22. Ditembak Arwan
Gadis berbadan tinggi, berkulit putih, rambutnya di kepang dua dan berkacamata bulat mengenakan seragam putih abu-abu, menyandang tas ransel berwarna merah hati, melangkah memasuki kelas XI IPS 2. Baru di ambang pintu, ia di sambut oleh cowok tampan bak selebriti. Cowok itu tiba-tiba saja menarik lengannya dan membawanya ke depan kelas tepat di depan papan tulis. Dahi Putri berkerut, ia tidak nyaman karena di lihat oleh teman-temannya.
Putri berdiri tanpa berkutik. Dengan pelan, Arwan berlutut di hadapannya dengan menekuk kaki kanan ke belakang dan kaki kiri sebagai pilar. Kemudian, menunjukkan setangkai bunga mawar merah yang ia sembunyikan di balik punggungnya. Mata Putri membelalak, begitu juga teman-teman yang menyaksikannya tidak kalah terkejut.
“Putri. Sejak kita belajar kelompok beberapa hari yang lalu, aku sudah menyukai kamu. Aku menyadari bahwa aku benar-benar mencintaimu. Maukah kamu menjadi kekasihku?” ucap Arwan menyatakan cintanya tanpa ragu. Ia berharap gadis di hadapannya ini menerimanya.
Putri jadi salah tingkah karena perlakuan mendadak dari Arwan, ditambah saat ini mereka menjadi tontonan murid-murid SMAS Tulip. Banyak yang mengintip di balik jendela dan juga di ambang pintu. Ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal, ia bingung harus menjawab apa.
Arwan melanjutkan ucapannya, “Jika kamu menerima bunga ini berarti kamu menerimaku. Jika kamu ambil lalu di buang berarti kamu menolakku. Pilih salah satu Put!” Arwan menginginkan kepastian.
Dengan mantap Putri menjawab, “Maaf, Wan. Aku tidak bisa menerima cintamu. Jujur aku menganggap kamu hanya teman, gak lebih. Saat ini aku juga tidak mau pacaran. Sekali lagi maafin aku, Wan.” Putri tidak enak hati menolak Arwan di saksikan banyak orang. Pasti ia terluka dan malu, tetapi ia tidak mau membohongi perasaannya yang tidak memiliki rasa sedikitpun kepada cowok tampan di hadapannya itu.
Arwan bangkit dan pura-pura tersenyum walaupun hatinya saat ini sangat terluka.
“Nggak pa-pa Put. Aku terima keputusan kamu. Aku minta satu hal, aku mau kamu tetap menjadi temanku. Dan terimalah bunga ini sebagai tanda pertemanan kita,” ucap Arwan yang wajahnya tampak sedih, lalu menyodorkan setangkai bunga mawar itu lagi.
Putri mengambil bunga itu dari tangan Arwan. “Aku mau kita temenan aja,” ucap Putri samar.
Putri melangkahkan kaki menuju mejannya meninggalkan Arwan yang terdiam di depan sana. Ia letakkan bunga itu ke atas mejanya, meletakan tas, lalu duduk di kursinya.
Fans-fans-nya Arwan menatapnya tajam dan beberapa dari mereka menggunjing dengan membicarakannya yang tidak-tidak.
***
Di kantin, tampak Putri dan Tasya sedang makan bersama sambil berbincang.
“Put, kok lu tolak sih si Arwan? Tau nggak, cewek-cewek di sekolah kita pada kepingin jadi pacarnya. Lu tu cewek paling beruntung bisa menaklukkan hatinya Arwan. Tapi kenapa lu sia-siain sih?” keluh Tasya sembari memegang tangkai sendok dan garpu.
Putri menyuap bakso, lalu memasukkannya ke mulutnya. Setelah mengunyah barulah ia jawab ucapan temannya itu. “Aku nggak suka sama Arwan, lagian aku mau fok-,” perkataannya terputus karena suatu insiden menimpanya.
Klara datang mendekati meja Putri dan Tasya, kemudian mengambil segelas jus jeruk yang ada di meja itu, lalu menyiramnya ke baju Putri.
Sontak Putri kaget dan juga kesal di perlakukan Klara di depan banyak orang seperti ini. Ia berdiri dan menatap Klara dengan emosi yang tertahan.
Saat Klara hendak mendaratkan tangannya ke wajah Putri, tiba-tiba tangannya di genggam seseorang sehingga, ia tidak bisa menampar Putri. Ia menoleh ke orang itu dan mencoba melepaskan cengkeraman tersebut, namun tidak bisa karena terlalu kuat.
“Lepasin nggak!” pinta Klara menatap tajam cowok bermata sipit yang sedang mengcekeram kuat tangannya.
“Kalau gue nggak mau, lu mau apa?” ucap cowok itu dengan senyum ala devil.
“Iiih.... lepasin nggak! Sakit tau.” Klara merintih kesakitan.
“Gue bakal lepasin, asal lu pergi dari sini!” pinta Varo menatap tajam gadis di hadapannya.
“Iya-iya, gue bakal pergi. Tapi lepasin dulu tangan gue!”
Varo melepaskan tangan Klara dan tampak pergelangan gadis itu memerah karena ulahnya. Kemudian, gadis itu pergi meinggalkan kantin dengan wajah kesal.
“Putri lu nggak pa-pa?” tanya Arwan cemas. Ia baru saja datang karena tadi ia di perpustakaan dan Indra memberi tahunya bahwa Putri di serang Klara.
“Eh, mata lu buta ya? Lu nggak liat Putri di siram Princess lu, itu tandanya Putri nggak baik-baik sekarang,” ketus Varo kesal melihat Arwan yang datang berlambat dan mencari perhatian Putri.
“Gue kan nanya ke Putri, bukan lu. Kenapa lu yang sewot?” balas Arwan yang juga kesal dengan ucapan Varo.
“Udah-udah. Jangan ribut disini!” ucap Tasya kepada Arwan dan Varo. “Yuk Put, kita ke toilet dulu, bersihin baju lu!” ajaknya membawa Putri pergi dari kantin meninggalkan dua cowok yang memperkeruh keadaan.
***
Di kelas XI IPS 2, tampak Klara duduk di bangkunya Arwan, menantikan kehadiran cowok tampan itu. Tidak butuh waktu lama, cowok yang di tunggu akhirnya datang juga.
“Ngapain lu di meja gue?” tanya Arwan berdiri di depan mejanya di hadapan Klara.
Klara bangkit dari kursi dan berdiri di samping Arwan, lalu memegang lengan cowok tampan itu.
“Jangan gitu dong Wan. Aku kesini nungguin kamu. Aku mau minta penjelasan, kenapa kamu nembak Si Cupu? kenapa bukan aku yang jelas lebih cantik dan lebih sempurna dari dia?” tanya Klara dengan nada bicara yang sengaja dibuat imut.
“Lepasin tangan gue!” pinta Arwan melepaskan tangan Klara dari lengannya lalu menghempaskannya kasar. “Gue nembak Putri karena gue cinta sama dia. Sedangkan lu, gue nggak punya perasaan sedikit pun sama lu. Walaupun lu cantik gue nggak suka karena hati lu nggak secantik muka lu,” jelas Arwan agar cewek di hadapannya ini sadar bahwa ia tidak suka cewek yang hatinya busuk.
Arwan pergi dari kelasnya meninggalkan Klara yang wajahnya sudah memerah menahan emosi. Ucapan cowok itu membuatnya semakin membenci Putri.
***
Di toilet, Putri membersihkan pakaiannya. Tasya meninggalkannya sebentar, kembali ke kelasnya untuk mengambil sweater yang terdapat di dalam tasnya.
Tasya memberikan sweater berwarna ungu miliknya untuk di kenakan Putri.
“Put, lu pakai aja sweater gue tuk nutupin noda di baju lu!” pinta Tasya menyodorkan sweater-nya ke hadapan Putri yang sedang menyeka-nyeka bajunya yang kotor.
“Makasih Sya. Gue pinjam ya,” ucap Putri tersenyum dan mengambil pakaian itu dari tangan Tasya lalu ia memakainya.
Bel berbunyi pertanda jam pelajaran selanjutnya segera di mulai. Kedua gadis itu keluar dari toilet dan bergegas kembali ke kelas mereka.
***
Malam ini Varo menyandang tas ransel hijau army-nya, pergi kerumah Putri dengan motor merahnya. Tujuannya ingin di ajarkan PR Matematika.
Saat ini Varo sudah tiba di depan rumah Putri. Ia memarkirkan motornya di halaman rumah bercat putih itu, kemudian melangkahkan kaki menuju pintu rumah, lalu di ketuknya.
Tok! Tok! Tok!
Tak lama, pintu itu terbuka dan muncullah seorang pria berumur 25 tahun.
“Malam Kak!” sapa Varo ramah.
“Malam. Maaf, lu siapa?” tanya Andi karena ia tidak mengenali anak laki-laki di hadapannya dan tiba-tiba datang ke rumahnya.
“Saya Varo, Kak. Saya mau cari Putri. Putrinya ada Kak?” tanya Varo.
“Oh, temannya Putri toh. Tunggu sebentar, gue panggilin dulu.”
Andi meninggalkan Varo dan masuk kedalam untuk memanggil Putri, sedangkan Varo masih menunggu di luar.
Tak lama Putri datang. “Eh, Varo! Ada apa datang malam-malam ke sini?” tanya Putri.
“Biasa, gue mau lo ajarin PR.”
“Kalau gitu ayuk masuk! Kita belajar di dalam aja,” Ajak Putri dan mereka masuk ke dalam rumah Bi Ayu.
Mereka belajar di ruang tamu, kali ini Varo serius memperhatikan ajaran Putri. Mereka juga makan martabak bersama dengan Bi Ayu dan juga Andi.
Tbc...
👓
Ini Tasya
Jangan lupa vote dan komennya
Terimakasih udah mampir
😄
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro