Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 12

Setelah bertualang ke berbagai penjuru negeri serta menempuh bermacam-macam rintangan, Susan, Jack, Lily, dan Fiona kini tiba di wilayah Fortsouth. Akar ginseng seribu tahun--yang diketahui berada di taman kastel Fortsouth--adalah salah satu bahan yang akan mereka butuhkan untuk membangkitkan Stevan.

Berkat portal sihir Jack, tak ada kesulitan yang mereka temui untuk tiba di Fortsouth. Sore itu, mereka duduk bersama di hutan sebelah luar tembok kota sambil membicarakan rencana penyusupan ke dalam kastel.

"Kurasa aku bisa berbicara baik-baik dengan Gideon, sang penguasa wilayah. Kami pernah bertemu," ungkap Susan.

"Tapi itu terlalu berisiko. Bagaimana jika dia tak setuju dan malah mempersulit kita? Kita harus bersiap untuk kemungkinan terburuk," sanggah Lily.

"Lily benar. Menyusup akan lebih mudah. Apalagi Jack bisa berteleportasi," timpal Fiona.

"Ya, sebaiknya kita tetap pada rencana awal. Aku akan berteleportasi ke sana, mengambil tanaman itu, dan kembali lagi ke sini," sahut Jack.

Bersamaan dengan itu, tiba-tiba terdengar suara gemeresak semak tak jauh dari tempat mereka berkumpul. Namun, begitu menoleh ke sana, tak ada apa pun yang mereka temukan. Hanya pepohonan dan perdu terhampar sejauh mata memandang.

"Apa itu yang barusan?" Susan menatap nyalang ke sekitarnya.

"Entahlah, mungkin hanya binatang-binatang hutan," sahut Jack. Ia tampaknya tak begitu terganggu.

Karena tak menemukan jejak mencurigakan, Susan terpaksa setuju dengan pendapat ayahnya. Mereka lalu pergi berburu dan makan sampai kenyang.

Waktu tengah malam akhirnya tiba. Jack pun bersiap untuk melancarkan misi. Ia menggerakan tangan berputar-putar sambil merapal mantra. Bersamaan dengan itu, sebuah portal sihir tercipta. Jack molompat ke sana dan sekejap kemudian menghilang.

Sementara itu, di halaman kastel Fortsouth juga tercipta portal sejenis. Jack melompat keluar lalu portal itu pun lenyap tak berbekas.

Suasana kastel saat itu telah sepi. Hanya ada beberapa orang yang sedang berjaga sambil terkantuk-kantuk. Memanfaatkan situasi, Jack segera berteleportasi ke taman untuk mengambil ginseng yang dicarinya. Tanaman itu berbatang lebar dan memiliki tinggi sekitar enam puluh sentimeter. Daunnya yang berwarna biru menjadi pembeda yang khas.

Setelah beberapa saat mencari, Jack akhirnya menemukan tanaman itu. Ini tidak sulit, gumamnya sambil tersenyum tipis. Ia pun segera mengulurkan tangan untuk mengambil tanaman itu.

Namun, tiba-tiba seseorang mencekal lengan Jack dan mengunci lehernya dari belakang.

Sial! Karena tak bisa menoleh untuk mengetahui identitas sang pelaku, Jack bertanya dengan suara parau. "S-siapa kau? Bagaimana bisa tiba-tiba ada di situ?"

"Kau tak perlu tahu siapa aku," jawab sang pria misterius.

Bersamaan dengan itu, Arden bersama serombongan penjaga berdatangan dengan obor di tangan.

Para penjaga itu lalu segera mengikat kaki dan tangan Jack, membuatnya kesulitan meloloskan diri.

"Bawa dia ke penjara bawah tanah!" perintah Arden pada para pengawalnya.

"Jangan lupa untuk mengikatnya dengan rantai yang menempel ke tembok atau dia akan kabur," pesan sang pria misterius yang segera disetujui oleh Arden.

Sementara para penjaga membawa Jack dan membelenggunya di penjara bawah tanah, Arden berbincang sejenak dengan sosok yang berhasil menangkap Jack.

"Terima kasih sudah memperingatkanku akan kedatangannya, Dave" ujar Arden.

"Saya senang bisa membantu, Tuan. Tentu saja dengan imbalan yang setimpal." Dave menyahut sambil tersenyum miring.

"Hahaha ... kau tak perlu meragukanku soal itu. Besok akan kusiapkan koin emas sebanyak yang kau mau."

"Terima kasih, Tuan." Dave membungkuk hormat.

"Ngomong-ngomong dari mana kau mendapatkan informasi akan kedatangannya untuk mengambil tanaman ginseng seribu tahun?"

"Aku tak sengaja mencuri dengar pembicaraan mereka saat melintas di tengah hutan."

Arden pun mengangguk-angguk mengerti. "Apa lagi yang kau ketahui mengenai dia?"

"Selain seorang penyihir dengan kemampuan teleportasi, dia adalah salah satu yang terlibat dalam pemberontakan penyihir untuk menggulingkan Agra dan menggantinya dengan Stevan."

"Hmm ... ternyata begitu. Kau memang dapat diandalkan sebagai seorang informan." Arden menepuk bahu Dave sambil mengulas senyum.

"Yah, sebagai seorang pedagang yang berpergian ke seluruh penjuru negeri, aku memiliki banyak relasi."

"Bagus-bagus. Lalu untuk apa dia berusaha mengambil tanaman ginseng seribu tahun?" tanya Arden lebih lanjut.

"Hmm ... kurasa untuk semacam ritual sihir," sahut Dave.

Arden pun terdiam sejenak untuk mencerna informasi yang baru saja diperolehnya. Alih-alih menghukum Jack karena telah menyusup, terbersit ide untuk memanfaatkannya.

"Baiklah, aku akan pergi untuk menemuinya secara langsung. Sekali lagi terima kasih atas informasimu yang sangat berguna. Besok pagi temui aku untuk mengambil imbalanmu," ujar Arden kemudian.

"Terima kasih banyak, Tuan." Dave membungkuk sekilas.

"Oh ya, mengenai Gladys ... bunuh saja dia dan musnahkan mayatnya." Setelah menegaskan perintahnya, Arden pun berlalu untuk menemui Jack yang sedang disekap.

Seiring langkahnya menuruni tangga menuju penjara bawah tanah, Arden bisa mendengar Jack berteriak kesakitan. Para penjaga sepertinya sedang bermain-main dengannya.

"HENTIKAN!" perintah Arden pada para penjaga seketika ia masuk ke ruang tahanan. "PERGI KALIAN!"

Bersamaan dengan perintah itu, para penjaga pun bergegas meninggalkan Jack dengan wajah yang lebam di beberapa bagian.

"Maaf, mereka memang keterlaluan," ujar Arden sambil berjalan mendekati Jack. Ia mengambil sebuah kursi dan duduk di hadapannya.

"Kurasa kita bisa bicara baik-baik," ujar Arden seraya menatap mata Jack lekat-lekat. "Jika kau mau bersikap kooperatif, bukan tidak mungkin aku justru akan mendukungmu dan menyerahkan ginseng itu. Kau tertarik?"

Merasa tak punya banyak pilihan, Jack akhirnya mengangguk lemah.

"Bagus," sahut Arden sambil tersenyum. "Baiklah, kurasa sebaiknya aku akan mulai dengan dirimu dulu, Jack Halley. Kau adalah seorang penyihir yang ditangkap karena mendukung pemberontakan Stevan Alderman bukan?"

Jack mengangguk lagi. Dari nada bicara sang tuan rumah, ia yakin bahwa Arden memang sudah mengetahui latar belakangnya.

"Apakah sekarang kau masih memiliki agenda yang sama?" tanya Arden lagi.

Pertanyaan itu membuat Jack ragu sejenak. Ia tak tahu menahu mengenai posisi politik Arden. Apakah setia pada Agra atau justru ingin memberontak.

Menangkap keraguan Jack, Arden pun berkata lagi, "Tenang saja, apa pun jawabanmu, aku tak akan menghukummu. Gideon yang setia pada Agra sudah wafat. Sementara ini, meski belum mendapat pengakuan resmi dari kerajaan, aku yang menjabat kekuasaan di Fortsouth. Dan sejujurnya, aku belum menentukan ke mana loyalitasku akan berlabuh."

Meski masih ragu, Jack akhirnya menyahut lirih, "Ya, aku masih memiliki agenda yang sama. Aku membutuhkan bunga itu untuk membuat ramuan guna membangkitkan Stevan."

Seketika itu senyum kemenangan pun terbit di bibir Arden. "Terima kasih atas kejujuranmu. Kurasa kita bisa berkawan." Arden memang lebih cenderung tidak setia pada Agra. Lolosnya Gladys membuat dia tak punya banyak pilihan. Meski sudah meminta Dave untuk segera menghabisi nyawanya, bisa jadi Gladys sudah menyebarkan informasi mengenai pengkhianatannya terhadap Gideon. Hal itu cepat atau lambat akan sampai ke telinga Agra.

Sambil mulai membuka rantai pengikat Jack, Arden berkata lagi, "Maaf atas kesalahpahaman ini, kurasa sekarang kita bisa menjadi sekutu untuk membangkitkan Stevan dan mengangkatnya sebagai raja."

"Kau tidak takut terhadap para penyihir?" tanya Jack masih berusaha meyakinkan. Bagaimanapun juga ia memang membutuhkan sekutu. Sekalipun Stevan berhasil dibangkitkan, lima orang penyihir saja tak akan cukup untuk melawan seluruh pasukan Ethardos. Membunuh Agra pun tidak akan membuat Stevan otomatis menjadi raja. Pangeran Andrew kini sudah beranjak dewasa dan lebih berhak atas takhta. Akan dibutuhkan kekuatan yang lebih besar untuk mengancam Agra agar bersedia menyerahkan takhta.

"Untuk apa takut? Penyihir juga manusia. Selama aku memahami tujuan, kekuatan serta kelemahannya, aku bisa memprediksi tindakannya."

"Lalu mengapa kau memilih berkhianat terhadap Agra?"

"Itu karena dia terlalu mengeksploitasi wilayah kekuasaanku dengan kewajiban membayar pajak yang tinggi," sahut Arden menutupi alasan sebenarnya.

Jack pun terdiam mendengarnya. Meski terdengar seperti bukan sebuah persahabatan yang tulus, setidaknya kini mereka memiliki agenda yang sama.

"Musuh dari musuhku adalah temanku bukan?" ujar Arden berusaha meyakinkan Jack.

"Ya, tapi aku perlu membahasnya dengan rekan-rekanku yang lain."

"Bukan masalah. Temuilah mereka lalu beritahu aku keputusanmu," sahut Arden. "Jika kau setuju, aku juga ingin berkenalan dengan kawan-kawanmu yang lain."

"Baiklah," sahut Jack. Ia lalu segera membuka portal dan lenyap dari pandangan Arden. Detik berikutnya, ia muncul kembali di tengah hutan, tempat yang lain sedang berkumpul menunggunya.

"Kenapa lama sekali?" Susan langsung menghambur memeluk sang ayah. "Lalu kenapa dengan wajahmu? Kau berkelahi?" Kekhawatiran jelas terpancar dari wajahnya.

"Maaf, tadi ada sedikit hambatan," sahut Jack sambil mengelus lembut rambut putrinya.

"Lalu, di mana ginsengnya?" tanya Fiona.

Jack memilih duduk di rerumputan sebelum mulai menceritakan apa yang terjadi. "Aku tidak berhasil mendapatkannya, tetapi misi kita bukan berarti gagal sama sekali."

"Maksudnya?" tanya Lily penasaran.

"Ya, setibanya di sana, aku tertangkap oleh seseorang bernama Dave."

"Dave? Siapa dia?" Lily kembali menimpali.

"Entahlah, aku juga tak mengenalinya. Aku hanya merasa dia adalah seorang penyihir loctrum. Kemunculannya sangat tiba-tiba," sahut Jack. "Setelah itu, aku disekap dan dirantai di penjara bawah tanah sementara Arden menanyaiku."

"Arden? Siapa dia? Bukankah penguasa di sana bernama Gideon?" sembur Susan.

"Gideon sudah wafat dan dialah penggantinya," timpal Jack. "Dia menawarkan sebuah kesepakatan kerja sama."

"Kerja sama?" Lily, Fiona dan Susan menyahut serempak.

"Ya, dia memiliki agenda yang sama dengan kita untuk menggulingkan Agra dan mendukung Stevan duduk sebagai raja," ungkap Jack. "Dia melepaskan aku untuk merundingkan hal ini dengan kalian."

Mendengar itu, mereka semua terdiam beberapa saat sambil memikirkan jawaban.

"Jika kalian setuju, aku akan menemuinya dan mengatur sebuah pertemuan."

"Tapi apakah dia bisa dipercaya?" tanya Fiona.

"Entahlah, kurasa dengan melepaskanku, dia telah bersikap cukup adil. Aku bisa saja membunuhnya dengan mudah."

"Lalu mengapa dia melukaimu?" tanya Susan.

"Itu hanya kesalahpahaman belaka. Para penjaga melakukannya tanpa perintah darinya. Ini juga sama sekali bukan masalah. Fiona bisa membereskannya dalam sekejap."

Merasa mendapat kode, sang proctrium pun mendekati Jack dan merapal sebaris mantra penyembuh.

Sementara Fiona menyembuhkan luka-lukanya, Jack berujar lagi, "Menurutku kita ikuti dulu kemauannya. Jika memang tujuan kita sama, kerja sama ini bisa jadi menguntungkan kedua belah pihak. Lagipula kita adalah penyihir. Jika sampai dia berulah, kita bisa menyingkirkannya dengan mudah."

Lily, Fiona, dan Susan pun mengangguk-angguk setuju. "Baiklah, kurasa sebaiknya kita beristirahat dulu sejenak. Aku akan menemuinya lagi nanti saat hari sudah terang."

Setelah tercapai kesepakatan, mereka pun merebahkan diri di rerumputan untuk beristirahat sambil menanti datangnya pagi. Meski secara logika keputusan untuk bekerja sama adalah yang terbaik, entah kenapa Susan merasa hati kecilnya gelisah.

Beberapa jam berlalu dan matahari mulai merangkak naik. Jack yang baru saja mengisi perut dengan ramuan pengenyang milik Fiona bersiap pergi menemui Arden. Ia memilih tidak menggunakan sihir untuk menghindari perhatian yang tidak perlu. Selalu ada kemungkinan dia muncul di tempat ramai.

Setelah berjalan melintasi Kota Fortsouth, Jack akhirnya tiba di gerbang kastel. Seorang penjaga yang tampaknya sudah diberi pesan oleh Arden segera mengantarkannya ke aula kastel.

"Silakan tunggu sebentar, Tuan Arden akan segera datang," ujar sang penjaga lalu segera pergi.

Sementara menunggu, Jack memikirkan kembali keputusannya untuk bergabung dengan Arden. Meski secara logis keputusan ini mungkin adalah yang terbaik, ada sesuatu yang membuatnya masih mempertanyakan alasan di balik niat Arden untuk memberontak. Pajak yang terlalu tinggi rasanya bukanlah hal yang sulit untuk dibicarakan.

Lamunan Jack mendadak buyar seketika Arden memasuki ruangan.

"Maaf, telah membuatmu menunggu," ujar Arden sambil tersenyum. Ia lalu mengambil tempat duduk di hadapan Jack.

"Bagaimana? Kau sudah membicarakannya dengan yang lain?"

"Ya, tapi kami ingin mengenalmu lebih jauh dulu," timpal Jack.

"Bukan masalah. Aku akan ikut denganmu untuk menemui mereka," tegas Arden.

"Baiklah, kalau begitu ikuti aku." Setelah yakin tak ada orang yang melihat, Jack merapal mantra dan membuka sebuah portal sihir. "Ayo," ujarnya sambil melompat masuk ke portal.

Sejenak ragu, Arden akhirnya mengikuti Jack masuk ke sana. Detik itu juga, tubuhnya seperti tersedot masuk ke dimensi lain. Dan sesaat kemudian ia sudah tiba di tengah hutan. Ia terhuyung sejenak ketika kakinya berhasil menapak tanah.

"Wow ..." gumam Arden begitu keluar dari portal. "Ini luar biasa." Ia mendesah panjang. Baru sekali mengalami sensasi semacam itu, Arden merasa jantungnya berdebar kencang.

"Kemarilah, akan kuperkenalkan kau pada rekan-rekanku." Jack mengajak tamunya berjalan mendekati yang lain.

"Ini Lily, Fiona, dan Susan," ujar Jack sambil menunjuk mereka satu per satu.

"Selamat siang, aku Arden."

Setelah saling berkenalan, mereka pun duduk melingkar di atas rumput. Jack lalu mempersilakan Arden mengungkapkan penawarannya.

"Baiklah, seperti yang sudah aku sampaikan pada Jack malam kemarin, Aku, sebagai penguasa Pulau Yaendill bermaksud mendukung agenda kalian untuk membangkitkan Stevan dan mendudukkannya sebagai raja."

"Apa latar belakangmu?" tanya Lily lugas.

"Seperti yang sudah kukatakan pada Jack, Agra terlalu mengeksploitasi wilayah kekuasaanku dengan pajak yang tinggi," sahut Arden.

"Apakah hanya itu? Persoalan pajak seharusnya bukan hal yang sulit untuk dibicarakan." Jack akhirnya mengutarakan apa yang masih menjadi keraguannya.

Mendengar itu, Arden terdiam sesaat. Ia lalu berdehem sejenak sebelum mulai berkata, "Selain persoalan itu, sejujurnya aku telah gagal menjaga keselamatan keluarga Gideon. Aku khawatir Agra akan menyalahkanku karena itu."

"M-maksudmu seluruh keluarga Gideon sudah wafat? Termasuk Aileen dan Gladys?" cecar Susan.

"Iya ... maaf aku benar-benar tidak berguna," lirih Arden.

"Cepat ceritakan bagaimana mereka tewas!" desak Susan lagi.

"Semuanya terjadi ketika para pasukan pergi bertempur untuk mempertahankan Girondin ..." Arden mulai menceritakan lagi kebohongannya dengan sangat meyakinkan.

"Ya ampun, tragis sekali." Susan tak mampu menahan keterkejutannya ketika Arden menceritakan Gladys tewas tertusuk panah di hutan sementara Aileen yang sangat terpukul memilih bunuh diri dengan minum racun.

"Aku khawatir Agra akan menjatuhkan hukuman padaku karena telah dianggap lalai dalam tugas," tukas Arden menutup ceritanya.

Sementara itu, Jack, Susan, Fiona, dan Lily tertegun sesaat. Cerita Arden memang terdengar cukup meyakinkan.

"Jadi? Apakah kita bisa menjalin kerja sama?" tanya Arden memecah kesunyian.

"Hmm ... yah, kurasa kita memang sejalan," sahut Jack sementara yang lain menanggapinya dengan menganggukkan kepala.

"Baiklah kalau memang semua sepakat, kita bisa mulai membicarakan langkah-langkah selanjutnya. Bagaimana rencana kalian?" tanya Arden.

"Sejujurnya kami juga belum memiliki rencana yang cukup matang selain membangkitkan Stevan. Membunuh Agra tidak akan membuatnya otomatis menjadi raja. Pangeran Andrew kini lebih berhak atas takhta," sahut Jack.

"Apakah kalian berniat membunuh Andrew juga?" tanya Arden.

"Tidak. Sebisa mungkin kami tak ingin melibatkannya. Agra lah yang harus bertanggung jawab atas nasib buruk para penyihir," sahut Lily.

"Hmm ... ini akan lebih sulit," gumam Arden. "Kurasa kita tidak perlu terburu-buru menyusun rencana. Aku akan kembali ke kastel dan memikirkan dulu semuanya."

"Baiklah, kurasa memang itu yang terbaik," timpal Jack.

"Oh ya, satu hal lagi ... maaf aku tak bisa menyediakan tempat yang layak untuk kalian di dalam kastel. Saat ini reputasi penyihir cukup buruk, dan aku juga baru saja berkuasa. Akan sangat berisiko jika sampai ada yang mengetahui identitas kalian," ungkap Arden.

"Itu sama sekali bukan masalah. Kami bisa mengerti." Jack menyahut mewakili yang lain.

"Aku akan mencari kalian di sini jika ada rencana yang terlintas." Setelah itu, Arden pun bangkit dan melangkah menuju kediamannya.

"Err ... maaf, kau menuju ke arah yang salah," cetus Jack ketika melihat Arden melangkah ke selatan.

"Oh, ya te-tentu saja." Arden lalu memutar arah dan berjalan sesuai petunjuk Jack. Kepergiannya menggunakan portal sihir tadi telah membuatnya buta arah.  

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro