Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

11. Selamat Jalan


Putri pergi ke bagian resepsionis. Tampak dua wanita muda yang berjaga di sana.

"Permisi Mbak, mau tanya. Ruang Meliana Khalisa korban kecelakaan kemarin di rawat di ruang mana ya, Mbak?" tanya Putri.

"Sebentar ya Mbak saya carikan dulu," jawab resepsionis rumah sakit cantik  yang mengenakan baju merah muda lembut.

Wanita itu mengetik keyboard dan melihat layar komputer.

"Meliana Khalisa di rawat di ruang anggrek dilantai 2 dek," jelas resepsionis itu.

"Makasih Mbak."

Putri meninggalkan ruang resepsionis pergi mencari ruang Meli.

Putri berjalan di sepanjang rumah sakit, ia melihat denah rumah sakit yang terpampang di dinding bercat putih. Ia foto denah tersebut menggunakan ponselnya. Kemudian, melanjutkan jalannya sambil melihat-lihat denah di ponselnya.

Berkat denah tadi. Ia kini sudah tiba depan ruang Meli di rawat. Ia mengintip di balik kaca pintu. Di sana tampak Meli yang terbaring lemas dengan selang infus di tangannya. Ia mengetuk pintu itu dan seorang wanita membukakannya.

"Permisi tante. Aku temannya Meli, aku mau menjenguk Meli tante," kata Putri.

"Kamu Putri kan?" tanya wanita itu.

"Iya tante. Bagaimana keadaan Meli?"

"Ayo masuk dulu!" ajak ibunya Meli.

Putri masuk ke ruang itu bersama dengan ibunya Meli. Ia duduk di kursi di sebelah ranjang Meli terbaring.

"Meli sebentar lagi mau di operasi. Kata dokter ada benturan keras di kepala Meli sehingga ia harus di operasi. Tante takut put," Ibunya Meli memeluk Putri dan kini air matanya mulai jatuh.

"Aku yakin Meli bakalan sembuh. Tante harus yakin Meli pasti bisa melaluinya." Putri menenangkan Mira, ibunya Meli.

"Meli sering cerita tentang kamu. Meli bilang ia punya temen baru yang sangat baik. Ternyata yang Meli ceritakan benar, kamu sangat baik." Mira memuji Putri.

"Ah, tante bisa aja. Aku jadi malu. Aku senang tante dan Meli menganggap begitu," Putri menghela napasnya dan melepaskan pelukan dan menatap Mira, "Tante sudah makan?" tanyanya.

"Sudah tadi. Kamu sendiri pasti belum makan? Sebaiknya kamu makan dulu nanti ke sini lagi. Nomor HP kamu berapa? Nanti kalau Meli sudah di pindahkan, tante akan menghubungi kamu," tanya Mira sembari memegang ponselnya.

"Aku nggak laper tante. Aku mau nungguin Meli saja di sini." Putri bersikukuh.

"Kamu nggak boleh gitu. Kalau kamu mau tunggu sebentar lagi, nanti papanya Meli bawain makan."

Putri mengangguk tanda setuju. Mira menelpon suaminya dan meminta di bawakan makanan.

***

Meli sudah di pindahkan ke ruang operasi. Putri dan keluarganya Meli menunggu di luar ruangan. Jelas terlihat raut kecemasan dari wajah masing-masing. Mereka terus berdoa untuk kelancaran operasi yang di jalani Meli.

Operasi Meli lancar. Meli sudah di pindahkan ke ruang rawat inap. Putri berserta keluarga Meli sudah bisa menjenguk.

Jam sudah menunjukkan pukul sembilan lewat lima belas menit. Pak Anton, bapaknya Meli meminta Putri untuk pulang karena sudah malam dan besok Putri juga harus sekolah. Putri yang awalnya ingin tetap di sini, dibujuk Pak Anton dan pada akhirnya ia menuruti. Ia pulang di antar Pak Anton.

Putri mengetuk pintu rumahnya. Pintunya terbuka dan tampaklah Bi Ayu dan Andi di ambang pintu. Spontan Putri memeluk Bi Ayu.

"Ibu....  hiks....  hiks.... " Putri menangis.

"Bagaimana kondisi teman Putri?" tanya Bi Ayu.

"Meli belum siuman bu, hik.... hik....  Putri takut Meli kenapa-napa." Meli sudah melepaskan pelukannya.

"Doakan untuk kesembuhan Meli, put!" kata Andi yang berada di dekat mereka menepuk punggung Putri halus.

"Sudah jangan nangis," pinta Bi Ayu sembari menyeka air mata Putri dengan ibu jarinya. "Putri ganti baju dulu, biar ibu siapin makan malam."

"Putri udah makan tadi di rumah sakit, bu."

"Ya sudah kalau begitu."

Putri pergi ke kamarnya. Setelah menukar baju, ia bergegas ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya serta menyikat gigi. Kemudian, ia tidur. Tidurnya kurang nyenyak karena ia terus kepikiran sahabatnya.

***

Putri bersiap-siap hendak pergi sekolah. Tiba-tiba saja ponselnya berdering di dalam saku roknya. Ia melihat ponselnya dan tertera tulisan Ibu Mira, langsung diangkatnya panggilan itu.

"Halo tante gi-" ucapannya terputus saat Anton berbicara.

"Putri, Meli sudah tiada-"

Belum selesai Anton berbicara, ponsel Putri sudah terjatuh. Meli syok hingga pertahanannya runtuh. Ia terduduk di lantai kamarnya dan menangis sejadi-jadinya.

Bi Ayu yang sudah selesai menata makanan di meja makan lalu pergi ke kamar Putri. Di depan pintu, ia mendengar suara tangisan. Ia langsung membuka pintu kamar Putri.

"Kamu kenapa nak?" tanya Bi Ayu yang sudah duduk di lantai di samping Putri.

"Meli meninggal bu," jawab Putri sembari menangis.

Putri dan Bi Ayu bergegas ke rumahnya Meli.

***

Putri sudah berada di pemakaman umum yang jaraknya tidak jauh dari rumahnya Meli. Tadi, saat ia dan Bi Ayu tiba di rumah duka, kata tetangga Anton, Meli sudah di makamkan. Mereka bergegas menyusul ke sana.

Di situ tampak orang-orang beserta orang tua Meli terutama Mira menangis di depan makam anaknya. Putri menangis. Ia duduk di sebelah Mira dan memeluknya.

"Tante kenapa Meli meninggalkan kita terlalu cepat. Padahal aku sangat menyayanginya. Tante yang kuat. Aku yakin Meli pasti senang di surga sana. Ia tidak mau melihat kita bersedih karenanya."

Putri menenangkan Mira walau pun sejujurnya dirinya tidak sekuat itu. Ia masih belum menerima di tinggal oleh sahabatnya selamanya.

"Tante nggak sedih kok. Tante hanya kelilipan makanya mata tante berair." Mira menyeka air matanya dan membuat dirinya tidak tampak rapuh di hadapan Putri.

Putri berdoa untuk Meli. Ia berharap Meli senang di surga sana.

Tbc...

👓

Maafkan author untuk chapter selanjutnya nggak ada Meli 😭

Bonus pick Meli

Jangan lupa vote dan komennya
Terima kasih sudah mampir
😄

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro