Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

12. Pasar


Minggu pagi di rumah Bi Ayu, tampaklah seorang gadis sedang duduk bersila di atas karpet sambil termenung menghadap televisi. Jika seseorang melihatnya, pasti menyangka ia sedang menonton televisi, padahal tidak. Raut wajahnya tampak sedih dan ia juga memegang remote.

Bi Ayu memperhatikan Putri dari ambang pintu kamarnya, kemudian menghampiri Putri lalu memegang bahu gadis itu.

Putri tersadar dari lamunannya dan ia terperanjat karena seseorang memegang bahunya.

"Pagi-pagi jangan bengong, Put."

Putri menoleh dan wajahnya terlihat lesu. "Ibu.... Aku kangen Meli," katanya sembari memeluk Bi Ayu.

Bi Ayu membalas pelukan Putri. Ia membelai halus puncak kepala gadis berambut keriting itu. "Putri jangan larut dalam kesedihan. Putri harus mengikhlaskan kepergian Meli. Kasihan Meli di sana, ia pasti tidak mau melihat sahabatnya bersedih karenanya," ucapnya agar Putri berhenti bersedih.

Putri melepaskan pelukannya dan menghapus air matanya dengan jari-jarinya, dan ia mencoba tersenyum.

"Putri tidak mau Meli ikutan sedih di sana. Sekarang Putri sudah tersenyum," tutur Putri sembari tersenyum menampakkan gigi kelincinya. Ia tersenyum dengan wajah yang masih bersedih.

Bi Ayu yang melihat Putri senyum terpaksa, ia juga ikutan tersenyum. "Bagaimana kalau Putri menemani ibu berbelanja di pasar? Nanti kita mampir ke warung soto langganan ibu. Sotonya enak banget loh Put! Ibu yakin kamu pasti suka," ajaknya.

"Putri mau bu! Kalau gitu Putri ganti baju dulu ya." Putri bangkit dari duduknya, bergegas ke kamarnya.

Bi Ayu mengajak Putri ke pasar agar Putri tidak terus memikirkan Meli. Ia kasihan melihat gadis itu yang sering melamun akhir-akhir ini sejak di tinggal Meli.

***

Putri sudah tiba di pasar tradisional. Ia berkeliling pasar menemani Bi Ayu memilih bahan-bahan dapur. Ia juga membantu menenteng kantong keresek berisikan belanjaan Bi Ayu. Awalnya Bi Ayu tidak ingin merepotkan Putri dengan membawa belanjaannya, namun Putri bersikeras.

Saat Bi Ayu memilih-milih sayuran, Putri yang berdiri di sampingnya tiba-tiba saja sakit perut.

"Bu, Putri mau ke toilet!" kata Putri sambil memegang perutnya yang terasa mulas.

"Kalau gitu biar ibu temenin," pinta Bi Ayu.

"Nggak usah bu! Biar Putri pergi sendiri. Ibu tunggu saja di sini," pinta Putri yang tidak ingin ditemani.

"Memangnya kamu tau toiletnya di mana?"

"Tau bu. Tadi kitakan lewat situ. Ibu tidak perlu mengkhawatirkan Putri. Putri bisa kok pergi sendiri. Ibu tunggu di sini ya? Nggak lama kok," kata Putri meyakinkan Bi Ayu dan ia bergegas pergi menuju toilet umum.

Putri melewati orang-orang dengan berjalan tergesa-gesa hingga pada akhirnya ia menabrak seseorang. Lagi-lagi yang di tabraknya selalu orang yang sama. Ia menabrak anak laki-laki yang sedang memanggul sekarung beras sepuluh kilogram. Anak itu terjatuh bersama barang yang dibawanya. Orang-orang di sekitar memperhatikan mereka tanpa menolong.

Putri tidak tertahankan lagi. Ia pergi meninggalkan anak laki-laki itu tanpa sepatah kata.

Punggung Varo terasa sakit. Ia bangkit dari jatuhnya dan melihat punggung gadis yang menabraknya yang sudah jauh meninggalkannya.

Cupu sialan!
Setiap ketemu lu, pasti gue sial terus.
Aduh punggung gue?

Varo merintih kesakitan sambil megang punggungnya yang sakit.

Untung aja nih karung beras nggak jatuh ke tanah yang basah.
Kalo iya, bakalan ngeganti gue.

Varo mengangkat kembali karung beras itu. Walaupun punggungnya masih terasa sakit, ia tetap memanggulnya.

***

Putri sudah selesai buang air. Ia teringat bahwa tadi menabrak seseorang hingga terjatuh. Ia pergi ke tempat itu, namun tiba di sana anak laki-laki itu tidak ada. Ia merasa bersalah karena tidak meminta maaf. Ia pergi menemui Bi Ayu yang menunggunya di tempat tukang sayur.

Putri sudah tiba di samping Bi Ayu. "Ibu lama ya nunggunya?" tanyanya.

"Nggak kok. Ini ibu baru selesai milih sayur-sayur, bawang sama cabe,” ucap Bi Ayu sembari mengangkat kantong keresek di tangannya, menunjukkanya kepada Putri. “Ayo, kita ke warung soto yang ibu ceritain tadi! Tempatnya itu di depan sana," kata Bi Ayu sembari menunjuk warung yang jaraknya tidak jauh dari posisi mereka sekarang.

Putri mengangguk tanda setuju dan mereka pergi ke warung soto.

***

Di tempat lain, tampak Varo bersama dengan seorang pria paruh baya di dekat mobil pick up berwarna hitam. Varo meletakkan karung beras yang di bawanya ke atas mobil itu.

Kini Varo berhadapan dengan si pemilik mobil.

"Kenapa kau lama sekali membawa barang-barang saya? Teman kau sudah dari tadi meletakkan barang-barang saya, kenapa kau baru datang? Dari mana saja kau?" tanya Pria berbadan gendut dengan kulit sedikit gelap sambil marah-marah.

"Maaf Pak." Varo meminta maaf kepada bapak itu.

"Dasar lelet, kalau nggak bisa kerja nggak usah kerja. Waktu saya terbuang gara-gara menunggu kau!" Pria itu masih mengomel.

"Sekali lagi maafkan saya Pak. Saya janji bakalan cepat kedepannya," ucap Varo menundukkan wajahnya dengan penuh penyesalan.

Bapak itu meninggalkan Varo dan masuk ke mobilnya. Ia berlalu bersama mobil pick up yang di bawanya.

Varo kesal dengan omelan pelanggannya itu.

Gara-gara si cupu sialan gue jadi kena omel pelanggan.
Bapak gendut itu ngatain gue lelet pula.
Gue nggak lelet pak. Bapak sih nggak tau gue tadi di tabrak orang paling nyebelin sejagat raya.
Hahhh....

Varo merutuk dalam hatinya. Setelah selesai berkeluh kesal, ia kembali ke toko kelontong tempat ia bekerja.

Setiap hari minggu atau hari libur, Varo bekerja di toko kelontong milik pamannya. Varo anak yang mandiri. Uang hasil bekerja ia tabung. Varo sangat senang membantu pamannya di toko. Sesungguhnya ia lebih senang bekerja di toko ketimbang belajar di sekolah.

Tbc...

👓

Jangan lupa vote dan komennya
Terima kasih sudah mampir
😄

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro