
28. Kembali Ke Sekolah
Pagi ini, tampak Putri sedang menatap cermin. Ia menepuk-nepuk spons bedak ke wajahnya. Tidak lupa lip balm ia oleskan ke bibirnya. Wajah kusamnya sudah hilang. Kini tampak Putri yang cantik dengan rambut tergerai, tanpa kacamata bulat yang biasa ia kenakan. Sekarang, tidak ada gunanya bersandiwara karena anak-anak SMAS Tulip sudah tau wajahnya tanpa kacamata. Ia ingin kembali menjadi dirinya yang sesungguhnya.
Putri keluar dari kamarnya, melangkahkan kaki mendekati meja makan yang sedang di tata Bi Ayu. Putri duduk di salah satu kursi meja makan.
“Pagi Bu....” sapa Putri.
“Pagi Putri. Kamu udah baikan?” tanya Bi Ayu yang sudah selesai menata meja dan duduk di samping gadis itu.
“Putri udah sehat, Bu. Wah, nasi gorengnya menggoda. Jadi lapar,” ucap Putri sembari melihat secambung nasi goreng di atas meja sambil memegang perutnya.
Seketika Andi datang dan duduk di hadapan Putri. Ia menarik piring kosong, lalu menyendok nasi goreng tersebut. Di taruhnya ke atas piringnya.
“Wah! Adikku udah bisa sekolah lagi. Udah sembuh Dek?” tanya Andi yang sudah selesai menyendok nasi goreng dan kini memegang sendok makan yang telah ada isinya.
“Ud-,” ucapannya terpotong karena mendengar seseorang mengetuk pintu rumah mereka. Putri menoleh ke sumber suara.
“Biar ibu yang liat,” ucap Bi Ayu dan ia bergegas menemui tamunya.
“Siapa ya, pagi-pagi bertamu?” tanya Andi menatap Putri.
“Mungkin itu Varo. Biar Putri liat dulu, Kak.”
Putri bangkit dari kursinya, pergi menyusul Bi Ayu ke depan. Ternyata dugaannya benar, Varolah tamu mereka.
“Nak Varo cari Putri? Ayuk masuk dulu, kita sarapan bareng!” ajak Bi Ayu berdiri di ambang Pintu dan seketika Putri berdiri di belakangnya.
“Makasih Bu. Maaf dah ganggu sarapan ibu sekeluarga. Varo nunggu di luar saja, Bu.” Varo menolak ajakan Bi Ayu. Ia sungkan ikut makan bersama mereka.
“Ayuk lah Var! Kalau kamu nggak mau sarapan bareng kami. Aku nggak jadi pergi ke sekolah bareng kamu,” acam Putri agar Varo menuruti keinginannya.
“Kamu nggak perlu sungkan. Ibu malah senang kalau kamu mau makan masakan ibu,” ucap Bi Ayu.
“Baiklah, Varo mau.”
Senyum kedua wanita itu mengembang dan mereka bertiga masuk, melangkahkan kaki menuju meja makan.
Setelah selesai sarapan, tidak lupa Putri dan Varo berpamitan kepada Bi Ayu dan juga Andi. Barulah keduanya pergi meninggalkan rumah bercat putih tersebut dengan motor merah milik Varo, melaju ke SMAS Tulip. Mereka tidak akan di landa macet, karena tidak melewati jalan raya. Mereka hanya melewati beberapa gang, hanya membutuhkan waktu kurang lebih lima menitan.
***
Di sepanjang koridor, Putri di tatap sinis oleh anak-anak di sekitarnya. Langkahnya mulai melambat karena ketakutan. Komentar-komentar jahat warga net terbayang-bayang lagi di benaknya. Bulir-bulir keringat membasahi dahinya. Ingin rasanya pergi dari sana.
Sedari tadi, Varo mengikutinya dari belakang, tetapi Putri tidak tau. Ia tau saat ini Putri sangat cemas. Oleh karena itu, ia berjalan cepat, hingga berada di samping gadis itu. Ia menggenggam tangan gadis itu. Sontak membuat Putri kaget. Putri menghentikan langkahnya, lalu menatap cowok bermata sipit itu dengan tatapan bingung.
“Lu jangan cemas. Genggam tangan gue agar kegelisahan lu berkurang. Tidak usah mikir macem-macem. Hiraukan saja mereka. Kan ada gue di samping lu,” ucap Varo.
Putri menggenggam tangan Varo dan mereka melanjutkan berjalan menuju kelasnya Putri. Benar kata Varo, genggaman tangan ini membuat kecemasannya berkurang. Mereka bergandengan tangan sampai ke kelas XI IPS 2. Mereka tidak memperdulikan dengan orang-orang yang melihat.
Mereka sudah tiba di depan kelas XI IPS 2. Putri melepaskan genggaman itu.
“Maaf sudah merepotkan kamu dengan mengantarkanku sampai depan kelas kayak gini.” Putri tidak enak hati membuat Varo kerepotan.
“Nggak perlu minta maaf. Sekarang kan gue teman lu. Santai aja,” ucap Varo tersenyum.
“Makasih Var. Kamu udah mau jadi teman aku. Tapi, kamu katanya mau kasih tau aku orang yang nyebarin postingan itu? Siapa dia?” tanya Putri yang teringat akan janji Varo kemarin.
“Kamu hati-hati sama Tasya. Dia nggak sebaik yang kamu kira,” ucap Varo berbisik ke telinga Putri.
Mendengar bisikan Varo membuatnya bingung. “Kok kamu ngomong begitu. Nggak boleh suuzon Var.”
“Gue bukan suuzon. Taysa itu busuk. Dia tu cuma pura-pura baik dan mau berteman sama lu. Dia lah yang membuat postingan itu,” jelas Varo yang tidak lagi berbisik.
Seketika mata Putri membelalak, ia kaget mendengar ucapan Varo. Ia tidak percaya bahwa Tasya dalang di balik semua ini.
“Kamu nggak bohong kan? Nggak mungkin orang itu Tasya. Tasya itu baik, buktinya dia mau temenan sama aku. Kalau dia benci aku, tak mungkin dia baik ke aku,” ucap Putri yang masih belu percaya dengan ucapan Varo.
“Gue nggak bohong Put! Gue punya buktinya. Apa perlu gue bawa Tasya ke hadapan lu dan ngaku itu perbuatan dia, biar lu percaya omongan gue?” Tatapan Varo tamapak serius.
Kebetulan, Tasya berjalan ke arah mereka. Melihat Tasya, Varo langsung mendekati gadis itu dan menggenggam pergelangan Tasya. Cowok itu menyeret Tasya, membawanya ke hadapan Putri.
“Lepasin Var!” pinta Tasya dan Varo melepaskannya.
Tasya kesal diseret paksa seperti itu. Ia menoleh ke Putri, menatap Putri yang berpenampilan tidak seperti biasanya.
“Putri. Gue kangen sama lu,” ucap Tasya yang langsung memeluk Putri.
“Nggak usah drama, Sya. Putri udah tau siapa lu sebenarnya,” jelas Varo yang tidak suka melihat Tasya berpura-pura.
Tasya melepaskan pelukan sepihak itu.
“Jadi bener lu yang buat postingan itu? tujuan lu apa lakuin itu?” tanya Putri dengan mata berkaca-kaca karena sedih di hianatin temannya itu.
“Iya bener itu kerjaan gue. Sebenarnya, gue benci sama lu. Karena lu itu munafik. Lu tu cuma pura-pura jadi gadis cupu. Gue juga benci lu deket-deket Varo.” Tasya mencurahkan isi hatinya yang sangat membenci gadis di hadapannya.
“Munafik? Terus lu apa? Lu pura-pura jadi temannya Putri itu namanya bukan munafik. Iya!?” bentak Varo menatap tajam Tasya.
Tasya kesal di bentak cowok yang ia suka. Ia pergi meninggalkan Putri dan Varo, melangkahkan kaki masuk ke kelasnya.
“Sudah nggak usah peduliin dia. Masuk gih, bentar lagi bel bunyi,” pinta Varo sembari memegang bahu Putri.
Putri mengangguk dan ia memberanikan diri masuk ke kelasnya, walaupun masih ada rasa takut di dalam jiwanya. Sedangkan Varo mengintip dari balik jendela, melihat Putri berjalan menuju mejanya.
Tbc...
👓
Jangan lupa vote dan komennya
Terima kasih sudah mampir
😄
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro