Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

20. Cemburu


Jam istirahat pertama, Putri bangkit dari bangkunya, hendak melangkah keluar dari kelas, namun tiba-tiba saja Arwan mendekat dan menghalangi jalannya. Putri terdiam, menatap sekejap cowok tampan itu, lalu melangkah ke arah lain untuk menghindar. Ia tidak ingin membuat orang-orang salah paham, terutama Klara. Ia berjalan cepat, namun Arwan mengikuti dan menarik tangannya saat ia sudah keluar dari kelas.

“Putri! Kenapa lu menghindar dari gue? Memangnya gue punya salah apa sama lu?” tanya Arwan yang bingung dengan sikap Putri tiba-tiba berubah kepadanya.

Arwan masih mencengkeram kuat pergelangan Putri, seperti tidak ingin gadis itu pergi dari-nya.

“Lepasin tangan aku!” pinta Putri yang tangannya mulai terasa sakit karena Arwan terlalu kuat memegangnya.

“Gue bakal lepasin tangan lu, asal lu jangan berubah sama gue. Gue mau lo seperti biasanya, ramah dan baik.” pinta Arwan menatap tajam mata Putri tanpa berkedip sedikit pun.

“Iya-iya, tapi lepasin dulu Wan, sakit tau.”

Arwan melepaskan tangan Putri.

“Maaf. Bukan maksud gue buat lu sakit,” ucap Arwan dengan suara pelan meminta maaf.

“Iya nggak pa-pa kok, Wan. Kalau gitu aku ke kantin dulu ya,” pamit Putri lalu melangkahkan kaki, namun baru tiga langkah Arwan menghalanginya dengan berdiri di hadapannya.

“Gue juga mau ke kantin. Bareng yuk!” ajak Arwan ingin makan bersama Putri.

Sebenarnya, Putri tidak mau ke kantin bersama Arwan, tetapi ia bingung mau nolaknya gimana? Rasanya ingin jauh-jauh dari cowok itu, namun Arwan terus cari kesempatan mendekatinya.

Kebetulan Varo berjalan ke arah mereka, sehingga Putri punya alasan untuk menolak.

“Varo!” panggil gadis itu melambaikan tangan kanannya tinggi-tinggi.

Varo semakin mendekat dan menghampiri mereka.

“Aku dah janjian ke kantin bareng Varo. Kita ke kantin bareng lain kali aja ya, Wan,” kata Putri membuat alasan sembari memegang lengan Varo.

Varo bingung dengan perkataan Putri, namun tidak ada perlawanan sedikitpun keluar dari mulutnya.

“Kalau gitu gue ikut ya?” pinta Arwan ngotot ingin ikut.

“Gimana nih Var?” tanya Putri menatap Varo.

Varo bingung mau jawab apa. Ia belum paham maksud Putri dan asal menjawab.

“Ok. Lu boleh ikut,” jawab Varo melirik Arwan datar. Ia tidak mau makan berdua dengan Putri, bertiga lebih baik baginya.

Mata Putri membulat mendengar ucapan Varo. Ia tidak habis pikir dengan Varo yang tidak peka. Harapannya sirna, namun setidaknya dengan bertiga tidak akan membuat orang-orang salah paham.

Mereka melangkahkan kaki menuju kantin. Arwan di depan, sedangkan Varo dan Putri mengikuti dari belakang, berjalan sambil berbisik-bisik.

“Maksud lu apa, ngajakin gue ke kantin? Lu mau modus sama gue,” tanya Varo dengan suara pelan.

“Tadi tu darurat banget. Aku tak mau ke kantin bareng Arwan,” jawabnya lirih.

“Tu cowok buta kali ya? Mau gitu ke kantin bareng cewek cupu kaya lu," ledek Varo mengejek Arwan.

Arwan merasa Putri dan Varo tidak ada di dekatnya. Ia menoleh ke belakang dan firasatnya benar. Putri dan Varo tertinggal jauh di belakang dan tampak asyik berbincang, kemudian cowok tampan itu memanggil Putri.

“Putri!” Arwan berteriak sambil jalan mendekati mereka.

Percakapan mereka terputus karena mendengar teriakan dari Arwan, dan keduanya melanjutkan jalan mendekati Arwan.

***

Klara tidak puas karena kemarin tidak jadi memberi Putri pelajaran. Sebenarnya, saat itu ia ingin menampar gadis cupu itu, namun kedatangan Arwan membuat rencananya gagal. Saat ini Klara dan kedua temannya sedang makan di kantin. Wajah klara tampak bete.

“Klar, napa wajah lu bete gitu?” tanya Dila sembari memegang sendok dan garpu.

“Eh, itu bukannya si cupu pelakor? Dia di kelilingin cowok guys,” ucap Felly sembari menatap tiga orang yang ia bicarakan, sesekali melirik kedua temannya.

“Anjir, itu kan Arwan,” kata Dila yang juga melihat hal yang sama.

Mendengar nama Arwan disebut, Klara menoleh dan seketika matanya membulat dan emosinya naik. Ia mengepalkan tangannya menahan emosi, wajahnya sudah mulai memerah.

“Wah keren juga tu Si Cupu. Di deketin dua cowok sekaligus, salah satunya most wanted sekolah lagi. Mau dong tukar posisi sama dia,” ucap Felly memanaskan suasana.

“Tu cewek kek nya pake susuk deh, buktinya Arwan sampai buta milih cewek jelek dan mencampakkan gadis secantik lu, Klar,” ucap Dila.

“Berisik! Gue nggak mood lama-lama di sini,” ucap Klara yang emosinya semakin memuncak karena perkataan teman-temannya.

Klara beranjak dari kursinya menyisakan makanannya, lalu melangkahkan kaki meninggalkan kedua temannya karena tak sanggup melihat pujaan hatinya bersama dengan orang yang dibencinya.

Awas aja lu.
Gue bakal buat hidup lu hancur.
Cupu bangsat.
Jijik gue liat wajah lu yang sok polos.
Anjirrrrr!!!!

Klara merutuk dalam hatinya di sepanjang perjalanannya.

***

Putri ingin menonton pertandingan sepak bola anak kelas X. Bukan pertandingan resmi hanya permainan biasa hanya untuk senang-senang. Tidak lupa, ia membawa buku sketsa dan juga alat tulisnya untuk menggambar anak-anak sedang bermain sepak bola. Ketika hendak duduk di tepi tangga beton, tiba-tiba saja sebuah bola mendarat di kepalanya sehingga menimpuk kepalanya. Buku dan kotak pensilnya jatuh, ia terduduk sambil memegang kepalanya yang sakit. Ia membenarkan kacamatanya yang hampir terlepas. Beruntung, kacamatanya tidak retak atau rusak.

Kebetulan teman sekelas Putri yaitu Tasya melihat kejadian itu. Dia langsung menghampiri gadis berkacamata itu. Cowok yang menendang bola itu juga berlarian mendekatinya.

“Putri lu nggak pa-pa?” Tasya memegang bahu Putri lalu memegang halus kepala gadis itu. “Kepala lu pasti sakit banget. Ayo kita ke UKS biar gue bantuin jalan!” ucap Tasya memberi bantuan.

“Makasih Sya."
Putri berdiri perlahan di bantuin Tasya. Tasya memapah Putri sampai ke UKS. Cowok yang melempar bola mengikuti mereka diam-diam.

***

Saat ini Putri sudah di UKS bersama dengan Tasya. Putri merebahkan badannya di atas ranjang tunggal itu, sesekali merintih kesakitan sembari memegang kepalanya yang nyut-nyutan, sedangkan Tasya duduk di sampingnya di tepi ranjang.

Perawat sekolah memberikannya obat dan juga segelas air lalu diminumnya. Seketika seorang cowok mengenakan pakaian olahraga datang dan keduanya sontak kaget.

“Maafin gue. Gue nggak sengaja nendang bola ke arah lu. Sekali lagi gue bener-bener minta maaf,” ucap cowok berkulit sedikit eksotis, tinggi 172 sentimeter, berwajah standar alias biasa saja tidak tampan dan juga tidak jelek.

“Iya, aku maafin kamu, lagian tidak sengaja juga.” Putri memaafkan cowok itu.

“Makasih lu dah maafin gue. Kalau gitu gue pamit dulu.”

Putri mengangguk sebagai jawaban.

Cowok itu keluar dari UKS dan di luar sana seseorang telah menunggu. Orang itu memberikan uang kepada cowok itu. Sudut bibir cowok itu tertarik dan menerima uang tersebut, kemudian melangkahkan kaki kembali ke lapangan. Orang yang memberi uang mengintip Putri dari jendela lalu sudut bibirnya tertarik, dan sebelah alisnya naik.

Rasain lu!
Siapa suruh macem-macem sama gue.

Batin seseorang merasa puas melihat penderitaan Putri.

Tbc...

👓

Jangan lupa vote dan komennya
Terimakasih udah mampir

Ayuk mampir juga ke work my soulmate odoc Mariz
nimatulbaiti
Cerita dia bagus banget loh!!!

😄

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro