13. Kelakuan Varo
Varo rebahan di kasurnnya. Tiba-tiba saja, ia kepikiran Putri. Gadis itu sangat familiar di matanya. Sepertinya ia pernah bertemu Putri sebelum ia bertemu di gang saat ia di kejar-kejar anak SMK Pelita. Bahkan, ia tidak tau nama gadis cupu itu. Ia menghilangkan pikiran itu dan mencoba tidur.
Baru saja memejamkan mata, terdengar suara gedoran pintu sehingga membuatnya jengkel. Varo bangkit dari kasurnya dan bergegas keluar dari kamarnya menuju ruang tamu. Setiba di sana, ia membuka sedikit kain gorden yang menutupi kaca jendela lalu mengintip sesorang yang berada di luar. Ternyata yang mengedor pintu itu adalah ayahnya. Ia langsung memutar kunci dan membuka pintu.
Matanya terbelalak melihat ayahnya yang terhuyung-huyung di hadapannya. Ayahnya berdiri tidak kokoh, badannya bergoyang-goyang, bau alkohol yang menyengat, dan ia memegang sebuah botol kaca berwarna hijau. Ayahnya mendorong tubuh Varo ke samping karena menghalangi jalannya. Ia masuk ke rumah dengan jalan yang tidak lurus. Varo masuk dan tidak lupa mengunci pintu rumahnya.
Ayahnya terduduk di sofa yang tampak lusuh dan tak layak pakai karena kainnya sudah sobek-sobek serta kawat yang terdapat di dalam tempat duduknya timbul sehingga berbunyi jika diduduki. Lelaki itu meminum bir dari botol di tangannya.
Yono yang sedang meneguk sebotol air keras itu di hentikan oleh anaknya. Varo merampas botol tersebut dari tangan ayahnya. Varo tidak ingin melihat ayahnya minum di hadapannya. Yono yang diperlakukan begitu melototi Varo. Ia bangkit dari sofa dan langsung menampar wajah anaknya.
PLAKKK!!!
Varo memegang wajahnya yang sakit akibat tamparan dari sang ayah. Ia menatap wajah sang ayah dengan kemarahan yang ia tahan. Tangan kirinya masih memegang botol minuman sang ayah.
“Kembalikan minuman Papa. Kamu anak kecil nggak usah ngurusin Papa. Kamu nggak punya hak ngelarang Papa minum,” ucap Yono mencoba merampas botol di tangan Varo namun tidak dapat ia ambil karena Varo menyembunyikan di balik badannya.
“Papa nggak boleh minum, Varo nggak suka.”
“Papa nggak minta kamu suka sama Papa. Sini botol Papa!” Yono merebut paksa botol bir di tangan Varo, dan seketika botol tersebut jatuh hingga pecah. Varo dan Yono tersentak kaget melihat beling-beling yang berserakan di lantai.
Yono marah. Ia tidak terima minumannya jatuh. Ia menampar Varo lagi, kemudian mendorong tubuh Varo sehingga Varo jatuh di dekat pecahan beling botol tersebut. Tangannya luka, sedangkan Yono pergi dari rumah meninggalkan Varo sendirian kesakitan akibat ulahnya.
Varo menahan perih di tangannya. Ia menyeka luka itu dengan tepi bawah kaosnya. Ia mengambil pinset dari laci meja yang berada di kamarnya lalu mencoba mengeluarkan beling yang menusuk telapak tangannya. Setelah itu, ia membereskan beling-beling yang berserakan di lantai.
Varo kesal dengan sikap ayahnya. Jika mabuk pasti ayahnya akan menampar atau memukulnya. Sebagai anak yang tidak mau melawan orang tua hanya bisa pasrah di perlakukan begitu walaupun batinnya tidak terima.
***
Di sepanjang koridor, tampak Varo yang sedang mondar-mandir tidak jelas. Sepertinya ia mencari seseorang. Kebetulan sekali, sosok yang di cari datang mengarah ke dia.
Putri yang sedang berjalan dengan santainya, tiba-tiba saja seseorang memegang tangannya dan menyeretnya ke tepi. Ia di sandarkan ke dinding. Putri mengerutkan keningnya, ia tidak suka di perlakukan begini.
Varo memandang lekat-lekat wajah Putri. Kemudian, ia membalik-balikkan tubuh Putri melihat kesamping kiri, kanan, belakang. Ia ingin membuka kaca mata Putri, namun saat ia baru memegang gagangnya, Putri langsung memegang tangan Varo lalu mengibasnya.
Mata Varo mengarah ke name tag milik Putri, ia ingin mengetahui nama gadis di hadapannya. Putri yang salah sangka, menyilangkan tangannya di dadanya. Ia mengira Varo mesum.
“Apa yang kamu liat?” tanya Putri yang masih menyilang tangannya dengan raut wajah takut.
Varo berdeham kecil, “Jangan mikir aneh-aneh. Gue nggak seperti apa yang lu bayangin. Gue cuma mau lihat name tag lu,” katanya sembari menunjuk dengan dagunya ke arah name tag Putri yang sudah tertutup oleh tangan Putri.
Putri menurunkan tangan dari dadanya. “Ooh, kirain. Kalau kamu mau tau namaku nggak perlu intip name tag-ku seperti orang mesum. Langsung saja tanya padaku atau minta kenalan. Aku nggak sombong kok.”
“Iya iya. Gue mau tau nama lu,” ucap Varo dengan wajah datar.
“Perkenalkan, namaku Putri Amelia Suherman. Kamu bisa memanggilku Putri. Nama kamu siapa?” tanya Putri sembari mengulurkan tangannya ingin berkenalan dengan Varo.
Mata Varo mengarah ke tangan Putri lalu naik ke wajah, ia melihat gadis itu tersenyum memperlihatkan gigi kelinci miliknya. Varo menyeringai, kemudian ia menepuk ke samping tangan Putri, sehingga membuat Putri tidak habis pikir.
“Nama gue Varo,” jelasnya singkat dengan wajah yang masih datar sembari kedua tanganya di masukkan ke dalam saku celana abu-abu miliknya.
Setelah memberi tau namanya, Varo pergi meninggalkan Putri. Putri yang di tinggal masih berdiri terheran-heran dengan perlakuan Varo terhadapnya. Varo itu aneh, tiba-tiba saja datang dan pergi sesukanya. Putri melanjutkan perjalannya yang sempat terhenti karena Varo. Ia pergi menuju kelasnya.
***
Jam istirahat kedua, Varo berniat ingin membolos. Ia minta kepada temannya, Alex untuk membawakan tas miliknya saat pulang nanti.
Ia pergi ke belakang kantin. Di sana terdapat sebuah pohon tinggi. Ia memanjat pohon itu agar bisa keluar dari sekolah. Pohon itu dekat dengan tembok sekolah. Varo sudah sering melakukan hal ini karena ia tidak suka berada di sekolah terutama belajar. Setelah berhasil keluar dari sekolah, ia pergi ke sebuah warung yang tidak jauh dari tembok tempat ia lompat tadi. Di sana sudah berkumpul anak-anak nakal seperti dirinya.
Tbc...
👓
Jangan lupa vote dan komennya
Terima kasih sudah mampir
😄
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro