Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

08. Bully


Pagi yang cerah di SMAS Tulip tampak siswa-siswi berbaris di lapangan karena sebentar lagi upacara bendera akan di mulai. Putri juga di sana, ia berdiri di belakang temannya bernama Tasya.

Putri menyipitkan mata, pupilnya bergerak ke kiri-kanan, seketika kedua sudut bibirnya tertarik. Tampaklah sosok yang ia cari berdiri di barisan paling belakang di seberang sana.

Putri memperhatikan Meli, namun ada yang aneh. Walau jarak antara dia dan Meli jauh , tetapi jelas terlihat wajah Meli murung.

Ada apa dengan Meli?Kenapa dia kelihatan sedih?

***

Upacara bendera telah usai. Murid-murid berhamburan meninggalkan lapangan.

Putri bergegas ke barisan anak X IPA 1, setiba di sana ia tidak melihat Meli. Ia merogoh saku roknya, mengambil ponsel lalu menelpon Meli. Ia mengigit telunjuk kanannya, sudah berkali-kali menelpon, namun tidak di angkat Meli. Seketika, bel berbunyi pertanda jam pelajaran pertama akan segera di mulai. Putri kesal, ia bergegas pergi menuju kelasnya.

Di kelas, Putri melamun. Ia masih khawatir dengan Meli sehingga ia tidak fokus dengan yang di terangkan guru di depan sana.

Pak Firman selaku Guru Geografi sedang menerangkan di depan kelas. Seketika matanya mengarah ke siswi berambut keriting yang duduk di sudut kiri paling belakang. Putri sedang melamun dengan pandangannya mengarah ke jendela.

“Putri!” panggilnya dengan suara keras namun yang di panggil tidak menyahut. “Putri Amelia Suherman!” panggilannya sekali lagi dengan suara yang lebih keras dari yang tadi.

Putri tersadar dari lamunannya. Ia terkejut namanya di panggil lalu menoleh ke depan.

“Iya, Pak.”

Firman mengembus napasnya kasar. “Kamu di sini belajar atau melamun? Saya di depan sini menerangkan tapi kamu tidak memperhatikan. Sudah pintar kamu?” ia marah-marah.

“Maaf, Pak. Saya berjanji tidak akan mengulangi kesalahan lagi,” jawab Putri meminta maaf dengan penuh penyesalan.

“Baiklah, saya maafkan.”

Firman melanjutkan menjelaskan materinya yang sempat terhenti tadi. Anak didiknya memperhatikan Firman termasuk Putri.

***

Kringgg....

Putri bergegas pergi ke kelas Meli. Ia berlarian sehingga menabrak seorang siswa. Lagi-lagi yang ia tabrak orang yang sama yaitu Varo. Meli tidak memperdulikannya, ia melanjutkan perjalannya meninggalkan Varo yang tampak kesal.

“Tu anak hobi banget nabrak gue. Nggak minta maaf lagi,” kata Varo memperkecil suaranya. “Woi cupu, jangan nampakin muka lu lagi di depan gue!!!” Varo berteriak walaupun Putri sudah jauh dari pandangannya.

Anak-anak di sekitar Varo melihatnya berteriak. Ia tidak peduli dan melanjutkan perjalanannya menuju kantin.

***

Putri sudah tiba di depan kelas Meli. Ia mengintip dari jendela namun Meli tidak ada disana. Kebetulan dua siswi keluar dari kelas itu, ia mendekati mereka.

“Permisi, mau nanya Dek. Liat Meli nggak?” tanya Putri.

“Tadi Meli keluar Kak. Kami nggak tau dia kemana,” jawab siswi berambut ikal.

“Makasih ya.” Putri tersenyum.

“Sama-sama Kak,” jawab kedua siswi itu serentak.

Putri pergi mencari Meli di kantin dan juga di taman, namun tidak dijumpainya Meli di sana. Kecemasannya semakin larut. Putri duduk sebentar di kursi taman. Ada satu tempat yang belum ia singgahi, Perpustakaan. Putri bangkit dari duduknya melaju ke Perpustakaan.

Putri sudah tiba di depan perpustakaan. Ia mengintip di jendela dan tampaklah Meli berada di situ. Ia masuk lalu melihat Meli sedang membaca buku tebal. Putri menghampiri Meli dan duduk di samping gadis itu.

“Meli kamu kemana saja? Kenapa teleponku tidak diangkat?” tanya Putri yang saat ini perasaannya sedikit lega.

“Aku dari tadi di sini Kak. Kakak nelpon aku, maaf nggak bisa angkat soalnya ponselku tertinggal di rumah,” jawab Meli.

“Pantesan.”

Putri meninggalkan Meli sebentar. Ia mencari novel di rak lalu kembali lagi duduk di tempatnya tadi. Mereka membaca sampai jam istirahat selesai.

***

 
Putri baru saja keluar dari gerbang sekolah. Tiba-tiba saja, ia teringat buku PR Matematikanya tertinggal di laci mejanya. Ia berbalik arah kembali ke kelasnya.

Setelah selesai mengambil buku, di tengah perjalanan, ia mendengar suara aneh. Dicarinya sumber suara itu, di ruang tidak terpakai suara itu jelas terdengar. Ia penasaran lalu pergi ke belakang.

Ia mengintip, seketika matanya membulat, mulutnya menutup kedua tangannya. Ia terkejut melihat sahabatnya, Meli di rundung oleh tiga siswi. Ketika hendak mendekati tiba-tiba saja ada yang menarik tangannya. Ia di seret ke depan ruang tidak terpakai seperti gudang.

"Kenapa kamu menyeretku? Aku mau membantu temanku," kata Putri kepada anak laki-laki yang menyeretnya.

"Sebaiknya jangan. Kalo lu ke sana, lu akan di bully juga sama mereka," jawab anak laki-laki yang sangat tampan itu.

"Tapi, temanku butuh pertolongan. Aku harus melapor kejadian ini kepada guru."

"Jangan! Jika mereka tau, nyawa lu jadi taruhannya. Sudahlah, sebaiknya lu pulang aja. Biar gue yang nolong teman lu."

"Aku tidak percaya. Kamu pasti bagian dari mereka."

"Oh, lu perlu bukti. Baiklah, akan gue buktikan. Lu tunggu di sini dan liat apa yang akan terjadi."

Putri bingung dengan ucapan anak itu.

Anak itu mengambil ponsel di saku celananya, lalu menelpon seseorang.

"Halo, Klar. Lu mau temenin gue di cafe depan sekolah sekarang? Gue tunggu ya," kata anak itu berbicara dengan orang yang ia telpon tetapi matanya mengarah ke Putri.

Ia menutup teleponnya lalu menarik tangan putri untuk bersembunyi di dalam kelas yang tak jauh dari gudang. Putri yang di seret mengikut saja.

"Kenapa kita ke sini?" tanya Putri bingung.

"Coba lu keluar dan liat teman lu. Pasti cewek-cewek itu sudah berhenti membuli teman lu."

Putri semakin bingung dengan anak itu. Dia penasaran, maka ia pergi ke luar memastikan yang di ucap anak itu benar atau tidak.

Di depan kelas, Putri melihat tiga gadis yang membuli Meli pergi. Ia segera pergi menemui Meli di belakang gudang.

Belum sampai di depan, sudah tampak Meli berjalan ke arah lain. Ia mengejar Meli dan langsung memeluk sahabatnya itu. Meli mendapat pelukan mendadak di buat terkejut. Syukurlah, yang memeluknya itu Putri.

Putri melepaskan pelukannya dan Meli menoleh ke belakang berhadapan dengan Putri.

"Kakak, kok belum pulang?" tanya Meli.

"Kamu sendiri kenapa belum pulang?" Putri malah bertanya balik.

"Aku piket dulu tadi, " jawab Meli berbohong.

Putri tau temannya itu menyembunyikan sesuatu darinya.

"Oh gitu. Kenapa seragam kamu sampai kotor begini?"

"Aku kan piket, wajar saja baju ku kotor."

Putri tidak mau banyak bertanya lagi. Mungkin Meli butuh waktu untuk menceritakan kejadian sebenarnya.

Tbc...

👓

Jangan lupa vote dan komennya
Makasih dah mampir
😊

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro