distansi sosial.
Jam berganti hari, hari berganti minggu.
Sudah kurang lebih tiga minggu aku beraktivitas di dalam rumah. Hanya satu kali keluar rumah, dan menyesal.
Berakhir dengan perasaan resah dan menyesal. Niat awal mencari kebutuhan sehari-hari yang sudah habis lama-lama tergantikan dengan rasa kesal dengan orang orang yang melakukan panic buying.
oke, sudah dulu jengkel nya.
Awal dari online school yang sangat berasa adalah kehadiran teman di sekitar kita. Namun dari distansi sosial yang kita lakukan, aku menemukan banyak hal yang patut disyukuri.
Pertama-tama, bisa bangun pagi dengan sehat. Di tempat yang aman, layak, dan tercukupi. Tidak perlu merasa resah akan hal apapun dan bisa menjalani hari itu dengan baik. Tetap berinteraksi dengan teman teman lewat media sosial untuk mengobati rasa rindu yang berlebih.
Namun, untuk bertahan di rumah juga bukan sesuatu yang mudah. Saat awalnya pikiran positifku mengambil raga dan berkata bahwa aku akan baik baik saja selama dua minggu (awalnya), ternyata tidak semudah itu.
Pengumuman akan penambahan hari untuk beraktivitas di rumah muncul, menimbulkan rasa kecewa di hati beberapa orang karena harus menahan rindu lebih lama lagi. Termasuk aku. Sudah mulai lelah berinteraksi dengan laptop, komputer, dan ponsel genggam setiap hari dan bersekolah online yang ternyata tetap melelahkan.
Saat dulu memiliki banyak keinginan dan selalu berkata bahwa tidak bisa terlaksana karena aktivitas sekolah dan lain lain nya, ternyata bukan itu alasan nya. Tetap saja badan terasa lelah. Rasa jenuh mulai menghinggapi tubuh, melakukan aktivitas yang benar-benar sama setiap hari nya, melihat pemandangan yang sama setiap harinya.
Lalu, dari kejenuhan itu muncul kegiatan yang bisa kulakukan sembari mengisi masa karantina ini. Dan kegiatan kegiatan tersebut memunculkan kebahagiaan tersendiri. Dapat melakukan hobi yang dulu tidak bisa dilakukan, dapat memulai sesuatu yang baru.
Hal yang paling ingin dan sudah kunikmati di masa distansi sosial ini adalah rumah. Entah mengapa, rumah menjadi tempat terjauh dan juga terdekat dahulu. Rumah hanya menjadi tempat singgah tanpa merasakan apa arti rumah sebenarnya.
Dan sekarang baru kurasakan. Harus seneng atau sedih ya..?
Rasanya senang karena di tiap pagi dapat mencium wangi masakan rumah dari dapur yang dulu terasa mati. Senang karena bisa makan bersama keluarga dan berinteraksi. Membandingkan dengan saat hari kerja, sebelum pandemi ini terjadi, aku hampir tidak pernah makan di rumah dan memakan masakan rumah. Saat di rumah pun harus membeli makanan lewat aplikasi online. Dan sekarang, bisa merasakan masakan rumah dengan suasana hangat dan berbincang bersama adalah hal langka yang mungkin jarang untuk disadari.
Jadi mari apresiasi diri dengan makan.hehe.
Selama masa karantina ini, olahraga adalah hal paling susah untuk dilakukan. Selaluu saja rasa malas yang menang. Untung beberapa kali badanku juga sadar bahwa tidak bisa diam terus di kasur dan berteman dengan selimut.
Lalu, lama kelamaan distansi sosial ini menjadi lebih ringan. Dan apa yang membuat ringan? Menurutku, kesadaran diri kita sendiri adalah hal yang membuat kita menjalani masa masa ini dengan mudah. Sadar bahwa hidup ini bukan hanya tentang aku,aku,aku, namun ini tentang kita, kalian, kami. Tidak mau berkemungkinan membawa virus ini kepada orang lain, siapapun itu. Berbuat baik dengan hal hal kecil, mulai dari tinggal di rumah saja, bisa juga untuk membantu para pekerja ojek online yang tetap bekerja untuk memenuhi kebutuhan kita. Membelikan makanan dan barang, mengantarkan barang. Sekarang bahkan ada restoran yang menawarkan menu untuk 'menraktir' para pekerja ojek online.
Kepada yang selalu ada di garis terdepan, terimakasih banyak akan kerja keras dan pengorbanan nya, mempertaruhkan semuanya demi kesehatan bangsa. Kita bisa membantu mereka dengan menyumbangkan beberapa rupiah melalui platform terpercaya.
Kepada yang belum bisa tinggal di rumah karena pekerjaan. Terimakasih telah bersedia tetap melayani kami. Sehat selalu.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro