. Bahkan untuk kamu yang nantinya jadi orangtua di masa depan.

20 tahun itu penuh komitmen. Entah kepada orang-orang di sekitarmu atau dirimu sendiri.

Dan itu semua nggak mudah. Seenggaknya buatku, itu jadi krisis yang super menakutkan.

Tapi, nggak selamanya sesuatu yang menakutkan akan tetap bertahan menakutkan, kan? Pada suatu titik, entah gimana caranya, aku percaya krisis itu akan sanggup kita taklukkan.

Selamat datang.