02. Keluarga Baru
Jam pelajaran usai tepat pukul 15.00 WIB. Anak-anak kelas XI IPS-2 bersorak ria seperti sehabis keluar dari penjara saja. Begitu juga dengan cewek berambut keriting itu yang juga keluar meninggalkan kelasnya.
Hari pertama sekolah cukup melelahkan dan juga sedikit menyebalkan. Putri berharap semoga ia betah di sini dan secepatnya memiliki teman.
***
Putri sudah tiba di depan rumah Bi Ayu.
Bi Ayu adalah mantan pembantunya dulu sewaktu di Dumai. Dia sangat dekat dengan wanita itu karena sudah sedari bayi wanita itu mengasuhnya. Bi Ayu berhenti bekerja di rumah keluarga Putri baru setahun yang lalu karena anak semata wayangnya yang bernama Andi itu sakit. Syukurlah Andi sekarang sudah sembuh dan dia meminta ibunya tinggal bersamanya.
Putri melepaskan tas punggung birunya lalu dipeluknya. Dia buka kantong kecil yang berada di bagian depan tasnya. Dia memasukkan tangannya lalu mengeluarkan sebuah kunci berwarna silver yang kini ada di genggamannya. Dia memasukkan kunci pada sebuah lubang yang berada di bawah gagang pintu. Dia memutarnya sampai pintu kayu yang kini telah usang dimakan usia terbuka.
Putri memasuki ruang tamu. Melihat kursi panjang, seolah ada yang menarik tubuhnya untuk melekat di sana sampai matanya terpejam. Setelah hampir sejam tertidur, datanglah Kak Andi yang baru saja pulang bekerja.
Pintu terbuka sedikit, Andi membuka lebar pintu itu dan tampaklah sosok gadis yang tertidur pulas di atas kursi. Dia menghampiri Putri, menepuk-nepuk bahu gadis itu dengan halus.
"Dek Putri, bangun.... Dek Putri."
Putri yang mendengar suara orang memanggil namanya pun terbangun. Dia membuka perlahan kelopak matanya dan sosok pertama yang ia lihat adalah lelaki dengan kemeja biru lembut. Putri tersenyum lalu beralih duduk.
"Eh, Kak Andi sudah pulang. Bi Ayu mana?"
Andi yang tadinya jongkok sekarang berdiri. "Ibu di rumah adiknya, Bi Inem." Andi pergi meninggalkan Putri. Namun, baru tiga langkah dia malah berbalik arah lalu menghampiri gadis itu lagi. "Dek Putri jangan ulang tidur lagi. Ganti baju gih, terus mandi, dan jangan lupa makan," pintanya.
"Ok, Kak." Putri memberikan simbol Ok dengan jari-jarinnya.
Andi pergi lagi menuju kamarnya dan juga Putri beranjak dari sofa. Putri pergi ke dapur untuk mengambil minuman dingin di kulkas. Setelah itu baru dia pergi ke kamarnya.
***
Malam ini tampaklah tiga orang sedang makan di meja makan. Beraneka lauk disajikan di atas meja dari: tahu goreng, ayam goreng, sayur toge-wortel, sambel, dan juga kerupuk Palembang sebagai pelengkap. Walaupun makanan sederhana, Putri sangat menyukainya.
"Gimana hari pertama sekolah, Dek Putri?" tanya Andi sembari memegang sendok dan duduk di hadapan gadis berkaos merah muda yang diajaknya bicara. Hanya meja makan menjadi pembatas jarak antara mereka.
Mendengar pertanyaan Andi, malah membuat Putri melamun. Dia bingung mau jawab apa. Hari pertamanya sekolah tidaklah menyenangkan. Haruskah dia berbohong?
Andi melihat Putri termenung menatap cambung nasi di hadapannya. Andi menyadarkan Putri dengan melambaikan telapak tangannya di depan wajah Putri. Putri terkesiap lalu dia menatap Andi.
"Kak Andi tanya apa tadi?" tanyanya balik karena tidak fokus.
"Kak Andi tanya, bagaimana hari pertama Non di sekolah? Sudah punya teman belum?" Bi Ayu mengulang pertanyaan Andi tadi.
"Oh itu," Putri menggaruk kepala bagian belakangnya yang tidak gatal, "Putri seneng kok di sekolah baru. Kalau teman Putri belum punya. Tapi tenang saja Bi, Kak, Putri besok bakalan punya teman. Kan baru sehari sekolah jadi meski akrab dulu dong," jawab Putri dengan penuh harapan semoga yang di ucapkannya itu terkabul.
***
Selesai makan, Bi Ayu membereskan piring kotor yang tergeletak di atas meja makan. Putri yang melihat itu ingin membantunya.
"Bi, biar Putri angkatin piringnya," pinta gadis itu. Dia memegang piring kotor bekas makannya. Kemudian, ia mengambil piring kotor lainnya lalu disatukan dengan piringnya.
"Eh, jangan Non. Biar bibi saja yang membereskannya. Ini kan kerjaan bibi." Bi Ayu mengambil alih piring di tangan Putri.
"Kalau gitu, Putri ke kamar ya Bi."
Bi Ayu mengangguk lalu Putri pun pergi meninggalkannya melangkahkan kaki menuju kamar.
Di kamar Putri duduk di tepi kasurnya. Ia merogoh saku celana katun berwarna krem selutut yang dikenakannya lalu mengeluarkan ponsel di dalamnya.
Putri menatap layar ponselnya, membuka galeri, melihat foto-foto lama saat di Dumai. Di dalamnya banyak terdapat gambar-gambar bersama para sahabatnya dulu. Dia geser layarnya dan berhenti di gambar tiga gadis tersenyum lepas sambil berpelukan. Melihat itu mengingatkannya akan kepahitan yang ia alami saat ini.
Aku kangen kalian, tapi aku sakit mengenang kalian.
Putri melempar ponselnya asal di ranjangnya lalu ia pergi meninggalkan kamarnya.
***
Di ruang tamu—sekaligus menjadi ruang keluarga di rumah Bi Ayu—Putri melihat ibu dan anak sedang asyik menonton televisi ukuran 14 inc di atas karpet hijau polos. Dia melangkahkan kaki mendekati mereka dan ikut bergambung menonton televisi bersama mereka.
Putri duduk di samping Bi Ayu lalu memeluk wanita itu. Bi Ayu terkejut mendapat pelukan dari Putri. Wanita itu tersenyum lalu mengelus-ngelus rambut Putri.
"Bi, boleh Putri panggil Bi Ayu dengan panggilan Ibu? Bi Ayu sangat baik seperti orang tua kandung Putri. Bi Ayu sudah Putri anggap seperti Ibu sendiri. Putri nggak maksa kok kalau Bi Ayu keberatan." Putri melepaskan pelukannya menatap Bi Ayu sendu.
"Tentu boleh, Non. Bibi menyayangi Non tulus. Non boleh panggil Bibi, Ibu."
"Wah, berarti Dek Putri jadi adik aku dong? Hore..., seneng punya adik kayak Dek Putri," seru Andi yang ikutan menyambung pembicaraan mereka sambil mengangkat kedua tangannya, senang.
"Wah, aku juga senang punya kakak laki-laki. Tapi, Kak Andi jangan panggil aku Dek Putri dong! Panggilnya Dek atau Putri aja gitu."
"Kalau panggil sayang boleh?" Andi menggoda Putri.
"Jangan panggilnya gitu. Nanti orang lain denger bisa salah sangka. Panggil Putri aja, Kak," pinta Putri sambil menepuk punggung Andi.
"Iya, Dek Putri."
Putri yang mendengar itu langsung melotot dan Andi sebagai pelaku lari lalu gadis itu mengerjarnya. Mereka berputar-putar mengelilingi ruang tamu yang sempit itu.
Bi Ayu melihat kelakuan mereka hanya tertawa kecil. Ia senang Putri tinggal bersamanya sehingga membuat keluarga menjadi harmonis.
***
Putri memasuki kamarnya bercat merah muda. Dia baru saja selesai membersihkan badannya dan mau tidur. Sebelum tidur, dia mengambil kacamata bulatnya lalu memakainya. Dia menatap cermin setengah badan itu cukup lama.
Dia melepaskan kacamatanya, meletakkannya di atas meja, di samping ranjangnya. Ia rebahkan tubuhnya di atas kasur kapuk itu lalu memejamkan matanya. Ia berdoa semoga hari esok lebih baik dari hari ini.
T
bc...
👓
Jangan lupa vote dan komennya
Terimakasih udah mampir
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro